Berjanjilah untuk tak mengakhiri semuanya, kau bisa jadikan aku sebagai alasanmu untuk tetap hidup
Berjanjilah untuk hadir di pemakamanku nanti, kau bisa bawakan aku seribu bunga warna-warni di sana
_________
Mark menghela nafasnya untuk ke sekian kalinya. Dia belum siap untuk memasuki ruangan kelas di Rabu pagi ini. Ada rasa gelisah yang tengah menyelimuti hatinya saat ini.
Lalu dia menggelengkan kepalanya sambil mencoba menghilangkan rasa tak nyaman itu.
Akhirnya dia melangkah memasuki kelasnya dan suasana kelasnya saat ini tampak ramai seperti biasa. Pandangan pertamanya jatuh ke arah pojok ruangan kelasnya di ujung sana, melihat sosok teman-teman bandnya yang tengah berkumpul di sana tanpa kehadirannya.
Pandangannya jatuh melihat Haechan yang tengah mengobrol dengan Jaemin dan Jisung, lalu pandangan mereka tak sengaja bertabrakan, namun Haechan lebih dulu membuang mukanya.
Mark tentu masih ingat dengan kejadian kemarin. Mungkin karena itulah juga ada rasa tak biasa yang perlahan merambat di antara mereka berdua.
Pandangannya pun jatuh ke arah meja berada di depan mejanya Haechan. Mejanya masih kosong. Pemiliknya masih belum menampakkan dirinya.
Mark terdiam sejenak, lalu dia bergegas menuju tempat duduknya.
°°°°°
"Bayaranmu bulan kemarin dan bulan ini sudah lunas."
"Apa!? Sudah lunas?"
Aku terkejut ketika wali kelasku baru saja memberitahukan bahwa iuran SPPku dinyatakan lunas. Padahal hari ini aku hendak membayarnya dengan uang hasil jerih payah ku bekerja.
Sekarang, aku sedang berada di ruangan guru di jam istirahat yang sedang berlangsung ini. Sesuai yang dijanjikan minggu lalu, aku akan membayar iuran SPPku selama dua bulan ini, sekaligus untuk meminimalisir panggilan yang akan diberikan ke padaku jika aku bermasalah lagi.
"Tunggu—aku tidak tahu siapa yang membayarnya?" tanyaku karena aku sendiri terkejut melihat SPPku sudah dinyatakan lunas untuk beberapa bulan kemarin.
"Kami memanggil keluargamu kemarin saat kau tidak masuk," jelas wali kelasku.
Surat sekolah yang berada di tangan Kak Doyoung waktu itu!
Aku baru ingat jika sekolah memanggil keluargaku untuk mengurusi masalah sekolahku. Ini cukup memalukan, apalagi jika mereka tahu aku sering mengotori absenku yang bisa berpengaruh pada kelulusanku nanti.
"Apa kau sadar jika kau baru saja membuat malu keluargamu?"
Aku menatap ke arah wali kelasku, Pak Kim, yang saat ini tengah sibuk membersihkan mejanya. Lalu dia menatapku dengan pandangannya yang seperti biasa itu. Ya, pandangannya yang selalu menatapku dengan wajah tak bersahabat dan dia merasa begitu sial memiliki murid sepertiku di kelasnya.
"Kau adalah satu dari seribu murid yang nyaris merusak nama baik sekolah ini. Kami seharusnya tidak menerima murid seperti ini karena seperti yang kukatakan di awal..."
Aku mengerti maksudnya. Dia membenci murid miskin sepertiku.
"Merusak nama baik sekolah.."
KAMU SEDANG MEMBACA
monochrome [TERBIT]
Fiksi Penggemar[TERBIT DI HAEBARA PUBLISHER | SEBAGIAN CERITA TELAH DIHAPUS] ACT - COLOR BLIND UNIVERSE ❝Tuhan itu adil. Tetaplah hidup dan aku akan menjadi pelangimu.❞ Ada banyak cara untuk jatuh tapi juga ada banyak usaha untuk bangkit dari tekanan. Jang Hyesan...