Surat Kesembilanbelas

336 81 76
                                    

April, 13 2012.

Aku harus ngelakuin sesuatu.

Aku harus pergi.

Ini demi kebaikan kita.

Aku janji akan kembali.

Kata-kata itu kembali terngiang di kepala aku, setelah sekian lama akhirnya muncul lagi. Apakah kisah kita akan berakhir seperti ini? Tidak sesuai dengan ucapan kamu waktu itu.

Tidak adakah akhir yang indah untuk kita? Apa aku harus mengirim kata perpisahan disaat aku bahkan nggak tau apa yang sedang terjadi?

Aku minta tolong jelasin ke aku, aku nggak selamanya harus bersikap seperti ini, rapuh yang ditutupi ketegaran. Aku udah tulis berulang kali di surat-surat sebelumnya, aku harap kamu mengerti tapi nyatanya tidak ada yang berubah.

Dan aku rasa, pertemuan kita memang ditakdirkan untuk merasakan perpisahan.

Love, Aurora.

__________________

Tertutup sudah pintu .. pintu hatiku
Yang pernah dibuka waktu hanya untukmu
Kini kau pergi dari hidupku
Kuharus relakanmu walau aku tak mau.

Berjuta warna pelangi didalam hati
Sejenak luluh bergening menjauh pergi
Tak ada lagi cahaya suci
Semua nada beranjak aku terdiam sepi.

Dengarlah matahariku suara tangisanku
Kubersedih kerna panah cinta menusuk jantungku
Ucapkan matahariku puisi tentang hidupku
Tentangku yang tak mampu menaklukan waktu.

Berjuta warna pelangi di dalam hati
Sejenak luluh bergening menjauh pergi
Takada lagi cahaya suci
Semua nada beranjak aku terdiam sepi.
-Agnez, Matahariku.

Surat yang tak tersampaikan (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang