14 - Anger and Tears

262 44 6
                                    

Bukan suatu keputusan salah bagi Chanhee menjejalkan dirinya ke tempat bekerja Mina, kekasih Seokjin. Mendengarkan suara-suara klik kamera yang memburu seperti manusia pengincar diskon ketika mengambil gambar Mina yang sedang berpose dengan indah. Tak banyak ekspresi yang dia pakai, kebanyakan semuanya datar tanpa ekspresi, tapi disitulah pesona Mina. Hanya dengan menatap lurus ke arah kamera, sudah bisa membuat jutaan pembaca majalah menjadi penggemarnya. Produk yang dia pakai dari sponsor bisa langsung habis dipesan dalam sekejap. Besarnya pengaruh Mina dalam industri hiburan membuat banyak perusahaan ingin menjadikannya sebagai model pemasaran. Termasuk majalah dari kantor penerbitan tempat Chanhee bekerja. Terhitung belasan kali perusahannya meminta Mina sebagai model, tapi selalu ditolak. Chanhee tentu tak bisa menyalahkan Mina karena itu bukan kuasanya. Tapi, dia masih positif kesempatan mendapatkan Mina sebagai modelnya akan datang di masa depan. Toh, Chanhee berteman baik dengan wanita itu. Nanti disela-sela percakapan dia akan menyinggung tentang kerjasama mereka untuk majalah selanjutnya.

Disinilah Chanhee, duduk di salah satu sofa panjang di sudut ruang pemotretan. Terlalu canggung untuk menempatkan bokongnya disana, mengingat dia bukan bagian dari pekerjaan ini. Meski manager Mina sudah mempersilahkannya dengan ramah untuk membuat dirinya nyaman selagi menunggu artisnya selesai bekerja, tetap saja rasanya canggung. Apalagi melihat para staf lalu lalang di depannya, semakin membuat Chanhee salah tingkah. Ingin sekali rasanya membantu, meminjamkan tenaga setidaknya memindahkan baju-baju yang akan dipakai sang model atau membelikan kopi untuk seluruh staf. Yang penting dia tak perlu duduk diam tak melakukan apapun sampai waktu yang tak ditentukan kapan.

Akhirnya dia menyerah. Matanya lantas ia sibukkan dengan memperhatikan Mina yang sibuk bermain-main dengan segala anggota tubuhnya demi mendapatkan kata 'OK! Bagus! Yak begitu!' dari sang photographer. Tanpa ekspresi menjadi andalannya dan itu berhasil dengan sempurna. Mina benar-benar model sejati. Tak heran banyak cinta diberikan untuknya. Seokjin salah satunya.

"Menunggu lama?" tanya Mina setelah berlari kecil menghampirinya begitu dia selesai melakukan sesi pemotretan terakhirnya.

Chanhee menggeleng sambil tersenyum. "Aku baru datang, kok. Tenang saja. Lakukan saja pekerjaanmu dengan santai."

"Untungnya tadi itu yang terakhir," balas Mina sambil duduk di samping Chanhee. Kemudian dia mendapatkan selembar selimut tebal dari managernya untuk menutupi kaki panjangnya yang tak tertutup apapun.

Gayanya kali ini cukup sederhana. Hanya perlu berfoto dengan kaos putih panjang yang hanya menutupi setengah pahanya. Rambut dan riasannnya pun tak dibuat aneh-aneh. Katanya itu permintaan dari sebuah majalah fashion yang menginginkan model pakaian sederhana namun terlihat mengagumkan ketika dipakai. Lagipula tren pakaian polos sederhana masih menjadi pilihan sebagian besar wanita muda di negara ini. Terlihat menggemaskan sekaligus cantik secara besamaan.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Mina antusias sambil mencondongkan tubuhnya sedikit ke arah Chanhee. Posisi duduknya menghadap ke gadis itu dengan kaki dia silangkan di bawah selimut. Benar-benar posisi yang nyaman.

Chanhee pun tersenyum dan tertawa kecil. "Luar bisa setiap hari. Kau bagaimana?"

Senyum Mina perlahan memudar, menyisakan senyum kecil dengan mata menerawang ke arah lain. Tapi setelah itu dia mengangguk sambil menatap Chanhee. "Sama. Aku menyenangi hidupku jadi setiap hari selalu membahagiakan untukku."

Bohong.

Dia tidak baik-baik saja.

Chanhee tahu sekali. Senyumnya mirip sekali dengan senyum yang sekarang dia berikan pada wanita itu. Senyum menyembunyikan kesakitan dan kesedihan akan satu orang. Setidaknya untuk orang itu.

"Maaf sudah menganggu pekerjaanmu, Mina. Aku perlu bicara denganmu tentang Seokjin. Empat mata saja. Tanpa ada orang lain."

Mina menatap Chanhee yang tidak menatapnya balik. Pas sekali waktunya. Dia juga punya sesuatu untuk dibicarakan. Tentang Seokjin juga. Lantas dia memanggil managernya yang segera datang saat itu juga ke sampingnya.

Calamity✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang