"Ezra Athmar?" Ucap Carissa lirih, namun terdengar jelas di telingaku. Nadanya pun berubah menjadi kaget antara percaya atau pun tidak, bahwa seseorang yang membuatku memiliki masa lalu kelam kini berdiri dengan jarak yang sangat dekat dengan kami.
Aku hanya termenung dan kembali mengingat bagaimana dia membuatku merasa mempunyai masa lalu yang kelam.
Bandung, delapan tahun yang lalu...
"Lia, nanti sore tunggu di depan gerbang sekolah, ya. Aku bakal jemput kamu di sana." Ucap lelaki di sebelahku, Ezra Athmar. Sekarang, bisa di bilang dia adalah kekasihku. Aku saat ini sedang berada di lorong sekolah. Kami memang selalu berangkat dan pulang bersama. Karena dia adalah tetanggaku. Dia di sini juga menjadi kakak kelasku.
"Baiklah. Tapi ingat, jangan terlambat seperti kemarin-kemarin. Bila kamu terlambat, lihat saja nanti." Ucapku sembari tertawa.
"Apa yang akan kamu lakukan? Menerorku?"
"Oh, tentu tidak. Mungkin akan lebih parah lagi." Ucapku, sebelum aku berbelok ke lorong lain di sekolah. Kami pun berpisah di lorong tersebut. Dan berjanji akan pulang bersama nanti.
◎◎◎
Jam telah menunjukkan pukul 14.20, sudah waktunya pulang. Aku sedikit terlambat karena hari ini ternyata ada pelajaran tambahan. Dan yang pasti, saat ini Ezra sedang menungguku di gerbang. Dia pasti sudah pulang lebih dulu dari aku, biasanya dia pulang pukul 13.30. Aku pun sedikit berlari menuju gerbang, tetapi dari kejauhan aku melihat Ezra sedang berdiri tegap di sana, tetapi dia tidak sendirian. Kalau aku tak salah mengira, mereka adalah teman-teman sekelas Ezra.
Tetapi yang membuatku tercengang, mereka sedang menarik-narik tangan Ezra, sepertinya mereka sedang memaksa Ezra untuk pergi ke suatu tempat, tetapi Ezra tetap menolak.
Aku lantas melewati mereka semua tanpa mempedulikan suara Ezra yang terus memanggilku, aku hanya melihat dari ekor mataku dia tetap di paksa untuk diam di sana. Aku sadar, bahwa aku tak semenarik mereka. Aku hanya seorang gadis biasa, yang dengan beruntungnya memiliki tetangga dengan wajah yang menawan seperti Ezra, dan sekarang jelas adalah kekasihnya.
Aku sudah terbiasa bila dia memang di sukai oleh banyak gadis di sekolah. Dia memang lumayan terkenal di sekolah. Tetapi kejadian tadi membuatku semakin merasa tak pantas mempunyai hubungan khusus dengannya.
◎◎◎
Hari demi hari berlalu, aku selalu berangkat dan pulang sekolah sendirian. Beberapa hari ini aku selalu berusaha menjauh dari Ezra. Walaupun aku tahu Ezra berusaha keras untuk menemuiku lagi. Tapi aku tak peduli. Hari ini, aku berencana pergi ke sebuah taman yang letaknya tidak jauh dari sekolah. Aku hanya duduk terdiam di sebuah kursi panjang yang ada di sana. Tetapi ada empat orang gadis yang menghampiriku.
Aku yakin, mereka adalah kakak kelasku di sekolah. Mungkin mereka juga ingin menenangkan pikiran di sini. Tetapi, tidak. Seseorang menarik keras rambutku sampai aku terjatuh kebelakang. Seorang lainnya menyeret paksa aku ke sudut taman yang lebih sepi, aku yakin bajuku saat ini sudah tak layak di lihat, kotor. Dua orang lainnya mengobrak-abrik isi tasku. Aku tak tahu apapun yang mereka inginkan dariku. Aku di tampar, di caci maki, dan di hina sedimikan rupa. Aku hanya bisa menangis tanpa berkata apapun.
"Hei perempuan sok kepedean, kenapa kamu seenak hati mengabaikan Ezra? Jelas-jelas dia berusaha keras untuk menemuimu. Tetapi kamu dengan tenangnya menjauh. Kamu seharusnya merasa beruntung selalu di cari olehnya. Tetapi ini? Kamu hanya membuat kami semakin merasa iba melihat Ezra seperti itu. Bila kau tak mau bersama Ezra, ya sudah tinggalkan dia. Bukan begini caranya. Kami tahu, kamu sudah berpacaran dengan Ezra lebih dari lima bulan lamanya, kan. Tetapi selama kami kenal Ezra, belum pernah ada yang berani menjauh dari Ezra seperti ini." Ucapnya sembari menarik rambutku agar aku mendongak menatap mereka. Wajahku sekarang mungkin penuh luka lebam, sekujur tubuhku pun sakit. Aku hanya bisa menatap mereka dengan tatapan kosong, dengan pipi yang masih di aliri oleh air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between
Teen FictionKadang hidup itu selalu di warnai dengan berbagai pilihan. Entah itu baik ataupun buruk. Begitu pula kehidupan yang di jalani Cordelia. Berbagai konflik muncul di dalam hidupnya, akankah dia bertahan dan kembali bangkit? Atau hanya akan menyerah pad...