Part 1 - Paha & Helm

9.5K 659 51
                                    

"Non ojeknya sudah di depan" mang Deri berlari kecil menghampiri ku. "Ya" jawabku seadanya karena memang mood ku pagi ini sudah gak bagus karena ka Rendi dengan seenaknya memakai mobilku tanpa ijin.

"Pagi ka.." driver ojek menyapa dan memberikan helm untuk ku pakai, aku agak terkejut mendengar suara dibalik masker yang menutupi wajah nya "Cewe" batinku, terdengar tawa halus "Hehehe.. iya ka masih cewe saya, gak ada niat buat ganti kelamin" aku dibuat malu dengan pernyataan driver ini, ternyata aku mengucapkan pelan kata cewe tadi.

"Tenang ka, saya sudah berpengalaman mengendarai motor" sambungnya, mungkin karena melihatku ragu naik keatas motor, padahal aku masih terkejut karena mendengar suara feminim dibalik masker itu.

Ku pakai helm yang diberikan padaku, wow wangi . Jujur saja yang membuatku malas menggunakan jasa ojek adalah helm yang di pakai bergantian oleh penumpang lain.

Akhirnya aku naik keatas motor dan duduk dibelakang sambil mengatur posisi duduk ku, yah dibelakang.. kalau di depan aku yang bawa motornya dong.

"Maaf ka jangan pegangan ke behel grip belakang yah karena bisa membahayakan buat kaka, kalau kaka mau pegangan bisa ke pinggang atau jaket saya" dia meremas samping jaketnya memberi contoh bagaimana aku harus berpegangan untuk menjaga keseimbangan, "oke" sahutku cepat.

"Hihihi.. kalau kaka kurang nyaman, kaka bisa seperti ini" sambungnya gak kalah cepat memperagakan tangan bertumpu pada pahanya dan agak sedikit membungkuk, "oke" jawab ku sambil menganggukkan kepala.

"Sip, kita berangkat ka.." dengan pelan dia mulai menjalankan motornya, yang secara reflek ku taruh tangan ku dan bertumpu pada pahanya menjaga keseimbangan seperti yang diberitahu sebelumnya, hmm.. she's smells good.. pakai parfum apa yah, wanginya maskulin tapi gak terlalu tajam, masih ada feminimnya, keras tapi lembut..

"Ka maaf bukan paha saya tapi paha kaka, hahaha.." tiba-tiba dia berkata membuyarkan lamunanku "maksudnya?" tanya ku bingung, "tangan kaka salah paha, eh maksud saya tangan kaka di paha kaka" jelasnya sambil melirik ku lewat kaca spionnya "shit.. sorry-sorry" sial aku malu banget, ku tarik tangan ku dan kupindahkan ke pinggangnya.

"Selow ka.. saya gak keberatan kok takutnya kaka yang kurang nyaman dengan posisi tadi" sahutnya sambil mengeleng-gelengkan kepala, karena memang posisi yang dia maksud membuat jarak kami sangat dekat, walau aku tidak keberatan berdekatan dengannya.

"Sudah berapa lama narik?" aku mencoba memecahkan kecanggungan diantara kami, "3 tahun ka" jawabnya singkat, oke sepertinya dia sedang konsentrasi, maka aku memilih diam memperhatikan jalan sekitar yang sudah dipadati oleh kendaraan lain, ku akui dia mahir mengendarai motor untuk jalanan yang terbilang macet saat ini.

"Ka maaf saya boleh potong jalan? didepan macetnya gak gerak." Sambil berdiri dia memperhatikan jalanan di depan kami. "Boleh kalau kamu tau jalannya" dengan sigap dia langsung mengarahkan laju motor ke arah gang kecil yang jujur saja aku sendiri ragu bila motor ini bisa lewat.

Ku eratkan peganganku di pinggangnya dan menahan nafas, aduh baret deh nih dengkul gua, ku rapatkan kaki ku pada body motor dan wow.. kami selamat, ku hela nafas lega.

"Kok tadi pakai tanya boleh atau gak potong jalan?" aku mencoba membuka pembicaraan "takutnya kalau saya main belok aja, kaka pikir saya mau culik kaka lagi" sahutnya sambil tertawa pelan.

"Tergantung kamu mau culik saya kemana dulu" coba kita lihat dia jawab apa "emang kaka mau diculik saya?" tanyanya sambil menoleh sebentar ke arah belakang, "kalau kamu culiknya ajak makan saya mau aja, siapa yang nolak makan gratis" kupasang senyum termanis ku.

"Ehm.. iya juga sih, saya pikir-pikir dulu yah ka, nanti kalau saya mau culik kaka, saya telepon kaka dulu deh" ucapnya "mau nyulik kok telepon dulu sih?" tanya ku heran "takut kaka makannya banyak hahaha.."

Nih anak ngegemesin banget "ih kamu kok ngeselin sih" ku cubit pinggangnya gemas, aku sendiri tidak tahu keberanian dari mana aku melakakukan kontak fisik dengan orang yang belum aku kenal, "ampun ka.. ampun.. bercanda.. haha.." huft.. untung dia gak ngerasa risih.

"Ehem.. saya gak keberatan kaka makannya banyak kok" sambungnya lagi sambil menatap sekilas lewat kaca spion, walau pun hanya beberapa detik pandangan kami bertemu tapi mampu membuat jantung ku berdegup lebih cepat dari biasanya, oh my God.. something wrong with me!!!

5 menit kemudian kami telah sampai di depan kampus ku "kembaliannya ambil buat kamu aja" ku berikan selembar lima puluh ribuan "tapi ka ini kebanyakan kalau untuk tip" dia mencoba untuk mencari kembalian di tasnya.

"Udah gak apa-apa" dengan terburu-buru ku berjalan masuk ke dalam kampus, ku abaikan panggilannya, karena jujur saja menurut ku dia berhak mendapatkan tip itu untuk keramahannya.

Hp ku berdering tak lama kemudian, kulihat nomor tidak dikenal, siapa coba pagi-pagi sudah telepon. "ya hallo?" ku angkat telepon sambil berjalan menuju kantin "ka maaf ini saya yang tadi" terdengar suara di seberang sana.

"Yang mana?" apa sih ini orang gak jelas banget, "yang tadi antar kaka" ku hentikan langkahku "oh.. iya, ada apa? kamu udah mau culik saya?" tanya ku agak sedikit menggodanya.

"Hehehe.. belum ka.. anu.." terdengar ragu di suaranya "anu apa?" tanya ku tidak sabar "anu.. maaf ka, helm saya" "helm?" tanyaku lagi heran.

"Iya helm saya dilepas ka, biar keliatan cantiknya" reflek ku raba kepalaku, oh my God ternyata aku masih menggunakan helm dari masuk gerbang tadi, yah ampun pantas saja dari tadi kok banyak yang ngeliatin dan bisik-bisik, sumpah aku malu banget.

Ku berjalan kembali ke arah gerbang sambil menenteng helm dengan wajah yang sudah pasti merah menahan malu. ku cari pemilik helm ini, tapi tidak kulihat batang hidungnya.

"Kamu dimana sih?!" tanya ku agak ketus karena saat ini aku ingin sekali cepat-cepat ke kantin karena malu dengan sekelilingku.

"Disebelah kaka" telepon dimatikan olehnya, kulihat sebelah kanan ku dan aku terkejut yang berdiri ternyata cewe cantik dengan rambut sebahu tersenyum manis sekali kearahku.

"Helmnya ka" dia mengulurkan tangannya meraih helm yang ku pegang, "eh.. i-iya.. ini" kuberikan helmnya "nah kan.. cantikan kaka gak pake helm masuk kedalam kampus" ku yakin saat ini wajah ku sudah seperti kepiting rebus, entah karena malu atau karena pujian yang keluar dari mulutnya.

"Saya lanjut narik yah ka" ucapnya sambil memakai masker dan helm lalu naik ke atas motornya "i-iya.. kamu hati-hati yah" ucap ku sambil menyentuh lengannya.

"Always ka.." ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya yang berefek membuahkan senyum di wajahku, "permisi ka.." lanjutnya lalu menjalankan motor ke arah jalan utama.

Entah apa yang kupikirkan, aku masih berdiri disini melihat dia yang semakin lama tidak terlihat karena terhalang mobil. Setelah itu ku langkahkan kaki menuju kantin dengan senyum yang masih terpasang di wajahku. Shit! aku lupa menanyakan namanya, yah ampun kok bisa gak kepikiran sih!!

***

"Rena loe kenapa senyum-senyum mulu?" tanya Anggit heran "gak apa-apa emang gak boleh gua senyum?!" balas ku ketus "yah boleh sih tapi gak terus-terusan juga kali, ngeri gua" Anggit menggidikan bahunya.

"Hahaha.. sial loe" kupukul pelan bahu Anggit "eh Ren tadi siapa yang ngobrol sama loe didepan? loe punya teman ojek online?" Dina tiba-tiba nimbrung dan duduk di sebelahku.

"hah.. loe liat?" tanyaku terkejut, "liat lah pake kedip-kedipan segala, cantik Ren gua pikir temen loe kok tumben loe mau dianter pake motor, tapi pake jaket ojek online, eh berdua malah senyum-senyuman" Dina menyikutku pelan.

"Hah.. loe naik ojek?!" teriak Anggit tak percaya "ojek cantik.." ralat Dina "hmm.. dan wangi.." sambungku, Dina dan Anggit menatap ku "a-apa? emang wangi kok, ramah lagi, bawa motor nya jago, suaranya enak didenger, senyumannya manis, gua rela kok naik motor ke papua sama dia"

"hahahaha.. turun mesin yang ada bertiga" Dina tertawa terbahak-bahak "kok bertiga?" tanya ku "iya lah bertiga loe, dia sama motornya" sambung Anggit sambil menahan tawa.

"Jadi sepanjang perjalanan kalian ngobrol, loe gak tau namanya?" tanya Anggit tak percaya, dengan lemah ku gelengkan kepalaku "eh.. tapi gua ada nomornya, tadi dia telepon gua" dengan cepat ku keluarkan hp ku memeriksa panggilan masuk.

Oke aku save apa yah namanya. Hmmm.. ojek cantik ku, hihihi lucu juga.

***

Ojek Cantik KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang