9

229 19 1
                                    

Pagi ini ica datang lebih awal. Sengaja, karena ica ingin meminta maaf pada imey soal kemarin.
Daripada bengong di kelas sendirian, dengan ikhlas ica membereskan meja dan kursi sekaligus menyapu lantainya. Ya walaupun hari ini bukan jadwal piketnya.

Setelah beberapa saat siswa siswi yang lain telah menduduki kursinya masing-masing.

Ica melihat arloji di tangannya
"Udah cukup siang, ko imey belum dateng ya"

***
"Tunggu, tunggu pak. Jangan dulu ditutup" ucap imey dengan nada ngos-ngosan.

"Untung  masih ada 10 detik lagi, kalo ngga udah saya kunci gerbangnya"

"Yaelah si bapa gitu aja marah, makanya kalo saya belum dateng tungguin dong pak jangan ditutup dulu gerbangnya"

"Emang kamu siapa nyuruh saya nunggu? Nunggu itu ga enak"

"Dih pak satpamnya baper" imey tertawa sambil berjalan cepat menuju kelasnya.

Ketika imey sedang menyusuri koridor, tali sepatunya lepas.
"Ish apaansi segala pake copot udah tau gue kesiangan" mau tidak mau imey jongkok membenarkan tali sepatunya.

"Hai mey" ucap seorang pria.

Imey terkejut langsung mengangkat kepalanya kemudian berdiri.

"Hai, maaf gue buru-buru"
Imey melanjutkan langkahnya menuju kelas. Sepertinya tadi bukan waktu yang tepat untuk ngobrol bareng Ryan.

Ketika sudah di dalam kelas, imey dan ica sempat saling diam. Berkali-kali saling memperhatikan, berkali-kali pula rasanya ingin memulai obrolan. Namun, rasa gengsi yang ada pada keduanya membuat egonya semakin besar. Tapi...

"Gue" (ucap keduanya bersamaan)

"Lo duluan aja mey" ica menunjukan lengkung sabit di bibirnya

"Lo aja" jawab imey yang tampaknya masih ketus

"Oke deh, hm btw gue minta maaf ya soal kemarin. Gue gada apa-apa ko sama Ryan"

"Gapapa ca, gue yang harusnya minta maaf karena terlalu banyak harapan sampe lupa kenyataan"

"Kenyataan apa mey?"

"Kenyataan kalo Ryan tuh sukanya sama lo"

~~

Imey pergi menuju taman belakang sekolah, entah kenapa matanya terasa perih seperti sedang mengiris bawang.

Duduk di sebuah kursi taman, sendirian. Tampaknya langit sedang mendung, warna langitnya sangat senada dengan suasana hati imey sekarang. Tidak sepantasnya imey membenci keadaan seperti ini. Keadaan yang penuh kekecewaan dibalik harapan.

Ini memang sangat rumit, aku yang memperumit sendiri. Aku yang terlalu tidak tahu diri. Maaf, aku terlalu lancang mengagumimu.

"Sendiri?" Ucap seseorang yang tiba-tiba menganggu lamunan imey.

Imey langsung menengok ke samping kanannya.

"Dih lo abis nangis ya?" Ucap seseorang itu (lagi)

"Engga ko, tadi kayanya kelilipan"

Sepertinya imey tidak bisa mengelak karena memang benar matanya memerah.

"Lo nangis karna kakak gue ya?"

"Sejak kapan lo jadi sotau"

"Sejak gue liat ekspresi lo pas si Ryan mau main ke rumah Ica"

"Jangan ngarang deh" ucap imey mengacuhkan

"Udah lama suka sama Ryan?"

Teeeettttt...tetttt...teeeeettt

"Udah"

"Hah udah?udah lama? Jadi bener selama ini lo suka sama kaka gue yang gesrek "

"Udah bunyi bel masuk maksudnya" ucap imey dengan nada datar dan langsung meninggalkan kania di taman belakang sekolah sendirian.



















Hai?kangen ga?
Cie ditanyain author😄
Komen & vote jan lupa, biar ceritanya lanjut terus😜

KEPASTIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang