Setelah membagikan bekal yang Kirana sengaja buat untuk Riri dan Agnes, mereka bertiga kini tengah duduk di taman sekolah sambil menceritakan detail-detail kecil dalam hidup mereka sebagai pertanda bahwa pertemanan mereka telah dimulai.
Menyenangkan untuk mengetahui bahwa Riri adalah tipe teman yang suka menceritakan banyak hal-hal kecil di dalam hidupnya yang bisa membuat hari-hari di Sekolah terasa lebih seru. Pikir Kirana.
Dan Agnes adalah tipe cewek hopeless romantic yang memiliki banyak novel, film, dan musik yang ia jadikan panduan hidup. Beberapa lirik atau adegan dalam film bisa begitu mengena dalam hidup Agnes dan membuatnya mati-matian ingin menghidupkan itu semua dalam realita kesehariannya.
"Siapa sih yang enggak pengen punya cowok kayak Mr. Darcy seperti di novel Pride and Prejudice. Dingin tapi perhatian, lembut tapi tangguh, juga kaya," ucap Agnes yang kemudian diikuti tawa dari Kirana dan Riri.
Fakta bahwa tidak ada salah satu dari mereka yang pernah berpacaran membuat ikatan mereka semakin terasa. Agnes pernah menyatakan cintanya pada teman sekolahnya dulu karena ia baru saja menamatkan film Notting Hill. Lengkap dengan quotenya yang paling terkenal.
I'm just a girl, standing in front of boy, asking him to love her.
"Terus elo diterima?" tanya Riri penasaran.
"Ya, enggak lah. Dia pikir gue gila atau gimana kali karena nembak duluan. Dia kabur gitu aja dan ngebuah surat-surat yang sering gue kasih ke dia. Drop banget say."
"Tapi enggak ada yang salah untuk mengungkapkan perasaan duluan kok." bela Kirana.
"Kalau gue ya, gue paling enggak kuat sama cowok yang cool, pendiem dan misterius gitu. Tapi, sewaktu-waktu ketika dia membuka dirinya ada perasaan hangat yang bisa menular ke hati gue. Maka di waktu itu juga gue akan menghamba, 'Please, izinkan gue masuk ke dalam hidup elo. Biar gue yang urus semua perintilan kecil yang bikin elo ribet.' Secara gue tukang ngatur juga," Riri memukul dadanya sebagai tanda kebanggan dirinya.
"Kalo elo gimana, Kirana?"
"Hemm, coba gue pikir ya. Gue belum pernah suka-suka banget sama cowok sih. Semua terasa biasa aja. Gue pengen ketika gue jatuh cinta semua terasa natural aja. Enggak yang terlalu meledak-ledak tapi cukup hangat untuk membuat gue ketagihan terus. Kalau diibaratkan kayak makan bakmi kali ya."
"Bakmi?" Riri dan Agnes saling menatap bergantian. Bingung dengan penjelasan Kirana.
"Iya Bakmi. Sesuatu yang ketika ngeliatnya aja udah bikin seneng, terus pas makannya bikin tambah seneng, dan pas habis ketagihan untuk makan lagi. Gue pengen kalau punya pasangan perasaan yang diberikan oleh orang itu ke gue kurang lebihnya seperti itu. Tidak kurang, tidak berlebihan. Tepat pada porsinya aja."
"Elo lapar apa jatuh cinta?" sindir Riri.
"Lapar akan cinta!!!" teriak Kirana sambil mencubit kedua teman di sampingnya. Riri dan Agnes lari berhamburan dari tempat duduk mereka melihat Kirana yang mulai mengejar-ngejar.
Ketika Kirana sedikit lagi mengenai tangan Riri, Kirana menghentikan langkahnya secara mendadak yang membuatnya hampir jatuh. Beruntung satu orang di depannya itu lebih dulu menyelamatkan Kirana dengan. Semua terjadi karena Kirana terhenti oleh satu orang yang hadir dan tersenyum di depannya.
"Hai," sapa orang tersebut.
"Hai," balas Kirana ragu-ragu.
"Hai Kak Tama!!!" sapa Riri dan Agnes kompak.
"Kalian semua nonton parade eskul besok kan?" tanya Kak Tama yang masih menatap ke arah Kirana dengan senyumnya yang tidak pernah lepas.
"Pasti dong!" jawan Riri dan Agnes kompak.
"Kira-kira udah kepikiran mau masuk eskul yang mana?"
"Aku kayaknya cheers deh, Kak," kata Agnes mantap.
"Aku mau coba English Club atau Taekwondo," kata Riri menimbang-nimbang.
"Kalau kamu?"
Badan Kak Tama mendekat ke arah Kirana. Kirana dapat melihat sorot mata Kak Tama yang membuat segenap badannya bergetar malu. Selama beberapa detik semua orang menunggu jawaban dari Kirana.
"Mungkin eskul Film, kak."
"Menarik. Kenapa?"
"I just love the idea about cinema. Film selalu membuat orang yang menontonnya mendapatkan dorongan untuk menjadi seseorang yang berbeda. Pengalaman yang diberikan film selalu membekas pada tiap-tiap orang. Dan rasanya menyenangkan menjadi orang yang membuat itu semua."
Semua orang mengangguk setuju dengan ucapan Kirana.
"Kalau Kak Tama ikut eskul apa?" tanya Kirana kemudian.
"Basket. Karena basket selalu bisa membuat orang berkompetisi dengan adil. Ketika mereka kalah, mereka akan bangun lagi dan mengejar kekalahan itu semua. Dan juga bisa sering dapat izin enggak masuk kelas karena pertandingan sih."
Kirana tersenyum mendengarnya. Ia dapat melihat lirikan mata Kak Tama yang tidak berhenti menatapnya. Ada sedikit perasaan berdebar yang Kirana dapatkan ketika terselip perhatian-perhatian kecil yang diberikan Kak Tama padanya. Kecil memang, tapi cukup untuk menggetarkan semesta Kirana.
Kak Tama seperti yang Kirana dapat lihat, dengar, dan rasakan adalah sosok laki-laki yang dapat dengan mudah membuat siapapun jatuh cinta padanya. Parasnya yang termasuk tampan dengan wajah simetris dan kulit bersih yang menonjolkan dua matanya yang terlihat cemerlang bisa membius siapa pun yang menatapnya. Termasuk Kirana.
Terlebih deretan giginya yang rapi semakin membuat senyum di wajahnya terukir sempurna. Harus diakui Kirana menyukai tatapan spesial yang diberikan Kak Tama khusus untuknya.
"Kalau begitu sampai bertemu sore nanti ya!"
Kak Tama pun berpamitan sambil memberikan kedipan mata rahasia yang hanya ditangkap Kirana seorang.
Perut Kirana merasakan sesuatu. Ada dorongan untuk membuatnya tidak berhenti tersenyum.
Mungkin ini bukan perasaan Bakmi yang Kirana sebutkan sebelumnya. Tapi, ada sesuatu yang menyenangkan saat bisa melihat seseorang bersikap begitu manis padanya. Pikir Kirana masih dengan senyuman di wajahnya yang coba ia sembunyikan dari Riri dan Agnes.
---
YOU ARE READING
KIRANA
Teen FictionSeorang anak baru memutuskan melawan seisi sekolah dengan membuat PENSI yang tidak pernah ada sebelumnya di SMA kota kecilnya demi mendapatkan perhatian kakak kelas idolanya, sementara dia harus berurusan dengan kegilaan pernikahan kakaknya, nilai s...