Hal yang paling menyusahkan di hidup orang dewasa adalah ketika mulai menyatukan hidup bersama dengan orang lain. Mereka menyebutnya dengan nama pernikahan. Sebuah bentuk ikatan institusi agama yang memberikan sebuah legalitas untuk dua orang menyelenggarakan sebuah hubungan. Yang sakinah, mawaddah, dan warahmah.
Nan bukan tidak menyukai konsep pernikahannya. Bukan juga tidak menyukai berbagi hidup selamanya dengan Kak Tio.
Tapi Nan sangat terganggu dengan segala persiapan pesta pernikahannya yang sangat menyita waktunya dan kewarasannya.
Nan adalah seorang sanguin dan perfeksionis sejati. Ia adalah tipe tukang atur yang memikirkan sesuatu hingga ke detail paling kecil. Namun, Nan juga memiliki kecenderungan ekstrim di mana ketika apa yang ia rencanakan tidak sesuai dengan apa yang ia ekspektasikan ia tidak akan seantusias pertama kali ketika memulainya.
Sikap Nan yang seperti itu sudah sangat disadari oleh Kak Tio. Maka dengan segala antisipasi, Kak Tio pun memutuskan untuk menggunakan jasa Wedding Planner dan Organizer untuk membantu dirinya menyiapkan segala hal dalam pernikahannya.
Namun, yang Kak Tio lupa adalah Nan adalah seorang pencipta drama nomor satu. Niat untuk membuat sesuatu menjadi lebih mudah dan praktis di kepala Nan berubah menjadi semacam pengasingan yang tidak melibatkan dirinya dalam persiapan pernikahan dirinya sendiri.
Nan menjadi sering marah-marah pada Kak Tio, teman-temannya dan tentu saja pada Kirana.
Seperti di Minggu Sore ini ketika Kirana lupa membangunkan Nan untuk mengambil contoh cetakan undangannya, maka dengan segenap kemarahan yang bisa dimiliki oleh satu orang perempuan drama dalam masa persiapan pernikahannya, Nan selama satu jam tidak berhenti mengomel-ngomel pada Kirana.
Sampai Kirana merasa bernafas pun kini di depan Nan adalah sebuah kesalahan dan memancingnya untuk murka.
"Nan, gue rasa elo harus ngomong sama Kak Tio deh. Gue udah enggak kuat jadi pelarian marah-marah elo hanya karena Kak Tio enggak bisa nganterin elo ngambil cetakan undangan."
"Ya harusnya dia peka dong. Ini kan pernikahan yang cuma sekali aja. Harusnya dia lebih concern akan hal itu," kata Nan masih dengan penuh emosi.
Nan dan Kirana sedang di mobil dalam perjalanan menuju pasar Tebet. Jarak Cibinong dan Tebet dalam waktu senggang sebenarnya hanya berjarak satu jam. Namun, karena ini adalah Nan yang penuh dengan emosi, tiba-tiba saja mereka sudah sampai di sana dalam waktu tiga puluh menit saja. Namun cukup membuat Kirana ketakutan di dalam mobil sambil tiada henti komat-komit berdoa akan keselamatannya.
"ASTAGA! Ya, karena dia concern makanya dia hire WO!" jerit Kirana frustasi.
"Ya, jangan salahin gue dong. Yang namanya menyiapkan pernikahan itu sudah seharusnya dua arah. Harusnya ada dua orang yang saling bahu membahu untuk menciptakan konsep dan perayaan pernikahan yang mereka mau."
"Paham gue. Paham. Tapi Kak Tio juga tahu kalau misalkan elo yang nyiapain dan ngerencanain semuanya elo bakal keteteran sama kerjaan kantor dan elo akan ribet sendiri sama perintilan yang bikin elo bete sendiri dan terjadilah yang namanya MOOD SWING NAN dan itu semua bakal ruin everything. Ngerti enggak sih elo?"
"Ya itu kan seninya menyiapkan sesuatu. Ketika ada emosi yang terlibat, perih yang dijalanin bareng-bareng dan akhirnya malah menguatkan komunikasi yang ada jadi lebih baik lagi."
"No... No... No... Untuk kali ini elo salah. Elo cuma meromantisasi semuanya. Karena pada kenyataannya hal sesepele Kak Tio enggak jadi nganterin elo ngambil undangan aja elo bisa bete banget kayak gini. Itu cuma defense elo karena Kak Tio enggak buat elo jadi yang in charge di pernikahan ini."
YOU ARE READING
KIRANA
Teen FictionSeorang anak baru memutuskan melawan seisi sekolah dengan membuat PENSI yang tidak pernah ada sebelumnya di SMA kota kecilnya demi mendapatkan perhatian kakak kelas idolanya, sementara dia harus berurusan dengan kegilaan pernikahan kakaknya, nilai s...