Bunyi dari jam membangunkan Amel yang masih tidur terlelap. Amel mengerjapkan matanya dan merubah posisinya menjadi duduk sambil mengumpulkan nyawa.
Setelah dirasa nyawanya sudah cukup terkumpul, Amel segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas mandi sambil mengingat kejadian malam hari tadi.
Ketika sudah selesai mandi dan dirasa semua sudah siap, Amel keluar dari kamarnya. Bukannya langsung bergegas turun kebawah untuk sarapan, Amel malah terdiam di depan pintu kamarnya. Lebih tepatnya depan pintu kamar Gavin.
Amel mencoba menghitung di dalam hati.
Satu...
Dua...
Tiga
Dan..Klek
Pintu yang tadi tertutup, saat ini terbuka dan menampilkan seseorang yang ada di dalamnya. Gavin, dengan seragam sekolah lengkap dengan jas OSISnya.
Amel tersenyum. "Selamat pagi kak Gavin!" Sapa Amel dengan ceria. "Gimana tadi tidurnya, nyenyakkan?"
Yang ditanya hanya melempar ekspresi datar. Gavin langsung berjalan, melewati Amel begitu saja.
Amel berdecak kesal. "Kak Gavin pertanyaan Amel kok engga di jawab sih? Main nyelonong aja!"
Gavin masih meneruskan jalannya tanpa peduli dengan orang yang sedang kesal padanya saat ini.
"IH BERASA KAYA NGOBROL SAMA MAYAT HIDUP AJA!" Amel mengalah lalu mengekori Gavin dengan berjalan sedikit di hentakan sebagai pelampiasan kekesalannya.
Saat sarapanpun, Gavin dan Amel tidak ada yang membuka suara kembali hingga saat hendak berangkat sekolah.
"Kak, kita berangkat bareng kan?" Tanya Amel saat berada di halaman rumahnya.
Gavin yang sedang menyiapkan motornya menoleh. "Kata siapa?"
Amel mengerutkan dahinya. "Loh, bukannya kak Gavin tuh disuruh bunda buat jagain Amel kan? Otomatis berangkat dan pulangpun pasti bareng."
Gavin sudah duduk di jok motornya yang empuk. "Yaudah naik."
Amel membulatkan matanya. Namun beberapa detik setelahnya Amel mengerjapkan matanya agar bola matanya tidak keluar. "Se-serius?"
Bukannya menjawab pertanyaan Amel, Gavin malah memberinya helm. "Nih, pake."
Amel mengambil helm yang ada di tangan Gavin dan langsung menaiki motornya.
Gavin mulai menyalakan mesin motornya dan secara perlahan meninggalkan halaman rumah amel untuk menuju sekolah.
"Kak Gavin, Amel boleh peluk ga? Biar kaya di sinetron-sinetron gitu loh," ucap Amel saat masih dalam perjalanan.
"Yaudah sana jadi pemain sinetron aja, jangan sama gue."
"Wah kak Gavin sekarang udah pinter ngomong ya, walaupun omongannya nyelekit hehe."
Gavin diam, tak menjawab. Ia tetap fokus dengan jalan dan menghiraukan Amel yang masih nyerocos selama perjalanan.
Sesampainya disekolah, semua mata tertuju hanya pada Amel dan Gavin. Semua orang bertanya-tanya apa yang terjadi terhadap keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVIN
Teen Fiction(UPDATE SETIAP HARI!!!) Gavin Arfan Alhusayn, salah satu benda prasasti hidup, berhati batu, dan omongan nya yang pedas. Entah apa yang terjadi, dia terpilih menjadi ketua OSIS di SMA TARUNAJAYA. Untung saja Gavin mempunyai nilai positif dari segi w...