Part 6 - Pita atau Bungkus Kado?

4.8K 445 11
                                    

Ku terbangun merasakan kram ditangan kananku dengan Gea masih tertidur dipelukanku. Ku belai rambutnya pelan, tidak ingin membuatnya terbangun, menikmati posisi tubuh kami. Ini disebut sakit yang terbayarkan. Aku rela Gea, biar kesemutan juga.

"Hei" Gea mengangkat kepalanya menyapaku dengan suara serak bangun tidurnya.

"Hei.. enakan?" aku menatap lembut matanya yang sembab karena semalam.

"Iya empuk" Gea mencium pipiku, aku tersenyum memeluk kembali dirinya. "Kita ketiduran di sofa yah" sahut Gea setelah sadar kami masih berada di ruang tengah.

"Kok gak bangunin aku? kamu pasti pegal" Gea mencoba bangkit tapi segera kutahan tubuhnya, sambil mengatur posisiku agar menjadi lebih nyaman, Gea memainkan jemari ku.

"Hari sabtu kamu ke rumah yah diundang makan malam sama mama" ku usap punggung Gea dengan tangan ku satunya.

"Oke, kalau yang undang calon mertua aku pasti dateng kok" aku tertawa pelan. "Kepala ku sakit" "kamu nangis semalaman kepalamu pasti sakit. Aku ambilin obat sama minum dulu yah" gantian Gea yang menahan tubuhku.

"Gak perlu, kamu obat aku babe".

***

Hari ini aku membantu mama menyiapkan keperluan untuk nanti malam bersama Anggit dan Dina, mama meminta mereka untuk ikut makan malam bersama.

"Ogep ikut juga nanti malem tante?" Anggit memandori kami dengan duduk di kursi sebelah lemari piring.

Bukan karena Anggit tidak ingin membantu, tapi memang lebih baik dia duduk diam, untuk urusan dapur apa yang dipegang dia bisa jadi bencana. Aku cuma kasian sama yang akan jadi suaminya nanti.

"Justru si om mau ketemu ma calon mantu" aku terkejut mendengar mama "apa sih ma" mereka tertawa yang melihatku tersipu. "Wah lampu ijo nih" goda Anggit. "Anggit kaget tan, waktu ketemu Ogep dirumah waktu itu. Anggit belok deh kalo modelnya kaya Ogep gitu" sambung Anggit.

"Oh jadi loe mau belok buat dia, gak mau buat gua?" ku tanya Anggit dengan sedikit tersinggung. "Bukan gitu Ren, kalo sama loe kan udah kaya saudara sendiri. Gua kan gak kaya ka Rendi.. aduh" aku dan Dina bersamaan memukul Anggit menyuruhnya diam.

"Kenapa Rendi?" mama melihat kami "anu ma.. ka Rendi gampang jatuh cinta" aku mencubit paha Anggit "a..a.aaa.. iya tan ditolak satu dah cari lagi" Anggit mengusap pahanya sambil cemberut.

"Dah kalian mandi, siap-siap sana, biar ini mama sama mpok Riya yang lanjutin" kami pun bergegas menuju kamar untuk bergantian mandi.

***

"Girls kalian kok gak turun-turun sih?. Ney calon mantu mama dah dateng tuh" terdengar suara mama dari balik pintu, Dina bergegas membuka pintu kamar "ini dah mau turun kok tan" "wah kalian cantik semua.. eh Din kabar Panda gimana?" mama masuk dan duduk diatas tempat tidur ku. Wah urusannya lama deh kalau ibu-ibu dua ini ngegosip.

Ku cek dandanan ku sekali lagi di cermin, malam ini kami bertiga memutuskan memakai dress selutut sebagai code dress kami. "Ayo ah, lama deh ibu-ibu" sindir ku lalu keluar kamar. Mama dan Dina masih asik mengobrol sambil menuruni anak tangga, aku menuju ruang tengah menemui Gea.

Ku lihat Gea sedang asik berbincang dengan papa, ka Brian dan ka Rendi. Ketika melihatku Gea berdiri terpaku "wow" sahutnya terpukau menatapku, disambut tawa seisi ruangan. Membuat aku dan dia tertunduk malu.

"Oke.. ayo kita makan, om sudah lapar" ajak papa yang diikuti kami semua menuju meja makan. Gea menarik kursi untuk ku dan duduk disebelah kanan ku.

Makan malam pun di selingi obrolan ringan. Sesekali kulihat ka Brian memperhatikan Gea, seperti ingin menegaskan sesuatu.

Ketika selesai makan, kami pun kembali keruang tengah melanjutkan obrolan kami, Gea duduk dengan ku. Tangan kirinya menggenggam ku sementara tubuhnya agak sedikit menghadap ke papa dan ka Brian mereka asik berbincang soal peluang bisnis di Indonesia, ka Rendi menyikut ku "Buset doi nyambung ngomong sama mereka".

Ojek Cantik KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang