#07

85 21 22
                                    


"napa pit?" vale heran melihat raut wajah pitaloka dan jelas saja dia menunggu snack itu..

Silahkan lanjut membaca..
.
.
.
Love Readers❤

"Pitaloka... Katanya mau makan snack.." Shinta merengek seperti bocah :v. Maklum, Shinta memang yang paling muda diantara mereka yang tua :v.

Karena tidak mau nunggu lama, akhirnya Shinta menarik tas Pitaloka yang kini telah berada dihadapannya.

"Pita lebay.. Tinggalin ngeluarin snack aja drama dulu. Kalo takut habis gak usah dibawa kali-_," Shinta langsung mencomot snack dan mengembalikan tas Pitaloka.

Vale tersenyum dan mendekat ke Shinta lalu mengabaikan Pitaloka yang masih kaget.

"ini gue yang banyak ilusi atau gue yang kecapek'an? Tadi jelas-jelas bukan snack kok," batin Pitaloka.

"Mbak gaes, kenapa ya gue kena kayak begituan," tanya Shinta yang masih penasaran.

"Kayaknya bukan kamu aja, Shin, tapi aku juga kena," ujar Pitaloka.

"Yeee lu.. Ntar ngedrama lagi, kenapa? Lu kehilangan snack? Ha ha ha udah ah, Pit.. Gue serius," Shinta melirik Pitaloka yang dianggap bercanda.

"Gue gak bercanda, Shin. Ini serius! Mungkin kalian gak percaya, tapi Gue keduluan ngalamin ini di sekolahan!" Pitaloka tak bisa menahan air mata yang telah menumpuk di matanya, dia benar-benar takut saat ini.

"Pit..." Vale mengelus pundak Pitaloka yang gemetar.

"Emang Pita kenapa tadi di sekolah?" tanya Shinta yang mulai kasihan.

Pitaloka menceritakan semuanya secara detail. Air matanya terus mengalir di pipinya. Wajar jika pitaloka menceritakannya seperti ini. Pitaloka memang cengeng-_.

Mereka bertiga terdiam lagi sesaat.
Tanpa banyak bicara, Vale langsung bercerita juga tentang kejadiannya.

"Kenapa ini terjadi ama kita bertiga?" tanya Pitaloka yang sudah 'sedikit' tenang.

"Aku gak tau apa hubungannya, tapi yang jelas aku yakin. Pasti ini ada hubungannya," sahut Shinta.

"Ngomong apaan sih, Shin?"

"Nggak tau, he he,"

"Tapi coba deh kita telusuri. Kalian mau kan cari tau semua ini? Biar kejadian ini gak ngulang lagi? Mau kan?" Vale memandang kedua wajah sahabatnya, tersirat jelas wajah Pitaloka yang tidak mau.

"Pit, ayolah.. Aku yakin setelah ini kita akan aman kok! Aku janji! Gak bakal lagi ada yang ganggu kamu setelah ini," Vale meyakinkan.

Meski Pitaloka tidak begitu yakin, namun dia mengangguk dan membuat Vale tersenyum bangga.

"Jadi aku nemuin beberapa benda aneh.. Bukan aneh.. Tapi aneh," Vale membelit-belitkan berusaha membuat suasana tidak begitu tegang.

"Ngomong paan sih, Vale?" Kali ini Shinta yang kesal dengan Vale.

"Sans elah.. Biar gak tegang aja.. Gak liat wajah Pitaloka pucat noh? Ha ha," Vale sungguh tak tega menertawai wajah Pitoka sekarang, tapi wajah pucatnya benar-benar lucu.

"Gak lucu!" ketus Pitaloka.

"Maaf-maaf.. Ok aku serius, jadi aku nemuin surat ama seragam yang kebesaran untuk aku. Aku yakin ini bukan seragam aku, lalu di surat ini bawa-bawa kata 'Gudang'. Bagi aku kayaknya 'Gudang' ini kata petunjuk deh," jelas Vale

"Riddle? Up lah aku... Aku gak bisa mecahin teka-teki! Huh!" Shinta mendengus kesal.

"Tunggu dulu! Makanya kita cari sama-sama,"

"Gudang? Hem bahas gudang jadinya aku teringat cerita Bibi yang nemuin mayat di gudang sekolah," Pitaloka berbicara sambil memejamkan matanya, berusaha melupakan cerita Bibi kantin tadi.

Vale dan Shinta spontan menatap Pitaloka.

"Ada apa? Kenapa natap aku?!"

"Gedung sekolah!"

.
.
.
.
.
.

Holeeeee sampai sini duluya...
Wih panjang amat masa ampe 500 kata-_
Padahalkan aku maunya 300 :v
Jangan bosan baca ya!
Terus kunjungi Tumbal
Dada...
❤❤❤

Tumbal (auto Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang