“Sudahlah. Itu semua hanya untaian masa lalu yang tak akan pernah aku rasakan kembali, bukan? Biarkan waktu yang menjawab semua rasa bersalahnya itu. Entah dengan membalasnya dengan hal serupa, atau melindunginya.” Ucapku sembari menatap keluar kamar.
“Kau yakin?”
“Aku sudah memikirkan hal ini puluhan kali, Carissa. Aku harap kamu gak bikin pertahananku runtuh. Aku tau, aku juga bisa rasain kalau dia perasaan menyesalnya itu tulus. Tapi, kamu juga tau sendiri gimana rasa sakit yang aku coba buat sembunyiin selama ini. Kamu juga tau kalau aku dulu sempat gak mau keluar rumah gara-gara kejadian itu. Kamu tau gimana kacaunya aku saat itu.” Ucapku mengalihkan pandangan dari Carissa.
“Aku tau, Lia. Tapi, kamu yakin?” Ucap Lia sekali lagi dengan nada meyakinkan.
“Ya, aku yakin. Oh iya, ini udah larut malam. Aku ngantuk. Aku tidur duluan ya..” Ucapku sembari beringsut memasuki selimut.
“Aah, baiklah Lia. Maaf. Selamat tidur.”
“Hm, selamat tidur juga, Carissa.”
°°°
Suara burung yang kian terdengar nyaring di telingaku terpaksa membuatku -yang enggan bangun ini- terbangun. Aku pun segera melirik nakas. Masih jam 06.15, aku pun lekas merapihkan selimut beserta ranjangnya.
“Oii, Rissa.. Rissaaaaaa...” Ucapku sedikit berteriak saat mendapati Carissa masih tertidur pulas. Sembari aku mengikat rambutku, aku pun menghampiri ranjang Carissa..
“Putrii tidur yang cantik jelita, saya mohon untuk segera bangun...” Ucapku selembut mungkin tepat di pinggir telinga Carissa.
“Ehhmm.. 5 menit lagi pangeran. Aku masih mengantuk.” Aku terkekeh geli mendengarnya.
Aku pun mencoba menarik pelan beberapa helai rambut Carissa. Namun, hasilnya tetap sama. Carissa masih belum terbangun. Akhirnya aku menyerah, aku pun men set-up alarm di handphoneku tepat 10 menit dari sekarang, dan aku letakkan handphoneku tepat di nakas yang berhadapan langsung dengan wajah Carissa.
“Awas aja kalau kamu masih gak bangun. Aku mending siap-siap dulu deh.” Ucapku meninggalkan Carissa yang masih tertidur pulas.
Aku pun bergegas menyiapkan barang-barang yang akan aku bawa ke kantor, sembari sesekali melirik ke arah Carissa. Saat ini aku mendapati Carissa sedang memeluk guling di sebelahnya. Aku yakin, saat ini Carissa sedang bermimpi bahwa dirinya di peluk erat oleh ‘Pangeran’ di dalam mimpinya ini. Aku hanya terkekeh geli melihatnya.
Sepuluh menit berlalu...
Terdengar suara alarm dari Handphoneku yang begitu nyaring. Aku yang sudah terbangun sejak tadi pun hanya bisa meringis karena suaranya yang memeka-kan telinga. Aku pun menoleh ke arah Carissa, dan yaaa alarm itu cukup keras untuk membangunkan Carissa dari mimpi indahnya itu. Carissa pun bergegas mematikan alarm. Dan aku yakin, sebentar lagi dia akan mengamuk.
Sebelum itu terjadi, aku pun berlari sekencang yang aku bisa ke arah kamar mandi dan menguncinya.
“Cordelia Khansaaaaaa... Awas kau...” Teriak Carissa yang masih terdengar nyaring di dalam kamar mandi ini. Aku hanya bisa terkekeh geli mendengarnya berteriak seperti itu. Aku pun bergegas mandi.
°°°
Selesai mandi dan bersiap, aku dan Carissa pun akhirnya memutuskan untuk berangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between
Teen FictionKadang hidup itu selalu di warnai dengan berbagai pilihan. Entah itu baik ataupun buruk. Begitu pula kehidupan yang di jalani Cordelia. Berbagai konflik muncul di dalam hidupnya, akankah dia bertahan dan kembali bangkit? Atau hanya akan menyerah pad...