JUNGKOOK POV
24 Desember 2002
Aku mendengar nya,
Suara bayi kecil yang sedang menangis.
Ruangan itu,
Disana tepatnya sumber suara bayi itu.
Ayahku berkata padaku,
" Hari ini kamu akan mempunyai seorang adik, Jung. Teman baru yang akan selalu menemani mu hingga kau tumbuh besar nanti. "Katanya sambil tersenyum.
Tentu saja aku senang mendengar berita baru itu, terlebih besok adalah hari Natal.
Ku anggap dia adalah hadiah terindah yang pernah ku miliki sampai kapan pun,
Terlebih adik kecil ku itu adalah seorang perempuan
Aku yang akan selalu menjadi pelindungnya.
Namun, tidak lama kemudian, suara bayi itu semakin kencang terdengar. Bersamaan dengan suara gaduh dan teriakan seseorang, yang ku tau bahwa itu adalah
Suara ayah...
Mengapa? Apa yang sedang terjadi disana?
Aku mendengar ayahku berteriak memanggil nama ibuku didalam sana
Aku terus menatap ke arah ruangan itu
Tiba - tiba seorang suster keluar dan menggendong ku
Aku tidak tahu akan dibawa kemana
Suster itu membawaku semakin jauh dari kegaduhan yang sedang terjadi didalam sana.
Hingga aku sampai di sebuah ruangan, yang sepertinya ruangan khusus untuk anak -anak karena aku melihat banyak mainan disini
Suster tersebut menurunkan aku dari gendongannya dan berkata
" Kau tunggu disini ya, tampan. Aku akan segera mempertemukan mu dengan adik kecil mu "
Ia tersenyum sambil mengusap kepala ku.
Kini pertanyaan ku bertambah,
Suster cantik itu keluar dari ruangan yang sedang terjadi sebuah kegaduhan lalu membawaku dan berkata itu sambil tersenyum
Mengapa suster itu tersenyum disaat ayahku berteriak seperti disana ?
.
Tiba - tiba ada seorang anak lelaki yang mendekat dan memberikan sebuah mainan mobil - mobilan
Ia berkata " Hei, ayo kita bermain . "
Anak itu mengajak ku, dan aku pun tersenyum kemudian membalas nya dengan anggukan.
" Aku Park Jimin, kau siapa? "
" Jeon Jungkook.. "
" Ah~ Jungkookiee. Kau umur berapa? "
" 5 tahun.. "
Melihat aku yang menjawabnya dengan malu - malu, ia tersenyum lebar
" Kalau begitu, panggil aku Hyung. Aku lebih tua darimu 2 tahun "
Aku menatapnya, mengangguk dan tersenyum. Sepertinya ia adalah teman yang baik.
Begitulah percakapan singkat yang kami lakukan sebelum mulai bermain.
Aku dan anak lelaki itu asik bermain cukup lama didalam ruangan itu, kami bercanda dan bersenda gurau hingga tertawa lepas.
Kebetulan didalam ruangan itu hanya ada kami berdua, jadi kami tidak segan - segan untuk mengeluarkan suara kami dengan keras
KAMU SEDANG MEMBACA
Even If It Hurts [HIATUS]
FanfictionBahkan untuk terakhir kalinya, kesempatan itu tidak ada. Semuanya berakhir dan meninggalkan perasaan yang amat sangat menyedihkan.