3 | Kotak Makan

700 73 16
                                    

"Maju!" Perintah Gavin satu kali lagi.

Amel melangkah kakinya perlahan ke depan panggung. Untuk kesekian kalinya, semua orang di aula memandanginya. Amel mengernyitkan dahinya, menutupi rasa malu yang Amel rasakan saat ini.

"Bending," ujar Gavin tiba-tiba.

"Maksud kak Gavin apa nyuruh Amel bending?" Tanya Amel dengan wajah setengah bingung.

"Bending!" Ulang Gavin tanpa memedulikan pertanyaan Amel.

"Tapi, kenapa?"

Gavin diam. Dia tetap konsisten dengan ekspresinya. Seluruh orang di ruangan mulai cemas akan apa yang terjadi pada cewek itu.

Amel malah menambah telukan alisnya menatap Gavin.

"Kalau kamu enggak mau, seharusnya kamu paham dengan artinya sikap disiplin dan tidak bertingkah semena-mena."

"Kamu ini sudah SMA. Bukan anak TK lagi. Sudah seharusnya kamu ini bersikap lebih dewasa." Lanjut Gavin.

"TARUNAJAYA tidak menerima siswa yang kelakuannya masih bocah dan tidak bisa menghargai senior contohnya seperti kamu!" Perkataan langsung lolos membuat Amel mati kutu.

Wajahnya memang luar biasa tampan, suaranya juga berat-berat seksi. Namun sayang, dia kejam.


g•a•v•i•n•

Sepuluh kali lagi, Mel! Sepuluh kali lagi.

Jangan tanya kondisi Amel seperti apa saat ini. Tentu saja penampilan sudah luar biasa tak karuan dengan rambut lepek dan baju yang basah penuh dengan keringat.

Sejak tadi Amel melakukan olahraga bending di hadapan seluruh peserta MOS. Bukan. Lebih tepatnya hukuman.

Hingga sampai lah Amel di ujung pelepasannya.

"Cukup? Atau mau saya tambah lagi hukumannya?" Tanya Gavin tajam. Spontan membuat Amel ngeri.

"Cukup kak. Malah, lebih dari cukup," ucap Amel sambil mengatur nafas yang tidak beraturan.

"Silahkan untuk duduk di tempat semula."

"Te-terima kasih kak," sungguh nyali Amel saat ini sedang menciut sampai omongannya terbata-bata.

Dalam hatinya Amel bersumpah agar mengutuk Gavin menjadi batu.

Namun, Dewi Fortuna sedang tidak ada di pihak Amel. Pada detik itu juga, Gavin malah berubah menjadi terlihat lebih, tampan. Bukan malah menjadi batu seperti di kisah Malin Kundang.

Dewi Fortuna memang sangat tidak adil.

g•a•v•i•n•

Akhirnya waktu yang di inginkan oleh seluruh siswa tiba.

Apa lagi jika bukan free time.

Yak para anggota MOS di beri waktu free time sebelum lanjut ke materi sebelumnya.

"Argh... Gerah bangett!" Teriak Amel. Gara-gara kejadian di hukum nya tadi, badan Amel penuh dengan keringat.

"Makannya jangan main asal ceplos aja tuh mulut!" Sinis Ara. "Mulutmu harimaumu."

Amel menghela nafas berat. "Iya, iya nanti Amel lebih jagain mulut Amel kok, biar ga bandel."

GAVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang