"Elo yakin?" Riri menatap Kirana dengan tampang tidak percaya.
"Yakin sih seharusnya," kata Kirana mantap.
"Tapi, elo sadar kan bahwa untuk bisa membawa ide untuk menjadi nyata satu-satunya cara adalah lewat rapat OSIS. Dan untuk bisa ikut rapat OSIS, elo harus jadi anggota OSIS Sekolah ini," Agnes menyadarkan Kirana akan satu fakta penting yang terlupakan dari rencananya.
"Memang bagaimana sih untuk bisa jadi anggota OSIS tuh? Mereka kan suka sok eksklusif dan beken. Males enggak sih?"
Kirana langsung teringat dengan Kak Tama. Perasaan sedikit kecewa tiba-tiba mampir di hatinya. Teringat kejadian yang dia lihat di lapangan basket antara Kak Tama dengan Kak Agni.
"Ya, tapi itu cuma satu-satunya cara biar mereka menyetujui ide elo untuk buat Pensi. Dan langkah awal elo adalah ikut 'audisi' mereka bulan depan. Semua kelas sebenarnya sudah punya kuota masing-masing untuk jadi anak OSIS kalau masih kelas satu. Jadi, persaingan elo adalah dengan teman kelas sendiri. Elo harus make sure pilihan di kelas elo cuma sedikit atau hanya elo satu-satunya," tutup Randu yang datang tiba-tiba dari belakang kemudian menoyor kepala Riri yang dibalas dengan pukulan ke perutnya oleh Riri.
"Sakit tau!" Randu meringis sebal.
"Jadi, berdasarkan omongan elo, peluang gue untuk jadi anggota OSIS adalah lima puluh persen?"
"Ya, elo harus ngebuat diri elo kepilih dulu di kelas, karena biasanya cuma dua orang yang jadi perwakilan tiap kelas."
"Dan elo tau semua ini dari mana?"
"Kakak gue lah. Kan dulu pas kelas satu dia anak OSIS juga. Tapi enggak diterusin di kelas dua karena dia mau serius belajar. Lagian kebanyakan jadi panitia acaranya dibanding sekolahnya."
"Randu.. Randu... Randu..." Kirana menatap Randu dengan mata centilnya kemudian mendekati Randu secara tidak wajar. Randu yang sedang minum es teh manisnya kemudian tersedak melihat kelakuan Kirana.
Tidak berapa lama Randu membaca arah tatapan Kirana tersebut.
"NOOOOOO! Gue ga mau terlibat dalam rencana elo-elo semua!" Randu kemudian bergegas untuk kabur yang tentu saja kalah cepat karena langsung dihadang oleh Riri dan Agnes dan Kirana lagi-lagi sudah menarik tangannya lebih dulu.
Desiran di dada Randu bergetar aneh. Seolah ada dorongan untuk tidak menolak permintaan Kirana.
"Please, kali ini aja. Bantuin kita-kita dong. Tanyain kakak elo bagaimana pertanyaan waktu seleksi dan lain-lain. Gue ke rumah elo ya nanti. Please.. Please... Please."
"Cium dulu tapi ya?" Randu menunjuk pipinya dengan centil yang tentu saja langsung disadarkan dengan siraman air mineral oleh ketiga temannya itu.
---
Kirana kemudian bergegas menuju ruang OSIS di pojok sekolah seorang diri. Ruangan kecil seperti pondokan yang tertata rapi dengan halaman yang cukup luas sebagai tempat pendaftaran anggota baru dengan berisi tiga meja panjang yang dijaga oleh satu orang yang sebenarnya berusaha ia hindari.
"Harusnya saya yang langsung ngasih ke kelas kamu aja biar enggak usah jauh-jauh ke sini."
Kak Tama dengan senyum khasnya menyambut Kirana dengan begitu hangat. Kirana berusaha untuk terlihat biasa-biasa saja namun sulit rasanya untuk menolak senyum manis dari Kak Tama lengkap dengan deretan rapih gigi putihnya dan rahang tinggi sempurna yang bisa melelehkan siapa pun yang melihatnya.
"No, you don't need to. Thank you, Kak."
Kalah. Shit! Gerutu Kirana dalam hati. Kirana tersenyum begitu lebar dan bahagia saat mengucapkannya. Niat untuk tampil cool dan terkesan tidak butuh malah menjadi senyum creepy yang bisa membuat orang kabur saat melihatnya.
"Eh, keriting. Ini ambil formulirnya terus langsung ke belakang. Yang ngantri banyak," teriak salah satu anak kelas satu yang merasa antriannya menjadi macet gara-gara keganjenan Kirana.
"Ini formulirnya. Sampai ketemu." Seperti biasa Kak Tama menutup obrolannya dengan kedipan yang membuat Kirana luluh lantak. Betapa tampan dirinya. Teriak Kirana dalam hati.
Mendengarnya Kirana kemudian mengambil kertas formulir pendaftaran calon seleksi anggota Osis dengan dan dengan terburu-buru pergi kembali ke kelasnya dengan perasaan aneh yang muncul kembali.
---
"Jadi rencana kita adalah... Pertama, membuat elo satu-satunya perwakilan kelas. Kedua, elo harus terdaftar dalam klub atau ekstrakurikuler dulu. Karena menurut Randu poin tersebut bisa membuat elo jadi lebih seksi karena elo punya power dan terlihat aktif. Ketiga, elo harus bikin visi misi kenapa elo harus terpilih jadi anggota OSIS periode ini."
Riri memberikan catatan-catatan penting dalam sepuluh halaman kertas hvs yang sudah dia ketik dengan font times new roman ukuran 11. Terbayang betapa banyak strategi yang harus Kirana hafal untuk seminggu ke depannya.
"Elo yakin cuma gue doang yang tertarik untuk jadi anggota OSIS ini?" Kirana tampak ragu dengan ide Riri menyabotase calon-calon lain di kelasnya. Mengingat betapa banyak benefit dan privilege ketika seseorang menjadi anggota OSIS. Pasti banyak yang menginginkannya.
"Tenang. Gue udah mengancam mereka-mereka yang mencoba untuk mencalonkan diri. Dan gue juga bilang ke mereka bahwa elo satu-satunya harapan kita semua untuk punya Pensi keren dalam sejarah sekolah ini."
Kirana menelan ludahnya dengan berat yang kini terasa pahit di lidahnya. Ia tidak menyangka beban dan harapan yang akan ia bawa ke depannya.
"Jadi, elo siap?"
Namun, Kirana pun teringat bahwa jika nantinya ia diterima menjadi anggota OSIS akan ada kesempatannya untuk lebih banyak bertemu dengan Kak Tama. Sesaat sebuah semangat baru muncul dari dalam dirinya.
Ia pun mengangguk pasti sambil menggenggam erat sepuluh halaman kertas yang harus ia hafal mati-matian.
Petualangan Kirana pun resmi dimulai.
---
YOU ARE READING
KIRANA
Teen FictionSeorang anak baru memutuskan melawan seisi sekolah dengan membuat PENSI yang tidak pernah ada sebelumnya di SMA kota kecilnya demi mendapatkan perhatian kakak kelas idolanya, sementara dia harus berurusan dengan kegilaan pernikahan kakaknya, nilai s...