Part 4 - Jengkol

5.5K 495 20
                                    

"Mana Gev?!" tanya wanita itu pada Frans. "Lah mana gua tau.. singit loe yah?" balas Frans santai, wow Frans tidak terpancing sama sekali oleh sikap kasar wanita ini.

"Jangan bohong sama gua Frans, jelas-jelas Cindy bilang dia liat Gev di sini!" Frans hanya mengangkat bahunya. "Loe suruh asisten loe operasi mata sana.." wajah wanita itu semakin merah menahan amarah.

"Loe bilang sama Gev, dia mati kalo ketemu gua!!!" Dengan kesal wanita itu pergi meninggalkan Cafe dengan membanting pintu ketika dia keluar, dan aku hanya terdiam menyaksikannya. Menikmati drama yang baru saja tersaji.

Frans mengumpat pelan, Gea menghampiri kami menggaruk kepalanya canggung. "Masih mules loe?" tanya Frans kesal "Hilang tiba-tiba" Gea memberikan cengiran khas dirinya pada Frans lalu duduk kembali di sebelahku. Ingin ku bertanya pada Frans, itu siapa? ada apa? kenapa?. Tapi ku urungkan mengingat kami baru saja beberapa jam yang lalu kenal.

"Mau pulang sekarang?" Gea bertanya sambil melirik jam tangannya. "Boleh, Frans pulang dulu yah, nanti gua ke sini lagi sama Gea buat nyobaiin cheese cakenya" kujabat tangan Frans. "Janji yah.. Gua tunggu loe berdua, awas kalo gak nonggol" Frans memeluk Gea sambil membisikan sesuatu yang diikuti anggukan pelan oleh Gea.

***

"Besok kamu ada acara?" tanya Gea ketika sampai di depan rumahku. "Sore aku ada janji ke rumah Anggit"
jawabku sambil melepas helm yang ku pakai. Gea mengambil helm dari tangan ku. "Mau aku antar?" ku gelengkan kepala lalu tersenyum. "Gak usah, memangnya kamu gak narik?".

Gea menggenggam tanganku "Besok aku dibengkel, takutnya minggu depan aku gak bisa ketemu sama kamu" aku tertawa mendengarnya "kan masih ada minggu depannya lagi" sekilas terlihat kekecewaan di wajahnya yang segera di tutupi cepat oleh senyuman.

"Dari sini kamu mau kemana?" senyuman Gea tiba-tiba mengembang. "Pulang, beresin kamar, siapa tau ada yang mau mampir" aku menaikan sebelah alisku "oh yah?" Gea menarik tubuhku mendekat dan mencium pipiku. "Masuk gih, dingin." "ya, kamu hati-hati di jalan. Kabari aku kalau sudah sampai." Setelah Gea menghilang dari penglihatan ku, aku pun bergegas masuk ke dalam.

***

Pagi ini aku duduk di taman belakang rumah menikmati sinar mentari pagi yang menyapa lembut kulit ku.

Baru beberapa hari lalu aku mengenal seorang Gea, tapi aku merasa telah mengenalnya cukup lama. Memang aku belum banyak tau siapa Gea, terlebih keluarganya. Aku mengerti Gea tidak nyaman bila pembahasan itu muncul ke permukaan, dan aku tidak akan memaksanya.

Semua orang butuh privasi dan aku sangat menghargai itu. Aku yakin ketika Gea sudah siap, dia pasti akan terbuka kepada ku. Aku hanya perlu bersabar dan membuktikan bahwa aku dapat dipercayai olehnya, karena aku tidak memiliki niat untuk menyakiti atau pun membuatnya bersedih.

Aku sadari mungkin kami terlalu terburu-buru, seharusnya kami mengenal satu sama lain lebih dahulu. God I feel so stupid if i remember that night, asking her where should i stand. Can i be blamed..? i was overwhelmed by jealousy, it's like a brick on the head when i heard the word married.

Bahagiaku pun tak terbendung, ternyata kami berbagi rasa yang sama. Setidaknya aku tau akan dibawa kemana hubungan ini nantinya. Aku bukanlah tipe orang yang akan menghabiskan waktu ku percuma dalam ketidakpastian, dan ini berlaku untuk semua hal dalam hidupku.

This attraction is killing me. Is it to early to call it love or is it just a lust? but i know is more than sexual tension between us and i'm sure is not just a simple crush. Well what ever it is, i'm excited to find out more.

Ketika Gea memberi sepotongan cerita tentang keluarganya, membuatku sedih sekaligus bersyukur aku di lahirkan di keluarga yang dapat menerima kami, yah kami adalah ka Rendi dan aku.

Ojek Cantik KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang