Bab 4

7.4K 315 2
                                    

Kali ini gue yang ngijinin Mike bawa mobil gue. Daripada gue sama dia debat ga ada habisnya siapa yang bakal bawa Mikey merah gue, jadi gue nyerah.

"Mike, awas ya lu bikin Mikey gue cacat!" kata gue terus peringatin Mike yang nyetir di samping gue.

"Heeeehhhh! Lu ga inget dulu gue sering ikut racing? Gue mana mungkin bikin kembaran gue cacat, he?" kata Mike dengan nada kesel.

Gue ga peduli kalo Mike dulu sering ikut racing. Itu udah hampir sepuluh tahun yang lalu! Ini mobil gue dan gue ga mau Mikey gue kenapa-napa!

"Lu ga mau kasih tau gue nama arsiteknya?" Tanya Mike sedari tadi gue bangun tidur sampe sekarang.

"ENGGAK!" kata gue yang udah berapa kali.

"Kay... kalo gue ga tau namanya, gimana caranya nanti pas gue ketemu dua orang itu di rumahnya?!" kata Mike yang ngulang pertanyaannya terus menerus.

"Nanti tinggal kenalan!" jawab gue dengan jawaban yang sama terus menerus.

Akhirnya, setelah setengah jam perjalanan, gue sama Mike nyampe juga di rumah itu. Mike langsung kagum dengan bagian depan rumah itu. Gue udah pernah liat, Cuma sekali. Dan sama seperti sekarang, gue juga kagum banget sama rumah ini. Bentuknya elegan dan mewah.

Seorang pelayan yang nyambut gue dan Mike langsung nganter kami ke ruang makan. Dalam perjalanan ke ruang makan, Mike terus mencecar gue dengan pertanyaan 'siapa nama orang itu?'. Gue sampe gondok sendiri denger pertanyaan Mike!

"Om Ridwan?!" seru Mike saat melihat si arsitek di ruang makan.

Oh..... jadi Mike sama Om Ridwan udah kenal ya? Yahhhh ga seru amat.

"Michael?!" seru Om Ridwan ga kalah kaget dengan Mike.

"Ih.. ga seru banget. Jadi Om Ridwan sama Mike udah kenal ya?" tanya gue sambil natap Om Ridwan dan Mike bergantian. Mereka ngangguk bersamaan.

"Jadi Om yang desain rumahnya? Astaga Om! Aku bahkan ga percaya itu mirip banget sama yang ada di pikiran aku!!!" seru Mike heboh.

"Wahhh, jadi yang rumahnya kita kerjain bareng itu rumahnya Mike ya?" tanya si desainer interior yang tiba-tiba muncul entah dari mana.

"Tante Jenni?!" seru Mike.

Gue bosen ah! Ini ga seru banget!!!

"Hai Mike. Apa kabar?" sapa Tante Jenni hangat.

"Tante, aku kira tante sama om udah pensiun lima taon lalu. Kok bisa-bisanya kerjain proyek bareng?!" seru Mike ga ada habisnya.

Gue bener-bener dicuekin di sini!

"Karena Kayla yang minta. Jadilah rumah kamu itu proyek terakhir kami." Kata Om Ridwan yang sepertinya baru sadar kehadiran gue.

"Jujur sih, proyek tersulit kami ya rumah kamu itu. Apalagi Kayla cerewet banget! Tapi daripada kami bosen sendiri di rumah, jadilah om dan tante habisin waktu buat mikirin rumah itu." Kata Tante Jenni.

Hahaha... maaf ya Kayla cerewet. Ini buat Mike, soalnyaaaa... Mike ga kalah cerewet!

"Tapi kan gambar rancangan aku itu banyak yang ha-...." kata-kata Mike terpotong.

"Om... Tante... aku laper!" kata gue memotong kata-kata Mike. Capek denger ini berlanjut. Apalagi Mike kenal sama arsitek dan desainer interiornya. Jadi ga seru lagi!

Jadilah gue sekarang ada di meja makan dan menikmati makan malam sambil sesekali bercanda. Om Ridwan dan Tante Jenni terus-terusan bercerita tentang rumah Mike yang perlu waktu cukup lama untuk selesaiin desainnya. Dalam pembangunan pun ga bisa dilepas.

Tapi gue masih bingung. Hubungan Mike sama keluarga ini apa ya?

"Om dan tante kenal Kayla dimana?" tanya Mike yang sepertinya baru sadar dia duduk di samping gue.

Ck!

"Yahh.. ceritanya agak serem juga. Waktu itu om sama tante nabrak Kayla karena om dan tante lagi ribut-ributnya di mobil. Kayla koma seminggu. Om dan tante minta maaf sekali." Jelas tante Jenni.

Mike langsung melotot denger ceritanya.

"Gue udah baik-baik aja Mike. Itu udah lama!" kata gue nambahin.

"Jujur, tante bingung dan panik banget karena Kayla ga punya tanda pengenal apapun! Jadilah om dan tante yang nungguin sampai seminggu itu. Saat Kayla sadar, Kayla ga marah atau nuntut apa-apa. Tapi om dan tante bersikeras buat ganti rugi, dalam bentuk apapun, sebagai tebusan kesalahan kami." Jelas tante Jenni.

"Tante... ga usah dilanjutin ah. Mike itu suka mikir yang enggak-enggak." Kata gue di sela-sela makan gue.

"Kayla Cuma minta bantuan membangun rumah. Om dan tante merasa hal itu mudah! Apalagi itu pekerjaan kami dulu. Kami menolak keras uang yang diberikan Kayla, tapi Kayla maksa. Padahal kami dengan senang hati menyelesaikan rumah itu. Apalagi Kayla sering menanyakan perkembangannya dan mengajak kami makan siang bersama. Anak kami yang kurang ajar itu kan seperti kacang lupa kulit, jadilah kami senang sekali Kayla menemani kami." Lanjut Om Ridwan.

Astaga. Tante Jenni emang ga lanjutin, tapi malah Om Ridwan yang gantian cerita!

"Mike, om sama tante berlebihan ngomongnya. Lu ga perlu kaget segitunya." Kata gue yang masih terus menyantap makanan enak di depan gue ini.

"Kay! Lu kenapa ga pernah kabarin gue sama sekali hah!!!?" teriak Mike.

Tuh kan, Mike udah mikir yang enggak-enggak...

"Udah tiga taon berlalu Mike. Mending kita makan dulu. Makanannya enak banget loh." Kata gue di sela-sela makan gue.

Mike terus mengomel. Om Ridwan dan Tante Jenni jadi merasa bersalah. Ck! Sebel deh kalo jadi kayak gini.

"Jadi, om dan tante kenal Mike dimana?" tanya gue.

"Oh! Mike ini teman anak kami yang kurang ajar itu. Teman SMA dan teman kuliah. Bahkan teman kerja. Bahkan perusahan keluarga kami kan kerja sama dengan perusahaan keluarga kamu." jelas Tante Jenni.

Oooooooooohhhhhh.....

"Jadi temen lu ya, Mike. Siapa?" Tanya gue.

"Nama anak tante juga sama seperti Mike. Namanya Michael. Kebetulan kan?" jawab Tante Jenni.

Kebetulan banget?

"Wah! Kebetulan banget!!! Mobil baru aku juga aku kasih nama Michael, tante!!!" seru gue yang langsung dapet pelototan kaget dari semua orang.

Bahahhahaa

"Jadi mana Michael, anak tante?" tanya gue sambil menikmati dessert.

Tante Jenni baru aja mau jawab pertanyaan gue, tapi tiba-tiba ada orang yang berteriak dari belakang gue.

"Selamat malam Dad... Mom..." kata orang itu.

Mike yang duduk di sebelah gue menoleh dengan kecepatan penuh dan berjalan ke arah orang itu.

"MIKEEEEYYY!!!" teriak mereka bersamaan lalu terdengar high five.

Gue masih menikmati pudding cokelat gue tanpa melihat adegan yang gue yakin ga perlu gue liat.

"Mike! Sopan sama tamu!" tegur Om Ridwan yang masih menghargai kehadiran gue. Makasih Om!

"Eh.. maaf!" kata Mike, anak Om Ridwan.

"Bro, ini adek gue!" kata Mike, kakak gue.

"Mike, ini pengganti kamu di rumah selama tiga taon ini." Tambah Tante Jenni.

Gue langsung membalikkan badan gue dan berdiri. Gue mendongak dan menatap cowok itu.

KAGET!!!

"JESSICA?!"

Matilah gue!

My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang