Bagun tidur pagi dengan rasa sakit di kepalanya, membuat Yonna harus beberapa kali nyaris tersungkur ke lantai. Ia sudah hampir kembali ke kasurnya untuk tidur lagi, tapi suara jeritan Ayuma membuat Yonna mengurungkan niatnya.
Kuat tidak kuat, sakit tidak sakit, Yonna tetap memaksakan dirinya untuk pergi menemui Ayuma. Ia sudah menduga pasti Ayuma menjerit karena ulah ibu tirinya.
Menaiki anak tangga dengan tergesa-gesa sambil menahan rasa sakitnya agar segera sampai di sumber suara adiknya, Yonna tidak peduli meskipun bisa saja ia terjatuh berguling dan patah tulang. Yang terpenting ia bisa menyelamatkan Ayuma.
"Apa yang anda lakukan?" Yonna bertanya dengan nada sedikit keras agar ibu tirinya berhenti menyiksa Ayuma dengan memukul Ayuma menggunakan peralatan dapur. "Sudah saya katakan jangan pernah sentuh adik saya sedikitpun! " Ujar Yonna lagi. Ibu tirinya menatapnya dengan seringaian di bibirnya.
"Lalu, kamu mau apa? Mau melawan saya? Mau mengadu pada Ayah kalian yang bodoh? Sana pergi! Aduin! " Tantang ibu tirinya.
Yonna tahu, mungkin ayahnya sudah berangkat kembali ke luar kota hingga ibu tirinya bisa seenaknya sendiri menyiksa Ayuma.
"Saya tidak punya waktu untuk meladeni orang gila seperti anda. Lebih baik anda berkaca, sudah benarkah apa yang anda lakukan? Jika anda masih merasa benar, saya sarankan sebaiknya anda segera mendaftar di rumah sakit jiwa terdekat, agar ada yang lebih bisa mengawasi anda. " Ucap Yonna sambil menarik Ayuma menjauhi ibu tirinya.
"Kurang ajar mulutmu. Kau sudah berani melawan ku. Rasakan ini! " Ujar ibu tirinya yang melempari Yonna dengan peralatan dapur.
Beruntung Yonna berhasil menghindar dan membawa Ayuma keluar dari rumah.
Yonna menatap Ayuma yang masih terisak pelan dengan beberapa luka lebam di kedua tangannya.
"Yuma, tenang! Jangan nangis! Buktikan bahwa kita kuat menghadapi nenek lampir itu. Kita masih punya ayah yang masih harus kita perjuangkan. " Ucap Yonna menguatkan Ayuma.
"Ayah sudah tidak sayang sama kita, kak. Bagaimana bisa kita memperjuangkan Ayah yang sama sekali tidak peduli dengan kita? " Ucap Ayuma.
"Ayah hanya belum tahu apa yang sebenarnya terjadi, Yuma. Kita harus berusaha meyakinkan Ayah bahwa bukan kita yang salah. " Ucap Yonna. Akhirnya Ayuma mengusap air matanya dan menganggukkan kepalanya pelan. "Ya sudah, cepat berangkatlah ke sekolah, kakak juga harus siap-siap. " Ucap Yonna.
"Iya, kak. Aku berangkat dulu. " Pamit Ayuma.
"Hati-hati di jalan. " Ucap Yonna.
"Kakak juga. " Balas Ayuma.
Yonna mengangguk.
Setelah Ayuma berangkat, Yonna kembali masuk ke rumah untuk bersiap berangkat ke sekolah.
Omelan demi omelan yang ibu tirinya lontarkan dianggapnya angin lewat. Ia tidak ingin menganggapnya sekarang yang akan membuat keributan di antara mereka yang berujung dirinya terlambat datang ke sekolah.
.......
Luka memar di pelipis Yonna mengundang banyak tanya di dalam kepala Arshaka. Apa yang terjadi? Siapa yang melakukannya? Kenapa bisa terjadi?
Arshaka tidak bisa berkonsentrasi dan bersikap lebih tenang seperti biasanya. Tapi ia juga tidak bisa menanyakan langsung pada Yonna di depan teman-temannya. Ia tidak ingin membuat sebuah keributan di dalam kelas. Semua teman-temannya pasti akan menyorakinya yang bersikap seperti itu.
Diraihnya ponselnya dari dalam saku celananya dan membuka akun IG Yonna dan mengajukan untuk daftar sebagai salah satu pelanggan pacar online Yonna. Dan ia harus bersabar menunggu sampai Yonna menanggapi permintaannya.
Semakin lama melihat lebam di pelipis Yonna semakin Arshaka merasa membenci apapun yang mungkin menyebabkan lebam itu bisa bersarang disana. Arshaka cukup bersabar untuk menunggu sampai setidaknya jam istirahat nanti datang. Saat dimana Yonna akan merespon permintaan kencannya.
Selama pelajaran dimulai pun, pikiran Arshaka tetap sama. Pikirannya masih tertuju pada penyebab lebam Yonna yang belum terpecahkan oleh perkiraannya.
Setelah jam istirahat dimulai, Arshaka bersorak dalam hati mendapati balasan dari Yonna melalui IG pribadinya.
Yonna mengabulkan permintaannya, Yonna menyetujui ajakan kencannya setelah pulang sekolah nanti. Arshaka jadi berfikir kenapa ia tidak melakukan ini sejak awal untuk mendekati Yonna. Jika saja caranya semudah ini, Arshaka tidak perlu mengirim beberapa kertas setiap hari ke meja Yonna untuk mengatakan kata-kata yang ingin ia katakan pada Yonna.
Sementara itu, Yonna fokus pada pesan Whatsapp dari Ayuma yang mengatakan bahwa ia ingin dijemput oleh Yonna di rumah temannya sampai Yonna selesai dengan kegiatannya. Ayuma tidak ingin pulang tanpa Yonna karena ia merasa takut jika ibu tirinya akan menyiksanya selama Yonna tidak ada untuk membela dirinya.
Yonna menyetujui keinginan Ayuma, bahkan ia ingin setiap hari, Ayuma melakukan hal yang sama agar ibu tirinya berhenti menyiksa dirinya.
.........
Yonna hampir saja mengurungkan niatnya menerima bookingan salah satu pelanggan barunya setelah ia melihat siapa orang yang ingin pergi berkencan dengannya. Dialah Arshaka, teman sekelasnya. Tidak ada ekspresi terkejut yang Arshaka tunjukkan, bahkan hanya Yonna saja yang merasakannya.
Untung saja, Arshaka berhasil membuat Yonna mengurungkan niatnya untuk membatalkan bookingan yang sudah ia sepakati saat jam istirahat tadi.
Dengan bujukan bahwa ia tidak akan memberitahu tentang pekerjaannya pada ayahnya, Arshaka berhasil membuat Yonna tetap melanjutkannya.
"Apa yang kau inginkan dariku? Kenapa kau melakukan ini? Kau tahu sendiri bahwa kita teman sekelas yang sudah setiap hari pasti bertemu. " Ucap Yonna mulai membuka suaranya setelah sedikit lama berdiam di dalam mobil mewah Arshaka. Arshaka adalah anak pemilik perusahaan dimana Ayah Yonna bekerja. Ia jadi memiliki akses luas untuk lebih dekat dengan Yonna termasuk mengancamnya.
"Aku ingin kamu berhenti menjual dirimu. " Kata Arshaka blak-blakan. Yonna pun reflek menatap horor Arshaka yang secara tidak langsung mengatur dirinya.
"Aku tidak pernah menjual apapun. Dan kau tidak punya alasan kuat untuk mengatur hidupku! " Ucap Yonna. Ia jadi merasa seperti mendapat jawaban atas pertanyaan besarnya selama ini. Pertanyaan tentang siapa orang yang setiap hari mengirim kertas bertuliskan perintah pada dirinya agar berhenti menjadi pelacur. Yonna pikir dia adalah Arshaka. Laki-laki yang kini tengah bersamanya.
"Mulai sekarang, kau adalah milikku. Tidak ada yang boleh menyentuhmu selain aku. " Kata Arshaka menatap datar ke depan. Yonna menyeringai sambil menggelengkan kepalanya. Ia merasa bahwa Arshaka mulai berhalusinasi.
"Aku? Yang benar saja. Kau dan pelanggan-pelangganku yang lain memiliki status yang sama. Jadi, jangan berharap kamu bisa menyuruhku untuk ini itu, apa lagi untuk hal yang tidak kusuka. " Kata Yonna.
"Ini semua demi kebaikanmu. " Kata Arshaka.
"Kau bicara kebaikan, kau sendiri menggunakan jasaku. " Cibir Yonna.
"Siapa yang menyakitimu, Yonna! " Tanya Arshaka mengalihkan topik yang benarnya ingin ia tanyakan sejak tadi. Yonna tahu kemana arah pertanyaan Arshaka. Tentu saja memar di pelipisnya.
"Bukan urusanmu. " Jawab Yonna datar.
"Sekarang menjadi urusanku karena kau adalah pacarku. " Ucap Arshaka tidak ingin dibantah.
"Pacar sewaan." Ucap Yonna mengoreksi. "Dan itu berlaku sampai jam yang sudah ditentukan. " Lanjut Yonna.
"Tidak berlaku untukku. " Jawab Arshaka datar.
Yonna tidak ingin membalas ucapan Arshaka, ia sudah malas menanggapi obrolan yang tidak terlalu penting baginya.
Mobil Arshaka berhenti tepat di parkiran sebuah cafe besar yang padat pengunjung. Yonna tidak peduli kemana saja Arshaka akan membawanya. Yang terpenting sekarang adalah bayaran yang akan ia dapatkan dari Arshaka sesuai ketentuan yang sudah mereka sepakati.
Keluar dari dalam mobil Arshaka, Yonna merasa aneh dengan sikap Arshaka yang tergolong berlebihan baginya. Arshaka membukakan pintu mobilnya untuk Yonna. Arshaka yang Yonna kenal bukanlah Arshaka yang sekarang. Arshaka yang menjadi teman sekelasnya tidak memiliki sikap sehangat itu pada siapapun. Tapi Arshaka melakukan itu pada Yonna.
Tidak mau ambil pusing, Yonna memilih untuk mengabaikannya dan tidak memikirkannya dengan serius. Arshaka adalah salah satu pelanggannya kini. Ia harus menemani Arshaka kemanapun laki-laki itu mau.
"Ku harap kau suka dengan tempat ini. " Ucap Arshaka setelah mereka masuk ke dalam cafe dan memesan minuman untuk mereka berdua.
"Suka tidak , ini adalah pekerjaanku. Aku harus mengikuti pelanggan ku selama itu benar. " Jawab Yonna membuang muka.
"Kau tidak tampak sedang menghargai pelangganmu. " Protes Arshaka. Yonna memutar bola matanya malas.
"Apa yang harus kulakukan? " Tanya Yonna.
"Tatap aku. Kau hanya perlu menatapku. Kurasa kau pasti tahu apa yang harus kau lakukan sebagai pacarku. " Kata Arshaka.
"Aku tidak suka berbasa-basi. Jika kau ingin aku menemanimu, maka lakukan saja apa yang kau mau. " Ucap Yonna.
"Well, ikut aku sekarang! " Ujar Arshaka memegang tangan Yonna dan mengajak Yonna pergi ke lantai dua cafe itu.
"Aku tidak mau." Tolak Yonna setelah sampai ke lantai dua cafe itu yang ternyata adalah barisan beberapa kamar pengunjung.
"Aku sudah membayarmu, lagipula kau ini pelacur. Untuk apa kau menolak? Aku bahkan bisa membayarmu lebih dari yang kau mau. " Ucap Arshaka.
"Aku bukan wanita seperti yang kau bayangkan." Ucap Yonna hendak berbalik pergi tapi, Arshaka lebih cepat menahannya dan mencium bibir Yonna secara paksa.
Yonna yang tidak suka diperlakukan seperti itu mendorong Arshaka dan menampar pipi Arshaka dengan keras hingga menimbulkan bunyi.
"Itu adalah upah untuk laki-laki kurangajar sepertimu. " Ucap Yonna setelah berhasil melepaskan diri dari Arshaka. Ia pergi meninggalkan Arshaka yang masih memegangi pipinya yang baru mendapat hadiah tamparan dari Yonna.
"Lihat saja, kau hanya akan menjadi milikku, bukan orang lain. " Gumam Arshaka pelan tapi serius.
Ia akan berusaha mendapatkan Yonna walau bagaimana pun caranya. Tidak peduli dengan apa pekerjaan Yonna, tidak peduli juga bagaimana kehidupan Yonna. Sekarang mungkin Yonna bisa menolaknya, tapi nanti, Yonna pasti tidak akan bisa menghindarinya.Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Destiny
RomanceSUDAH TERBIT. "Pertama, kau menyebutku pelacur. Kedua, kau mengambil keperawananku dengan sangat kurangajar. Sekarang apa yang kau inginkan? " Yonna sudah sangat muak dengan Arshaka. "Aku ingin kamu. " Ucap laki-laki itu. "Aku? Apa yang kau ing...