Bayangkanlah ada sebuah kolam. Lalu, kamu memasukan satu sendok garam kedalamnya. Setelah itu rasakan apa air dalam kolam itu berubah menjadi asin?
Jawabannya tentu tidak.
Begitulah seharusnya manusia bersikap lapang dalam segala hal.
Jangan sampai hati mu sempit hingga satu tetes saja rasa pahit menyentuh dapat membuat hati mu pahit seluruhnya.🌸🌸🌸
Namun terdengar suara gelak tawa di belakangku. Saat aku menengoknya tidak ada siapa-siapa. Ah, Mungkin benar itu hanya sosok halusinasi saja.
Ah Tidak!
Aku melihat sosok itu mendekat ke arahku. Kenapa? Kenapa dia semakin mendekat ke arahku?
Atau jangan-jangan dia akan menampilkan wujud aslinya?Aku membulatkan mataku dengan sempurna takut kalo aku hanya salah liat saja. Tapi kenapa sosok itu semakin mendekat saja?
Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tangan, rasa takut menyeruak kedalam kolbu.
Ya Allah aku berharap ketika membuka mata sosok itu telah hilang.Aku merasa bahwa sosok itu telah pergi dari sisiku. Aku berniat dalam hitungan satu sampai tiga aku akan membuka tanganku dan semoga perasaanku ini tidak keliru.
Satu!
Dua!
Tiga!
Ya Allah
Sosok itu telah berdiri di hadapanku dengan senyum mengembang di wajahnya. Tanpa basa-basi lagi aku berlari masuk kamar mandi dan membanting pintu dengan keras.
Jantungku berdetak amat kencang. Aku mencoba menetralkan jantungku yang telah tidak karuan.
Siapa Sebenarnya dia?Entahlah, yang aku ingin lakukan sekarang adalah membasuh muka supaya sedikit segar.
Aku melihat pantulan wajahku di cermin, sepertinya wajahku tidak terlalu pucat seperti tadi.
Aku merapihkan sedikit pakaian ku dan juga kerudung yang aku kenakan.
Aku melangkahkan kaki keluar dari kamar mandi. Tapi, keraguan memenuhi perasaanku saat ini. Takut jika sosok itu masih ada di luar.Aku berkali-kali mengambil napas lalu buang mencoba mengumpulkan kekuatan jika saja sosok itu masih ada aku akan siap menghajarnya.
Krrrreeekkk
Suara pintu kamar mandi. aku melihat ke bawah ada sebuah kaki, tapi kaki siapa? Ya Allah sosok itu masih setia menunggu. apa maunya mengganggu orang baik seperti inu. Aku mencoba melangkah dan melaluinya.
"Ukhty!" panggilnya yang sudah pasti kepadaku, namun aku masih saja takut. kekuatan yang aku kumpulkan sebesar dan sepanjang tembok cina pun runtuh oleh suaranya.
Ah, aku tidak mau melihatnya. Aku mengambil aba-aba
Satu!
Dua!
LAAARRRRIIII
"Heyy ukhty kenapa lari?" Terdengar suaranya berteriak.
Aku terus saja berlari agar terhindar dari sosok itu hingga akhirnya aku berhenti karena aku melihat umi yang menatap heran kearahku.
"Kamu kenapa syila?" Tanya umi kepadaku.
"A--a--anu umi gak papa. Hmm umi syila mau pamit ke asrama ya umi mau persiapan." ucapku
"Persiapan apa?" Ekspresi wajah umi seperti orang bingung.
"Persiapan untuk pengajian nanti maghrib mi." jelasku.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is My Ustadz (Selesai)
SpiritualAtas sesuatu yang menimpamu. Tak perlu menyalahkan orang lain, tak perlu menyalahkan takdir atau bahkan keadaan. ~Arsyila Romeesa Farzana Kamu tidak bisa menebak hati seseorang itu untuk siapa, Kamu tidak bisa memaksa hati seseorang itu untuk siapa...