Chapter 6

407 61 5
                                    

EUNWOO BILANG DIA HARUS PERGI KE DALAM RUMAH TERLEBIH DAHULU, dan aku pada awalnya hanya ingin menunggu di luar, tetapi karena Mingyu sedang pergi mengantarkan Lisa pulang dengan mobil yang dipinjamkan oleh Eunwoo, pada akhirnya aku mendapati diriku tengah berjalan di sebelah pemuda berambut kecoklatan itu.

Ketika kami telah tiba, pemuda itu dengan segera membukakan pintu depan—yang sebagian besar merupakan kaca raksasa dengan tinggi kira-kira tiga meter—dan kami langsung melangkah memasuki ruangan yang luar biasa luas dengan lantai porselin yang terlihat sangat mahal. Aku beberapa kali hampir berteriak kegirangan melihat keagungan ini, tetapi karena kemampuan bermain peranku yang sangat tinggi, aku berhasil melindungi harga diriku dengan sangat baik setidaknya di depan pemuda kaya raya itu.

"Kau ingin menunggu di sini atau ikut ke atas denganku?"

Eunwoo tiba-tiba bertanya, ketika kami telah sampai di dekat tangga dengan rangkaian marbel yang indah. Aku memandangnya ragu, "Menurutmu mana yang lebih baik?"

Pemuda itu tersenyum—nyaris tertawa, dia benar-benar senang sekali melakukan hal itu, entah karena memang aku yang terlihat lucu di matanya atau hanya karena dia ingin menunjukan pada setiap orang bahwa dia memiliki lengkungan mata yang indah ketika tersenyum. Aku terlalu ragu pada kebenaran alasan pertama sebenarnya, karena aku tahu: aku tidak lucu sama sekali dan mata Eunwoo ketika tersenyum memang terlihat cukup indah.

"Hei. Aku bertanya sungguhan, hyung!" sentakku.

"Aku tidak pernah menerima pertanyaan seperti itu dari tamu manapun sungguh, kau benar-benar konyol Wonwoo." Aku menatapnya tidak suka. "Oke, oke. Aku bercanda. Kupikir akan lebih baik jika kau ikut denganku saja."

Dia menghentikan tawanya, kemudian segera menggiringku menaiki anak tangga untuk ke lantai dua. Dalam sepersekian menit, tidak ada obrolan yang berarti di antara kami. Aku terlalu asyik untuk merekam semua jejak pandang yang ada di tempat ini: dimulai dari dinding-dinding rumahnya yang dipenuhi dengan lukisan-lukisan yang kuyakini bernilai mahal, belum lagi guci-guci besar berisi berbagai macam bunga di setiap pojok ruangan, juga lampu-lampu kristal yang mengantung di langit-langit rumah. Aku benar-benar terpukau melihat itu semua, dan sudah hampir terhanyut ke dalamnya, sebelum Eunwoo tiba-tiba menepuk pundakku dan menarikku kembali pada semestanya.

"Itu buatan Picasso sungguhan kalau kau ingin tahu." Katanya.

Pemuda itu menujuk salah satu lukisan yang ada di salah satu dinding lantai atas, membuatku secara otomatis mengikuti arah pandangnya dan menemukan gambar seorang pria berbaju biru dengan mahkota bunga di atas kepalanya. "Oh, wow. Itu benar-benar lukisan yang.. sulit kumengerti."

"Kau tahu? Aku rasanya seperti tinggal di museum karena lukisan-lukisan itu benar-benar bernilai mahal," ujarnya. Aku memandang dia sebelum menanggapi, membuatnya kembali tersenyum seperti biasa. Benar bukan dugaanku? Orang itu benar-benar suka tersenyum.

"Hei. Apa kau tidak takut kalau lukisan-lukisan itu memiliki penunggunya? Aku dengar ada beberapa lukisan mahal yang memang terkesan mistis, dan aku lihat semua lukisan yang ada di sini memiliki gambar yang sangat aneh, tidak normal dan sulit dimengerti. Bukankah itu mencurigakan?"

Eunwoo terlihat berpikir. "Kau benar. Aku harus memberitahu appa-ku tentang hal ini."

"Dengar. Lebih baik kau mengganti lukisan-lukisan itu dengan beberapa ekor kucing. Aku berani jamin jika mereka akan terlihat lebih bersahabat daripada lukisan-lukisan itu." kataku meyakinkan. Eunwoo dengan segera mengangguk antusias dan membuatku terperangah takjub. "Apa kau benar-benar akan mengikuti perkataanku?"

[Meanie] The Boundary between FoolsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang