Kehidupan kantor itu pasti tak jauh-jauh dari kertas hasil print, map-map berbagai warna untuk ditanda tangani, bundelan laporan dan materi yang harus diteliti, kepala-kepala yang menunduk di balik kubikel, dan omelan memuakkan dari atasan. Semuanya telah menjadi makanan sehari-hari Chanhee yang kelewat sempurna bagi rekan-rekannya yang lain.
Di umur dua puluh lima tahun, Chanhee bisa memegang jabatan sebagai manajer perencanaan di sebuah perusahaan besar majalah bulanan, adalah sesuatu yang membanggakan untuk dirinya. Sekaligus melelahkan untuk tubuh mudanya.
Dia sangat mencintai pekerjaannya, karena ini adalah mimpinya sejak kuliah dulu. Tapi, atasannya terlalu mendesak Chanhee setiap hari sampai gadis itu merasa sangat tertekan dan terus bekerja sampai sesuai harapan sang atasan. Meski akhirnya akan ditolak dan disalahkan. Bahkan teman-teman yang bekerja bersamanya, menyarankan untuk tidak terlalu memikirkan desakan Mrs. Hwang yang makin lama semakin melunjak. Bagi mereka, pekerjaan Chanhee sudah sempurna dan mereka pun sudah bekerja maksimal sampai buntu mau melakukan apa lagi. Chanhee tahu itu.
Tapi, tetap saja. Di mata atasannya, Chanhee selalu salah. Pekerjaannya selalu perlu di revisi. Jika sudah direvisi, pasti akan salah lagi dan kesalnya, malah kembali ke rencana yang pertama. Begitu seterusnya sampai Mrs. Hwang menandatanganinya agar bisa dibawa ke percetakan.
Mrs. Hwang bekerja menggunakan mood-nya. Apalagi kalau sedang bad mood. Sangat merepotkan bawahannya. Padahal menurut cerita dua orang senior yang sudah sepuluh tahun bekerja disini, Mrs. Hwang tidaklah sulit untuk dikendalikan. Bekerja dengannya menjadi suatu impian. Dia dulu senang mendengar pendapat, namun mudah untuk menerima pendapat itu juga. Tidak seperti sekarang yang suka seenaknya memberi perintah tanpa peduli sudah berapa banyak waktu dan tenaga yang habis untuk mengerjakan satu konten kecil saja.
"Kan sudah saya bilang bekerja itu harus sesuai dengan tren dan target pembaca kita. Jangan samakan dengan yang bulan lalu. Tren itu cepat berubah dan tak akan sama lagi. Kenapa semakin lama semakin melenceng dari yang seharusnya kuperintahkan? Sekarang ganti dengan yang lain. Coba pakai rancangan yang ini." Mrs. Hwang mengomeli Chanhee (lagi) dengan suara cukup tinggi sampai orang-orang diluar dapat mendengarnya.
Chanhee harus terus bersabar dan terus bersabar kalau ingin terus bekerja disini. Apalagi saat dia tahu kalau rancangannya diganti sepenuhnya dengan rancangan yang Mrs. Hwang mau. Kesalnya, itu ternyata rancangan awal--yang pertama kali diajukan. Rancangan yang dianggap tak berguna sampai mata Chanhee dapat melihat itu dilempar ke tempat sampah. Dan sekarang malah berada di atas meja Mrs. Hwang untuk Chanhee pakai kembali. Tangan Chanhee terkepal kuat saking inginnya memukul kepala besar menyebalkan atasannya itu.
Dasar penyihir tua!
Chanhee langsung menyambar map rancangan itu dengan kesal, berharap nenek tua itu menyadari kegeramannya pada tingkahnya itu. "Baik. Saya permisi." Chanhee pun pergi setelah membungkuk cepat. Terserah jika setelah ini Mrs. Hwang merutuk atau menyumpahinya karena sikap tak sopannya, Chanhee sudah tak peduli. Toh, manusia tua itu juga sering dapat sumpah serapah dari mulut Chanhee,
Mendapati sosok Chanhee sudah keluar dari ruangan peradilan--memang mirip seperti itu--rekan-rekannya langsung berlari mendekat, sampai mengekori Chanhee yang berjalan menghentak-hentak ke mejanya.
"Jadi, bagaimana, Chan? Kita harus pakai yang mana?" tanya Eunha, sahabat Chanhee sekaligus rekannya yang paling cerewet.
Chanhee tak menjawab pertanyaan Eunha sendiri. Karena kalau dia menjawab yang punya Eunha, yang lainnya pasti akan menanyakan pertanyaan yang sama pada Chanhee nanti. Dia tak mau mengulang hal menyebalkan berkali-kali. Makanya, Chanhee memilih untuk melantangkan suaranya ketika bicara agar semuanya dapat mendengar dan memusatkan perhatian pada Chanhee.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calamity✔️
Fanfiction"Aku mencintainya. Ingin memilikinya. Tapi aku sudah bersama yang lain. Dan dia pun juga sudah bersama pria itu. Tapi aku pun juga tahu kalau gadis itu menginginkanku juga. Rumit ya? Memikirkannya saja membuatku gila." (Racauan Seokjin di penghujung...