Part 3 - Tanggung Jawab

5.9K 533 29
                                    

"Kalau aku kasih tau namaku, kamu harus mau diculik lagi sama aku"

"Apa sih kamu ah, kalau gak mau kasih tau ya udah" ku lepaskan pegangan tangan kami. Tapi dengan cepat di genggam kembali olehnya sambil tertawa.

"Namaku Gea, sebuah nama sederhana pemberian ibu" Gea..
"Kamu mau kan di culik lagi sama aku?" aku tersenyum mendengar pertayaannya.

"Kamu ngapain aja selain narik?" ku alihkan pembicaraan "Kamu nakal Ren, menjawab pertanyaan dengan pertanyaan.. Aku fokus kerja aja, cari uang yang banyak buat nikah" Jleb.. sakit hatiku mendengar kata nikah dari mulutnya.

"Ehem.. udah ada calonnya?" aku berusaha menutupi rasa kecewa dengan terus menatapnya "Calon ada beberapa yang sudah tersedia, tapi sayang aku gak tertarik sama mereka" Gea menghindari tatapanku "yang tersedia? mereka?"

Gea hanya terdiam lalu melepaskan genggamannya, menatap kosong kearah langit gelap. "Gea.." bisikku pelan "sorry if i have to ask you this.. But i need to know where should i stand" ku tarik nafas panjang.

"Are you straight?" hening.. Gea menatapku, terlihat jelas dia sedang mendebatkan sesuatu dengan dirinya sendiri. "I mean.. it just.." ku hembuskan nafas mencari kata yang tepat untuk di ucapkan.

"Gea.. maaf kalau aku lancang.. tapi tolong jangan beri aku sinyal yang salah. Aku gak bisa pungkiri bahwa aku tertarik sama kamu lebih dari seorang teman. Aku gak mau waktuku terbuang percuma mengharapkan sesuatu yang nantinya tidak akan bisa ku miliki. Lebih baik aku tau dari awal dimana aku harus menempatkan diriku" walau aku tidak keberatan berada di bawah mu Gea.

"Bokap bilang - Kalau itu memang pilihan kamu. Kamu harus berdiri sendiri!" Gea menaruh tangan kiri nya dipinggang sedangkan tangan kanan menunjuk-nunjuk kedepan. Cengiran terlihat di wajahnya ketika melihatku.

"Apakah itu menjawab pertanyaanmu Rena?" aku terdiam coba mencerna perkataannya.

"Aku bekerja siang malam untuk membuktikan aku bisa berdiri sendiri. Sexualitas ku bukan halangan untuk bekerja dan berkarya. Aku dapat diterima dimana saja aku berada. Aku tidak dipandang sebelah mata."

"Ketika aku menemukan belahan jiwaku. Aku harus membuktikan kepada orang tuanya kalau aku mampu. Karena pada saat aku telah berani mencintai putri mereka. Aku sudah siap memindahkan tanggung jawab mereka kepada ku." Jemari Gea mengusap lembut pipiku membuatku menutup mata menikmati sentuhannya.

"Ta-tanggung jawab?" nafasku tertahan ketika ku rasakan jemarinya menelusuri lekuk wajahku.

"Ya.. Aku bertanggung jawab membahagiakan putri mereka. Bertanggung jawab memberikan pakaian yang layak. Bertanggung jawab memberikan atap untuk putri mereka berteduh. Apapun yang terjadi aku tidak akan mengembalikan tanggung jawab itu ke mereka lagi. Dengan aku berani mencintai putri mereka berarti aku telah siap mencintai putri mereka tanpa syarat seperti cinta mereka selama ini."

Seluruh tubuhku bergetar hebat hanya karena sentuhan-sentuhan di wajahku. Bagaimana bila jemari itu bermain di bagian tubuhku yang lain, mambayangkannya saja membuat nafasku tidak beraturan dan jantungku berdetak kencang. Ketika jemarinya berhenti di bibirku, ku beranikan membuka mata yang disambut tatapan Gea di bibirku.

Ku gigit bibir bawahku dan menatap gerak gerik mata Gea yang beralih dari memandang mataku kemudian bibirku.

"Aku menginginkan mu lebih dari seorang teman Rena" perlahan wajah Gea bergerak maju dan mencium pipiku lembut. Gea kok di pipi!!

"Pulang yuk udah malam ~aku gak mau di cap jelek sama keluargamu. dimusuhi sama mama-mu~" Gea berdendang menirukan kaka slank. "Hahaha.. bisa aja kamu". Gea berdiri lalu mengulurkan tangannya membantuku berdiri dan kami kembali ke arah tempat dia memarkirkan motornya.

Ojek Cantik KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang