Perlahan cahaya masuk bersama sepoi angin sejuk melewati jendela yang tak kututup tadi malam. Aku bersila di atas ranjang, mengunci tangan dengan mata tertutup, menyampaikan rindu dan harapan kepada sang pencipta.
"Amin," Aku mengatur nafas dan perlahan membuka mata. Aku segera meraih smartphoneku dan menuliskan pesan untuknya.
"Pagi," Sesimpel itu saja pesanku kali ini dan aku kembali berbaring, berguling ke kiri, ke kanan, membuka instagram, kembali ke pesan, meluruskan badan, kembali ke pesan, keadaan itu belangsung hampir sejam. Perlahan mataku kembali sayu. Hanya tinggal menunggu sedikit waktu aku pasti tertidur. Tapi suara pesan tiba-tiba terdengar sesaat sebelum aku masuk ke alam mimpi.
"Pagi juga," pesan sederhana yang akhirnya melahirkan lekuk bahagia di bibirku.
"Lama..!! aku nunggu dari tadi loh," balasku manja.
"hahaha, aku baru aja bangun. Sebenarnya nggak mau bangun, soalnya nyaman banget di peluk sama kamu, hehehe, biarpun cuma dalam mimpi," balasnya dengan emoticon senyum.Aku ikut tersenyum dari balik layar smartphone. Gombalannya, candaannya, dan semua tingkahnya selalu membuatku tersenyum. Aku menyebutnya "sederhana yang memikat."
Ia tak secantik wanita-wanita lain di luar sana. Biasa saja. Begitu caraku mengejeknya. Tapi dia selalu membela dirinya dengan dengan kalimat, "tapi aku kece," dan mungkin itu juga salah satu cara dia menghibur dirinya ketika aku membandingkan dia dengan wanita lain di luar sana, dan salah satunya, dengan mantan pacarku.
Lucu. Cinta memang terkesan aneh. Kadang ada hal yang tak bisa dimengerti dari setiap cerita. Tapi semua punya kisah. Dia meluluhkanku dengan pesona yang berbeda. Bukan tentang parasnya, tapi tentang hatinya.
Saat itu sahabat kami kecelakaan, dan gadis ini terus menemaninya. Karena takut dimarahi orang tuanya - maklumlah cewek - sahabat kami menolak diantar pulang setelah mendapat pertolongan pertama di rumah sakit. Akhirnya dia dirawat di kosanku.
Dan Clare, begitu panggilan cewek biasa aja yang aku ceritakan dari awal cerita. Melihat apa yang dia lakukan untuk sahabatnya memaksaku luluh.
Merangkul sahabatnya setiap ke kamar mandi atau ke toilet dengan tubuh kurusnya. Menemani sahabatnya, menyuapi, bahkan memandikan sahabatnya.Hari itu adalah hari dimana hatiku bergetar dengan cara yang berbeda ketika menatap seorang wanita. Jika benar ini adalah jatuh cinta. Haruskah aku terus merebahkan hatiku di dalamnya?
Tapi,
aku telah merebahkan rasa pada wanita lain di luar sana dengan janji untuk saling menjaga,
Sampai selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Penantian (Rewrite)
Teen FictionSetiap orang menantikan kisah bahagia, dan begitupun aku, Matthias Darel Emillio. Aku telah mencapai perjalanan panjang dalam kisah cintaku. Kini aku aku merayakan tujuh tahun pacaranku dengan Rikha Elizabeth Quinza. Dan yang aku nantikan adalah ki...