Percaya tak percaya, itulah yang barusan kau lihat.
Kebenaran yang tak pernah terungkap dan orang yang kau sayangi yang telah menyembunyikannya.
__________
Sekarang jam sembilan malam, aku masih di luar dan tengah berada di jalan menuju rumah. Suasana malam kalu ini terasa begitu dingin, walaupun aku sudah mengenakan jaket, tapi tetap saja hawa dinginnya terus menusuk kulitku. Pasti saja, aku selalu lemah berada di luar ruangan, apalagi jika memasuki musim dingin.
Beberapa menit perjalanan telah berlalu. Aku tiba di depan rumahku. Pandangan mataku semulanya menatap pada halaman rumah, lalu beralih ke ruang keramik yang tampak begitu gelap dan sepi di malam ini. Biasanya aku sering melihat Kak Doyoung di dalam sana sedang membuat vas ataupun kerajinan lainnya dari tanah liat. Tapi kali ini aku melihat ruangan itu tampak begitu mati.
Tak ada yang perlu kutunggu lagi. Aku memutuskan untuk melangkah masuk ke sana sebelum aku pulang ke rumah, sekaligus melihat-lihat saja karena sudah lama aku tak mengunjungi tempat ini.
CKLEK
Kuhidupkan lampu ruangannya segera dan saat itu juga aroma tanah liat langsung menyambut hidungku. Pandanganku beralih menatap ke sekitar ruangan ini, lalu berpindah pada rak yang berisi banyak vas kering di sana.
Salah satu dari vas itu ada yang menarik perhatianku, sebuah vas kecil yang terletak di barisan paling belakang rak. Karena aku tertarik, aku berinisiatif untuk mengambilnya. Namun itu tak mudah dan terasa sangat sulit untuk tanganku menggapainya karena tertutupi oleh banyaknya vas yang berukuran lebih besar.
Hingga setelah perjuangan yang cukup sulit, aku berhasil meraihnya, tapi bodohnya sikutku menyentuh vas di sebelahnya yang otomatis membuat benda itu segera terjatuh. Aku panik dan mataku terpejam rapat, aku tak kuat melihat bagaimana ia pecah. Namun setelah beberapa detik aku menunggu, aku justru tak mendengar suara pecahan akibat jatuhnya.
Aku menoleh perlahan ke sebelahku untuk melihat apa yang terjadi dengan dan saat itu juga, aku mendapati ada Kak Doyoung di sampingku. Aku menelan ludah, aku harap dia tak memarahiku karena kecerobohanku yang nyaris membuat vas buatannya itu terjatuh. Untunglah tangan Kak Doyoung sigap meraih vas tersebut.
"Sedang apa di sini?" tanyanya.
"A—aku hanya melihat-lihat saja," jawabku terbata-bata. Aku seperti pencuri yang ketahuan polisi sekarang.
Alhasil aku urungkan niatku untuk mengambil vas kecil tadi, aku menaruh benda tersebut ke tempatnya lagi. Mungkin lain kali saja aku melihatnya nanti.
Aku segera berbalik badan memutuskan untuk segera pulang ke rumah. Namun, sesuatu menghentikanku ketika aku tak sengaja berpapasan dengan Kak Doyoung.
Pandanganku tertuju kepada sebuah benda yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Aku tak salah lihat kali ini, yang melingkar di pergelangan tangan kiri Kak Doyoung itu adalah sebuah gelang rajut.
Gelang rajut yang dia pakai memiliki warna yang sama dengan punyaku. Di gelangnya juga terdapat hiasan lonceng kecil, benar-benar persis punyaku.
"Ada apa?"
Pandanganku seketika buyar begitu saja, aku segera menggeleng, "Tidak. Aku permisi dulu," pamitku.
Mungkin itu hanya kebetulan saja. Sebagai anggota di keluarga besar di rumah ini, aku pikir setiap orang akan memiliki benda yang sama seperti ini.
Tapi...
Aku sedikit ragu dengan kesamaan yang tak biasa seperti ini.
Ah, sudahlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
monochrome [TERBIT]
Fanfiction[TERBIT DI HAEBARA PUBLISHER | SEBAGIAN CERITA TELAH DIHAPUS] ACT - COLOR BLIND UNIVERSE ❝Tuhan itu adil. Tetaplah hidup dan aku akan menjadi pelangimu.❞ Ada banyak cara untuk jatuh tapi juga ada banyak usaha untuk bangkit dari tekanan. Jang Hyesan...