ㅡ author pov,
tiga tahun berlalu dan nggak banyak yang berubah disini, yang berubah cuma rumah yang kalau pulang sekolah terasa hening dan hampa.
udah biasa.
iya, anak perempuan ituㅡ ralat, yang sering dipanggil oleh empunya rumah dengan sebutan abel itu udah terbiasa pulang ke rumah dengan keadaan sepi.
tiga tahun bukan waktu yang sebentar agar dia terbiasa dengan suasana hening seperti ini.
dia merebahkan badannya disofa lalu menatap kalender dinding yang menunjukkan hari ini adalah pas tiga tahun setelah om-nya pergi ke luar negeri untuk melanjutkan studynya.
gadis ini menghela nafas lalu menatap layar ponselnya.
udah lama nggak telepon.
iya, doyoung udah lama nggak mengabari dia via telepon atau semacamnya, kira-kira satu tahun setengah dia dan doyoung lost contact.
"alah, paling sibuk." gumamnya
gengsi dan malas bercampuk aduk, si gadis terlalu gengsi untuk menelepon duluan dengan alasan takut menganggu jadwal belajarnya.
rumah ini memang selalu sepi karena beberapa bulan terakhir ini abel harus fokus dengan ujian nasionalnya nanti yang mengharuskan ia berkutat dengan buku-buku tebal yang ia benci.
terkadang rumah ini ramai kalau ada temannya yang berkunjung untuk bermain bersamanya atau mengerjakan tugas kelompokㅡ ya walau akhirannya tetap sama, main.
doyoung lama nggak menghubungi ngebuat anak ini kadang suka keluar malam-malam untuk bermain dengan temannya tanpa sepengetahuan doyoung.
terkadang orang tua doyoung suka berkunjung kesini untuk menanyakan kabar dirinya dan setelah itu rumah hening lagi.
tiga tahun berlalu, mungkin kalian mengira gadis ini sudah lupa dengan apa yang doyoung ucapkan tiga tahun lalu tapi nyatanya nggak.
gadis ini sama sekali nggak lupa.
umurnya semakin bertambah begitu juga dengan jalan pikir otaknya yang semakin dewasa, dia bukan anak kecil lagi yang selalu doyoung sebut dengan sebutan bocah.
"paling dia yang lupa," gumamnya lalu tertawa sembari memakan keripik kentangnya lalu berselonjor disofa dengan menatap ke depan, menonton tv, "disitu banyak yang bening, pulang-pulang juga bawa cewek yang bakalan dikenalin sebagai calon dia."
umurnya bertambah, jalan pikirnya juga bertambah dewasa tapi bodohnya masih melekat didirinya bahkan ikutan bertambah bodoh.
kemalasannya juga bertambah, makannya juga masih sama, banyak.
yakin 100% doyoung balik pasti dia langsung mengatai gadis ini, rakus seperti babi.
jam sudah menunjukkan pukul 11 malam dan dia sempat-sempatnya tertidur saat memakan keripik kentangnya dan membiarkan tv menyala.
"ngantuk, bodo amat yang bayar litrik bukan gua. gua tidur aja."
ㅡ
doyoung melirik arlojinya lalu mengangkat ponselnya yang daritadi bergetar karena ada panggilan masuk.
"iya, halo."
"saya sebentar lagi sampai, kemungkinan siang? mulainya memang jam segitukan?"
"saya langsung kesana."
bip.
ponsel ia matikan lalu menatap wallpaper ponselnya dengan tersenyum kecil, jarinya terulur ingin mengetuk layar yang menunjukkan aplikasi telepon namun dia mengurungkan niatnya.
bukan sengaja doyoung tak mau menghubungi bocah perempuan yang tinggal dirumahnya tapi jadwal doyoung yang selalu bentrok dengan jadwal bocah perempuan itu.
kemudian tangannya mengetik nomor seseorang yang tandanya ia menelepon seseorang,
"saya mau cuti sebulan, saya ada janji gantiin jaehyun ngajar. tolong atur jadwal saya."
bip.
"sampai ketemu nanti, bocah."
ㅡ
mau kaya didrakor drakor gitu ada soundtracknya, jadi kalian baca ini pakai lagu THE NIGHT - ERIC NAM, ya? play mulmed aja.nggak nyambung yaudah, emang yang bikin cerita juga ngga nyambung :(
bacanya kalau suara eric namnya udah keluar ya WKWKWK.
alurnya aku majuin tiga tahun kemudian ya, jgn lupa vomment! makasih 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
monster
Fanfiction[✔] yang namanya kim doyoung emang nggak bisa ditebak. © deepslatte, 2O18.