Hai, perkenalkan namaku Cordelia Khansa. Seorang gadis muda lulusan S1 Management dari sebuah Universitas di Bandung. Kini aku berusia dua puluh tiga tahun, dan sedang bekerja sebagai staf akuntan di bawah perusahaan ternama di Indonesia atau lebih tepatnya di kawasan Bekasi, yang baru saja menjalin kerja sama dengan sebuah perusahaan ternama di New Zealand.
Tahukah kalian, bahwa aku merupakan salah satu perwakilan dari perusahaan ini untuk bekerja di bawah bimbingan langsung perusahaan New Zealand tersebut. Waktu bekerja kami di New Zealand pun tidak bisa di bilang singkat, karena kemungkinan besar kami akan berada di sana selama enam sampai dua belas bulan lamanya. Tergantung perekembangan kerja sama yang terjalin di antara kedua perusahaan ini.
Sebuah kesempatan besar bukan, saat kau baru memasuki dunia kerja namun kau sudah di percayakan untuk mengemban sebuah tugas yang tidak bisa di anggap sepele seperti ini. Bayangkan saja, di New Zealand itu seperti apa. Sungai yang indah, pegunungan yang cantik, udara sejuk yang bisa setiap hari kita hirup. Aahh, sungguh menyenangkan bukan. Tetapi, sebuah tepukan keras di bahuku, membuyarkan lamunan tersebut seketika.
“Heeii...” seseorang menepuk bahuku.
“Ugh.. Carissa” ucapku kaget.
“Sedang apa kamu? Aku perhatikan dari tadi melamun terus. Ada apa, huh?” ucap Carissa, salah satu temanku di perusahaan ini. Kami juga tergabung dalam tim yang sama yang akan di berangkatkan ke New Zealand.
“Aku hanya sedikit membayangkan bagaimana nikmatnya setiap hari selalu mendapatkan pemandangan sejuk nan tenang di New Zealand.” ucapku seraya membalikkan tubuh agar berhadapan langsung dengan Carissa.
“Sudah kuduga. Memangnya semua persiapanmu sudah beres? Semua berkas yang akan kita bawa bulan depan juga sudah selesai?” ucap Carissa sambil tersenyum mengejek. Ya, sahabatku satu ini selalu bercanda seperti itu. Aku sudah terbiasa dengan semua sikapnya yang terbilang aneh menurutku.
“Kamu membuat kepalaku pusing, kalau mengingat banyaknya berkas yang harus aku siapkan” ucapku seraya mengerucutkan bibir, lantas kembali menatap layar komputer di mejaku.
“Haha, kamu ini. Selalu saja melamunkan sesuatu yang memang akan terjadi pada waktunya. Sedangkan pekerjaanmu kamu tinggalkan begitu saja” ucapnya seraya tertawa.
“Biarkanlah. Toh, aku juga sedang mengerjakannya. Lalu, bagaimana denganmu sendiri Rissa?” tanyaku seraya menoleh sebentar untuk melihat ekspresinya.
“Ya Tuhan, aku lupa. Masih ada beberapa berkas yang harusnya hari ini aku serahkan kepada Kepala Administrasi.” seraya berlari kembali ke mejanya. Aku hanya tertawa geli melihatnya. Lihatlah, sebenarnya siapa yang lebih ceroboh meinggalkan pekerjaannya? Hahaha..
Yah, keseharianku di tempat kerja memang seperti ini. Aku bahagia bisa berada di dekat teman-temanku yang selalu ada untukku. Yang selalu berusaha untuk membuatku tersenyum geli dengan semua tingkah lakunya. Carissa salah satunya. Dia adalah teman pertamaku di perusahaan ini.
◎◎◎
Dentingan jarum jam yang kian terdengar keras, mungkin karena ruangan ini sudah mulai sepi. Jam menunjukkan pukul 17.30, kebanyakan karyawan sudah pulang lebih awal karena pekerjaan mereka yang masih bisa di katakan ringan. Mungkin di ruangan ini hanya tersisa aku dengan beberapa orang karyawan lainnya. Yang memegang pekerjaan untuk di bawa ke New Zealand nanti.
“Lia.” suara seseorang yang tak asing bagiku.
“Oh, hei Rasya.” sapaku seraya menoleh. Dan benar nyatanya bahwa dia adalah Rasya, teman laki-laki terbaik yang pernah kumiliki. Bagaimana mungkin aku akan salah mengira, bila dia denganku saja sudah berteman baik selama kurang lebih enam tahun. Namanya Rasya Athaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between
Teen FictionKadang hidup itu selalu di warnai dengan berbagai pilihan. Entah itu baik ataupun buruk. Begitu pula kehidupan yang di jalani Cordelia. Berbagai konflik muncul di dalam hidupnya, akankah dia bertahan dan kembali bangkit? Atau hanya akan menyerah pad...