Rahasia (2)

224 23 9
                                    

Raya menutup laptopnya dan memandang Diana yang datang menghampirinya dari kejauhan. Diana membanting tubuhnya dikursi tepat didepan Raya. Raya memicingkan matanya tampak serius meneliti Diana yang tiba-tiba secara pribadi menemuinya. Jujur aja nih, Diana dan Raya tidak terlalu dekat, namun Diana cukup tau permasalahan Raya dan Brian. Diana ini dekat sama Brian. Soalnya tetanggaan. Kayak Raya sama Kak Jeff.

"Hey, lo nunggu Brian?" ucapnya serabutan. Raya menghembuskannya tanda tak peduli. Menurutnya, omongan Diana ini omong kosong belaka. Bisa-bisanya nyeblak gitu aja. Nggak tau apa gara-gara kejadian dua hari lalu, Raya jadi malas dengerin nama 'Brian'.

"Nggak." ucap Raya singkat. Diana tersenyum dan menatap Raya misterius. "Apaan?" tanya Raya cepat.

"Yaampun, Ra. Gue tau kok lo suka Brian" ucap Diana asal. Raya menggeleng pelan dan mengalihkan pandangannya dari gadis aneh didepannya ini.


"Apasih, random banget lo tiba-tiba"

"Lo nggak niat mau confess duluan, Ra? I mean, maybe you can try? Nggak usah mikir jawaban dia sih. At least you try, right? Daripada ngeganjal terus"

"Gila ya lo?"

"Nih ya Ra. Gue juga dulu pernah kok. Dan efek baiknya, ternyata dia juga suka sama gue. See? You never know if you never try, Ra. Kalo emang jawabannya nggak sesuai ekspektasi lo, ya nggak apa-apa. Hitung-hitung buat ngelegain dada lo aja" jelas Diana.

"Sounds really simple when you say it," Raya menyambar tas-nya dan meninggalkan Diana yang kebingungan. Raya berjalan keluar kelas dan menemukan Wira berjalan kearahnya, namun sebelum Wira sampai, Raya langsung menariknya agar tidak masuk ke kelas dan menariknya menjauh dari kelas.

****
Wira mengumpat kearah Raya yang telah menariknya asal dan membawanya ke taman belakang sekolah. Para siswa-siswi memang jarang kesini karena suasananya kuno trus sepi lagi, cuma ada suara desiran danau kecil didepannya dan kicauan burung. Benar-benar senyap, sepi, dan tenang.

Wira menghembuskan nafasnya kesal dan menatap Raya yang tengah menikmati segarnya udara pagi ini.

"Lo ngapa bawa gue kesini deh?" tanya Wira. Raya menatap Wira singkat lalu mengalihkannya lagi. Raya mencoba membuka kembali otaknya tentang pertanyaan yang akan dia lontarkan.

"Wirㅡ menurut lo Brian lagi suka sama seseorang nggak? I mean, is she Diana or who?" tanya Raya. Wira mengangkat bahunya tanda tak tahu.

"Mana gue tau. Emang gue emaknya. Eh tapi kalo gue liat dia nggak ada tanda-tanda lagi suka sama orang sih. Dia kelihatan biasa aja, nggak tertarik sama cewek di sekolah. Selain Diana emang siapa yang sering ngomong sama dia. Tapi, ya nggak heran sih kan Diana tetanggaan tuh sama dia. Kali aja mereka gibahin cerita tentang Pak RT mereka atau apa gitu. You see?" jelas Wira. Raya sedikit mengangguk samar mengiyakan perkataan Wira.

"Pelajaran dimulai 10 menit kan?"

Wira mengangguk."Iya, kenapa?"

Raya menggeleng. "Tipsen dong Wir. Bilang aja gue di klinik apa dimana kek. Gue ngantuk. Gue cuma pengen duduk disini doang,"

Wira membulatkan matanya dan menggeleng tanda tak percaya. Is this real? Seorang Shanindya Rayana mau bolos? Gila gila.

"Widih udah stress lo? Males ah, ntar ketahuan, gue yang mati nih" tolak Wira.

Raya menatap Wira penuh permohonan, tapi ditatap tidak peduli oleh Wira. "Yaelah, Wir. Tolongin gue kek. Gue lagi nggak pengen belajar, sumpah. Daripada gue tidur lagi? Kena hukuman lagi? Lo tega?" ucap Raya.

Sepenggal Kisah LamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang