Pemisah

330 23 9
                                    

"Jangan sedih. Jarak hanyalah cobaan sementara," mataku mulai berkaca. 

Kali ini, cinta tumbuh dalam air mata. Bahagia dengan mekarnya, disiksa oleh rindunya.  Selamat datang. Cerita cinta tak terduga ini dimulai.

"Entah kemana? Ucapan selamat pagi yang manja, teriakan "bangun" yang selalu membuatku terkejut sampai melompat dari tempat tidurku, tawa lepas ketika melihat reaksiku yang lucu ketika terlompat dari tidur, dan senyum yang selalu aku nanti sebagai pengganti sinar sang mentari."

Hatiku merindu. Terlalu terbiasa dengan kehadiran sosok cantik yang menyapa kala gelap memudar. Kali ini, aku melepas mimpi dalam sepi, menatap kasur yang berantakan, dan mulai berpetualang dalam ruang kenangan.

Aku harap dia tak akan lupa dengan semua rasa yang mekar saat ku duduk di motor tuaku, merangkulnya, menyandarkan kepalanya di bahuku, dan bersama menikmati langit senja yang merona. Momen yang hanya bisa dikenang, dan entah kapan akan kembali terulang.

Kuraih handphone ku, kubuka panggilan dan kusentuh nama wanita cantik yang telah meluluhkan hatiku.
"Halo," suara wanita terdengar dari ponsel

"apa kabar?" Jawabku

"Baik. Kamu gimana?" Jawabnya dengan suara pelan

"Aku baik. Udah makan?"

"Udah. Kamu udah makan?" Dia balik bertanya.

Suasana ini awkward sekali. Suaranya terdengar sayu, begitupun aku menjawabnya.

Sampai akhirnya aku berkata, "aku rindu."

Ruang Penantian (Rewrite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang