"Kak Ae. Tolong bantu aku membawa Bayi Besar ini ke--eh Namjoon?"
Membatu. Tak bisa berkata-kata. Tertangkap basah seperti sedang selingkuh. Sama-sama diam. Mata Chanhee tak kuasa menatap balik Namjoon yang kini menatapnya diam, tapi rahangnya mengeras begitu mendapati sosok Seokjin di belakang punggung pacarnya.
Ingin rasanya langsung menjambak rambut Seokjin. Menyingkir dari tubuh pacarku, sialan!
Tapi Namjoon bukan tipe orang yang begitu. Menyumpahi sialan apalagi menjambak. Jadi, dia cuma menghela napas, tersenyum sambil mendekati Chanhee. Badan besar Seokjin langsung dialihkan ke punggung lebar milik Namjoon. Tanpa bicara apapun.
"Dimana aku harus meletakannya?" tanya Namjoon menatap Chanhee disampingnya. Tersenyum dimple.
'Meletakannya'. Dianggap barang. Lucu sekali.
Ada yang cemburu disini.
Chanhee lantas memimpin jalan menuju kamarnya sendiri yang malah mengundang ekspresi bingung dari dahi Namjoon yang berkerut dalam. Tapi dia tak protes sama sekali. Malah menurunkan badan besar Seokjin ke atas kasur Chanhee lalu mundur beberapa langkah sambil menonton pacarnya yang sibuk mengurusi sahabatnya itu. Agak mendidih saat jemari pacarnya membuka dua kancing teratas kemeja Seokjin dengan cepat. Pun menyelimuti pria besar itu dengan selimutnya.
"Nanti kau tidur dimana?" tanya Namjoon setelah melirik Seokjin yang terlelap manis dengan dengkuran kecil di atas kasur Chanhee.
"Dikamar Aejeong mungkin," jawab Chanhee sambil mengangkat bahu dan tersenyum timpang. "Atau aku tidur di apartemenmu saja?"
Seketika wajah Namjoon memerah dan tak langsung menjawab pertanyaan pacarnya itu. Melihat wajah Namjoon membuat Chanhee tak tahan untuk tidak tertawa.
"Kau memikirkan apa, huh? Yang kotor-kotor ya? Sampai merah begitu mukanya," goda Chanhee mencubit pipi Namjoon.
Pria itu malah menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan tersenyum kikuk. Dia memang tidak memikirkan hal-hal dewasa saat Chanhee bilang mau tidur di apartemennya saja. Dia hanya terkejut. Itu saja.
Namjoon polos, kok.
:)
"A-aku sih tak masalah. Toh, kau pernah menginap di apartemenku juga. Tapi, bagaimana dengan Seokjin? Kau biarkan dia disini sendiriang?" tanya Namjoon memberondong seperti peluru.
"Tak apa. Ada kak Aejeong yang akan menjaganya nanti. Dia sudah besar, bisa mengurus dirinya sendiri." Chanhee menjawab sambil lalu ke lemari pakaiannya.
Tapi tadi dia bilangnya Bayi Besar Kim Seokjin....
"Kalau begitu aku tunggu diluar ya." Namjoon pamit keluar setelah Chanhee mengangguk sekilas padanya.
Tak butuh waktu lama untuk bersiap-siap, Chanhee hanya mengemas selembar pakaian tidur beserta dompet dan ponselnya. Dia hanya menginap satu malam dan kembali sebelum siang. Kalau saja Seokjin tak ada dirumahnya--di kamarnya malah--mungkin Chanhee akan menginap beberapa hari. Berangan-angan supaya itu terjadi, rasanya menggelikan. Dua tahun berpacaran tapi tak pernah sekalipun terpikir topik untuk tinggal bersama. Padahal sudah sama-sama legal secara umur tapi tak ada percakapan tentang itu selagi bersama.
Selagi mengenakan sedikit pemoles bibir, samar-samar telinganya menangkap sebuah suara lirih dari arah kasur. Seperti memanggil-manggil. Chanhee lantas menghentikan kegiatannya dan berjalan mendekat ke kasur. Dia lihat wajah Seokjin yang mengerutkan dahi dan ada bulir-bulir kecil di dahinya.
"Mina...." raung Seokjin lirih sambil menelengkan kepalanya ke samping.
Chanhee pun meletakkan telapak tangannya ke dahi Seokjin. Jaga-jaga kalau dia demam. Untungnya suhunya normal. Dia tidak demam. Hanya mimpi buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calamity✔️
Fanfiction"Aku mencintainya. Ingin memilikinya. Tapi aku sudah bersama yang lain. Dan dia pun juga sudah bersama pria itu. Tapi aku pun juga tahu kalau gadis itu menginginkanku juga. Rumit ya? Memikirkannya saja membuatku gila." (Racauan Seokjin di penghujung...