Bab 12

5.4K 272 4
                                    

Kayaknya ini kerjaan Maya deh, karena sekarang semua orang udah berkumpul di rumah gue dan duduk di ruang keluarga sambil natap gue serius.

Gue duduk di sebelah Maya. Di hadapan gue ada Mike dan orang tuanya, bahkan Mikey juga ada di hadapan gue. Gue menatap Maya minta penjelasan.

"Gue kirim foto hasil pemeriksaan lu ke mereka." kata Maya tanpa rasa bersalah.

Great!

Maya sangat jujur!!!

"Kayla... tante bener-bener minta maaf!" kata Tante Jenni yang mulai bicara.

"Mike bener-bener keterlaluan!" geram Om Ridwan.

"Seperti kata kamu di restoran sebulan lalu, Mike pasti akan bertanggung jawab!" kata Tante Jenni.

Yah. Ini sih udah pasti bakal begini. Tapi gue ga mau begini!

"Maya, lu tolong jaga suami lu dan sahabat lu di sini ya. Gue mau ngomong sama orang tua Mike dulu. Bertiga aja." Kata gue. Maya mengangguk.

"Tapi Kay..." kata Mike.

Gue menggeleng tegas. Mikey juga gue pelototin agar ngerti.

"Om, tante... boleh ikut aku ke salah satu kamar? Ada yang ingin aku bicarain." Kata gue sopan.

Untung om dan tante ga nanya apa-apa. Jadilah gue bawa mereka ke salah satu kamar tamu dan duduk di sofanya.

Gue menarik nafas gue dalem. Menenangkan diri gue.

"Aku ga bisa nikah sama Mike." Kata gue.

"Kenapa?" tanya Tante Jenni cemas bercampur kaget.

"Saat Mike ngelakuin hubungan seksual malem itu, aku sendiri udah ga perawan lagi." Kata gue.

Tante Jenni terlihat kaget. Om Ridwan masih tenang dan diam.

"Aku bukan anak dari keluarga Kartadinata. Aku Cuma anak hasil perselingkuhan Mom dengan sahabat Dad. Aku kabur dari rumah karena stress tiga tahun yang lalu. Niatku itu bunuh diri saat kalian ga sengaja menabrak aku. Tapi hebatnya, aku selamat setelah koma seminggu." Kata gue.

Tante Jenni semakin kaget. Om Ridwan masih tenang.

"Saat itu aku ke klub malam. Di sana aku ngeliat seorang cewek yang lagi mau diperkosa. Jadilah aku nyelamatin cewek itu, tapi ternyata aku malah diseret ke sebuah ruangan dan aku yang diperkosa. Cewek itu sekretaris anak tante dan calon istri kakak aku. Cewek itu Maya." Kata gue.

Om Ridwan dengan setia mengenggam tangan istrinya, mencoba menguatkan.

"Mike juga ada di sana, dan dia yang nganterin aku pulang. Mike terlambat nolongin aku. Aku ga inget sama sekali mereka berdua. Setelah itu, aku ngerasa diri aku ini udah ga berarti apa-apa lagi. Jadilah aku menjual diri aku sendiri. Aku jadi seorang pelacur." Kata gue.

Tante Jenni meneteskan air mata. Om Ridwan mulai merangkul Tante Jenni.

"Saat itulah aku ketemu Mike. Aku ga bohong saat aku bilang Mike mabok. Mike bener-bener mabok, sedangkan aku yang emang kuat minum, masih terus tersadar. Jadilah kita berdua berakhir dengan melakukan hubungan seksual malam itu. Aku bener-bener lupa suruh Mike pakai pengaman. Sebulan sebelumnya dan seminggu sesudahnya, aku ga berhubungan dengan siapapun, jadi aku yakin banget kalo ini anak Mike." Kata gue mengakhiri cerita.

Tante Jenni menangis.

"Menikah itu soal yang sangat sulit. Aku mau kejujuran dalam pernikahan. Tante boleh menolak, aku ga masalah. Maaf aku selama ini ga ngomong apa-apa. Ga masalah tante nganggap aku jijik atau bagaimana. Aku akan terima. Karena inilah keadaan aku yang sebenernya. Lagipula, Mike juga ga ada perasaan apa-apa sama aku." Tambah gue.

"Apa sudah selesai?" tanya Om Ridwan.

Gue mengangguk.

Om Ridwan terus nenangin istrinya. Sampai akhirnya Tante Jenni malah pingsan. Untung aja kami ada di kamar, jadi Om Ridwan tidak perlu jauh-jauh berjalan untuk menggendong Tante Jenni ke ranjang.

"Sebenarnya om sudah tau lama tentang kamu, Kay. Saat kamu keluar dari rumah sakit, om sudah meminta orang untuk mengikuti kamu dan nyari tau tentang kamu." Jelas Om Ridwan yang bikin gue kaget.

"Tante juga tau?" Tanya gue hati-hati.

"Iya. Sepertinya tante kaget sekali saat kamu bener-bener ngungkapin semua gamblang tanpa ada kebohongan." Tambah Om Ridwan.

Jadi selama ini mereka tau dan mereka ga menjauh dari gue?

"Kemungkinan dari hari ini sudah kami bicarakan sebelumnya, dan jawaban kami tetap sama. Kami mau kamu menikah dengan putra kami. Kami rasa, kamu satu-satunya yang pantas untuk Mike." Kata Om Ridwan dengan senyum.

Gue terbelalak kaget. Om Ridwan serius? Ini bukan masalah satu hari selesai loh. Pernikahan itu menyangkut SEUMUR HIDUP!

"Ga ada satupun orang yang sempurna di dunia ini, Kay. Begitu juga dengan anak om. Jadi, jagalah anak dan calon cucu om dengan baik. Restu kami ada di tangan kamu." kata Om Ridwan sambil menarik gue ke pelukannya.

Gue menangis. Gue menangis terharu. Bagaimana mungkin ada orang tua sebaik mereka?

"Om, apa om ga akan malu punya calon menantu seperti aku? Aku ini ngelakuin hubungan itu dengan banyak pengusaha-pengusaha. Mungkin salah satunya kolega kerja om." Kata gue masih di dalam pelukan Om Ridwan.

Om Ridwan melepaskan pelukannya dan menatap gue.

"Tenang aja. Mereka bakal malu sendiri sama istri-istri mereka karena kamu. Justru karena itu, mereka ga akan menolak kerja sama dengan perusahaan om! Kamu mikir gitu aja. Sisanya biar om yang pikirin sama istri om. Yang pasti, ini udah keputusan bulat!" tegas Om Ridwan.

Gue langsung memeluk Om Ridwan. Mengucapkan jutaan terima kasih!

Ga lama, Tante Jenni bangun dan gue juga langsung memeluknya. Mengucapkan jutaan maaf dan terima kasih. Tante Jenni membalas pelukan gue dan menghapus air mata gue.

"Om, tante... tapi sebelumnya, kita main drama dulu ya." Kata gue tersenyum iseng.

"Maksud kamu?" tanya Tante Jenni.

"Aku rasa, Mike ga suka sama aku. Jadi, mending kita pura-pura kalo om dan tante ga suka sama aku. Gimana?" tanya gue.

"Boleh aja! Dengan syarat, setelah ini kamu harus manggil om dan tante kayak Mike panggil kita berdua. Gimana?" tanya Tante Jenni.

Gue mengangguk senang lalu memeluk dua orang paruh baya itu sekaligus.

My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang