Cacat

7.2K 1.2K 53
                                    

Kepada kita semua yang masih berdiri di keadaan terpuruk sekalipun

______________

1 detik

7 detik

15 detik

Rekor menahan nafas di bawah air terlama di dunia dipegang selama 24 menit 3 detik.

"Haahhh...!!"

Sesuatu mendorong tubuhku dengan cepat. Aku tak dapat menghentikannya saat mereka meminta segera oksigen untuk masuk ke dalamnya. Aku menarik diriku lagi dari dalam bak mandi yang baru saja menenggelamkan diriku sepenuhnya dengan air di sana. Tanganku buru-buru mengusap wajahku dan aku mencoba menarik nafas untuk menormalkan kembali diriku.

Ini situasi yang berbeda. Aku membayangkan diriku tenggelam di lautan, dimana tak ada dasar di bawahnya. Aku bisa tertarik semakin dalam di bawah sana. Sedangkan kamar mandi rumah rasanya tak sebanding dengan lautan. Aku gagal menahan nafasnya dengan lebih lama lagi.

Aku gagal mati di sini. Rumah bukanlah tempat yang tepat untuk mati bergentayangan.

Sekali lagi kutarik nafasku beramaan udara dingin yang perlahan menyelimutiku. Aku basah sambil berbalut dengan seragam sekolahku. Ada yang mendorong tubuhku untuk menenggelamkan diriku segera, aku tak dapat menghentikannya. Aku memikirkan beberapa cara lagi untuk menuju kehilangan.

Kau tahu, hidup bukan perkara tentang pembullyan saja. Aku sudah jauh dari itu, aku memikirkan bagaimana langkahku selanjutnya. Aku seorang diri dan tak ada satupun yang ingin bersandar ataupun ingin kusandari. Orang-orang hilang begitu cepat dari yang kubayangkan karena mereka tak menginginkanku.

Aku jadi kasihan dengan diriku sendiri terutama Jang Hyesang di masa kecilnya. Dia dewasa terlalu cepat dan terluka terlalu muda. Kini di masa remajanya ia sudah terseok kehilangan arah.

Ia mati terlalu muda. Jang Hyesang yang malang.

°°°°°

Lalu lalang brankar di siang hari membawa suasana tersendiri bagi Mark yang baru saja tiba di rumah sakit tempat ayahnya bekerja. Kemarin malam, ia membuat janji dengan beliau untuk bertemu di tempat kerjanya. Ia sedang melangkah di koridor utama ini dan ia akhirnya sampai di salah satu pintu putih dimana itulah ruangan kerja ayahnya berada.

Mark segera masuk, tapi ia tak menemukan keberadaan ayahnya sama sekali di sana. Lalu ia melirik ke arah jam dindingnya dan menemukan bahwa sekarang sedang pukul setengah satu siang. Jam makan siang telah dimulai, mungkin ayah sedang makan siang saat ini. Mark juga lupa untuk mengabari kedatangan ayahnya, ia mengirim pesan kecil kepada ayah, mengatakan bahwa ia sudah sampai di rumah sakit.

Pintu ruangan terbuka lagi, tapi Mark tak mendapatkan keberadaan ayahnya di sana. Ia justru mendapatkan seorang pria paruh baya dengan setengah kepala yang sudah beruban dan berkemeja kuning langsat masuk ke dalam ruangan. Wajahnya tampak terkejut melihat Mark di sini dan ia bertanya-tanya.

"Aku mencari ayahku di sini," jelas Mark lebih dulu.

"Oh.. kau anaknya dokter Lee," ia menyambut Mark juga.

Gerak gerik pria itu melangkah menuju meja kerja ayahnya. Mark melihat dua buah map kuning ditaruh di atas sana.

"Aku ingin memberikan laporan masuk dari pasien bipolar yang sempat berkonsultasi pada kami," jelas pria itu. Mark mencuri pandangan ke arah bet namannya, tertulis di sana Kim Wangseok seorang psikiater juga dengan ayah, "biasanya sekarang ayahmu sedang istirahat makan siang, kau bisa menunggu dulu di sini," jelasnya.

monochrome [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang