Sesederhana Rindu

340 2 0
                                    

Angin menggila,
Sejuk, tapi memporak porandakan,
Dedaunan yang luruh dari batangnya,
Seakan menyamai hati yang penuh bahagia pula kesedihan,
Gemuruh petir saling bersautan,
Berlomba menyuarakan, entah merdu atau menyeramkan,
Mendung, gelap gulita, awan telah mempertandakan,
Mungkin hujan akan segera turun,

Kupandangi dari ketinggian, lahan parkir apartemen dari jendela,
Angin menyelinap masuk melewati celah,
Yang kulihat hanyalah mobil yang tetata rapi serta orang yang berlalu lalang saja,
Tidak ada hal yang menarik dari itu, sungguh,
Tapi entah kenapa aku suka memandang nya,
Sambil berharap, tiba tiba aku melihat mobil mu melaju,
Dan datang untuk mengejutkan ku,

Aku rindu...
Dalam benakku berkata,

Bahkan kemarin pun kita sudah bertemu,
Namun sial, selalu saja waktu begitu cepat berlalu saat bersamamu,
Satu jam serasa satu detik,
Bahkan seharian serasasa itu satu jam, membuat ku tak bisa berkutik,
Karena memang kamu yang selalu sibuk,

Aku tau angin akan menyampaikan rinduku kepadamu,

Datanglah cepat...

Harap harap cemas ku,
Alih alih menahan rindu,
Diriku di rundung sendu,
Lalau bagaimana dengan kamu?
Akankah kamu merindukanku, seperti aku merindumu? Selalu,

Kemarin, hal yang romantis seumur hidupku,
Aku tak pernah menyangka, jika kamu akan melakukan hal itu,
Mungkin Tuhan sedang berpihak kepadaku,
Atau ini memang dari pemikiranmu,
Usia ku bertambah satu tahun,
Dan aku beruntung kamu masih di samping ku, tetap menjadi sang pujaan,
Kuharap tak cepat berlalu begitu saja,
Seperti doa ku, yang memohon kisah kita akan abadi selamanya.

Senyumku merebah,
Sungguh hati ku benar benar bahagia,
Aku ingin, kamu benar benar ada disisi,
Meski terkadang aku terluka setiap kali kau di penuhi amarah,
Namun, entah mengapa aku tetap bertahan, dengan alasan sederhana,
Cinta...
Sesederhana itu,
Permintaan yang sangat lugu,
Bersamamu...

Hujan tak kunjung berhenti,
Setiap tetesnya melewati kaca,
Begitu dingin di sentuh dengan ujung jari saja,
Sedingin hatimu jika sudah di penuhi amarah hati,
Beruntunglah kamu ku miliki,
Jika tidak mungkin kau telah tersesat, seorang diri,
Dan untunglah aku sang penyabar,
Namun tentu saja selalu gausar,
Selalu mendengus kesal, jika kamu tak kunjung sadar,
Mungkinkah tanganku melayangkan sebuah tampar?
Hingga kau cepat tersadar,
Tidak,
Aku sungguh tidak mau menjadi kasar,

Aku menarik nafas dalam-dalam, jika mengingat momen kelam bersamamu,
Seperti yang lainnya, hujan ditandai akan kenangan masa lalu,
Tapi tak pernah membuatku ingin menyerah dan berlalu,
Justru semakin kuat tekat ku untuk menjagamu,

Hujan sudah mulai berhenti, tak selebat tadi,
Tapi aku masih merindumu sedari tadi,
Seperti dingin yang selalu singgah meski hujan telah reda,
Rinduku selalu saja terdiam manis tanpa jeda,

Luka Dan RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang