Matahari telah sampai ke ujung peristirahatannya di hari itu. Langit memerah, burung burung berterbangan dan suasana kota di penuhi pegawai pegawai yang pulang dari kantornya.
Di sudut kota, fajar berdiri memandangi langit yang sedang ingin berpisah dengan sang surya yang sudah menemani meneranginya sehari ini. Matanya tak berpindah sekali pun, ia sangat menikmatinya. Di tambah angin yang seolah menghipnotisnya agar tetap di tempat itu hingga benar benar gelap.
sebelumnya perkenalkan ia fajar, anak pertama dari 1 bersaudara atau bisa disebut anak tunggal. Ia lahir dari kedua orang tua yang entah kini dimana. Namun kata Bibi fajar orang tuanya akan kembali menemuinya ketika mereka sudah siap. Entah siap soal apa, yang penting bagi Fajar ia bersyukur bisa hidup dengan Bibi yang sangat baik hati itu.
Lanjut , matahari semakin menurun tanda gelap sudah menyapa. Fajar sudah harus pulang karena Bibinya akan khawatir jika tidak pulang segera. Ia membalikkan badan dan terdiam sejenak, di baliknya ada seorang perempuan yang memandanginya mungkin dari tadi. Panggil saja ia Chandra. Chandra mengulurkan rantang yang ditangannya lalu tersenyum kecil.
" Hmmm ? kenapa disini? " , kata Fajar dengan heran. " Bawain ini ." jawab si Chandra.
Chandra adalah teman Fajar dari kecil. Hanya ada dua rumah yang membatasi rumah mereka berdua. Chandra mengembalikkan rantang makanan yang tadi paginya berisi masakan Bibinya Fajar.
Kehidupan Fajar sangatlah sederhana ia jauh dari kata mewah segala yang ia inginkan harus ia dapatkan dengan usahanya sendiri bagaimana ia ingin meminta ke orang tuanya jika ia tak pernah menemuinya. Ia hidup melalui usaha masakan rantang milik Bibinya.
" Kenapa tidak di rumah saja? ".
" Kebetulan aku lewat terus lihat kamu jadi aku singgah. "
Fajar mengambil rantang yang ditangan Chandra seraya pulang bersama. Wajahnya terlihat tak seperti biasa, Chandra merasakan hal itu namun ia tak berani menegurnya.
Selangkah demi selangkah tak sengaja Fajar tersandung batu yang ada di jalan. Namun ia tak terjatuh dan kembali melanjutkan perjalanannya.
Di pinggir jalan ia memberhentikan angkot yang sempat masih lewat walau kondisi sudah cukup gelap. Ia masuk disusul oleh si Chandra. Saat itu di dalam angkot hanya ada mereka berdua.
" Jar? kamu ada masalah? "
" Tidak nanya pun ada can ."
Chandra berusaha menanyakan sebenarnya apa yang terjadi dengan si Fajar ini.
Fajar menarik dalam nafasnya lalu menghebuskannya perlahan.
" Sebenarnya anu can... ",
" Ia kenapa? kamu sakit? " nada Chandra yang mulai khawatir .
" Tidak tidak ini bukan soal sakitku. "
" Terus soal apa? "
Sebelumnya , Chandra pernah dengar kalau si Fajar punya penyakit yang sungguh serius kata Bibinya. Tapi Bibi Fajar tak memberitahukannya bahwa si Fajar ini sakit apa.
" Hmmm besok can ."
Chandra terdiam membiarkan Fajar menjelaskannya secara perlahan.
" Besok aku sudah tak disini. "
Chandra kaget dan memotong pembicaraan Fajar lalu menarik lengan baju si Fajar.
" Kamu kenapa sih!!? jangan yang aneh aneh. Ini soal sakitmu itu atau bagaimana? ."
Fajar menarik badannya agar si Chadra melepas lengan bajunya.
" Kan aku sudah bilang ini bukan soal sakitku. Libur sudah selesaikan? saatnya kembali sekolah dan Bibiku menyuruhku sekolah di kota dimana pamanku kerja disana. Soalnya biaya SMA katanya lebih membutuhkan banyak. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Fajar Di Langit Senja.
Novela Juvenil"Kenapa kau datang saat senjaku meruntuh, lalu kenapa kau menghilang saat purnamaku mengutuh." Tak harap dengan jawaban 'karena' tapi kuharap kau membantah yang tadi dengan kembali melangit denganku, cuman itu.