chapter 7

122 9 11
                                    

Dujun terus merubah posisi tidurnya. Semua terasa tak nyaman terutama debaran di hatinya. Kejadian ia mencium Junhyung terus berputar di kepala seperti cuplikan klip favorit. Rasa lembut dan manis dari bibir namja dingin itu benar-benar menjadi candu. Ia tidak pernah mencium seorang pria sebelumnya, tapi ia tak yakin bahwa pria lain akan memberikan rasa yang sama dan ia tak sudi mencoba.

Dujun mendudukkan dirinya karna merasa lelah mencoba tidur. Ia meraih ponsel dan membuka kuncian layar. Berfikir ingin menghubungi Junhyung tapi tak tau apa yang akan ia katakan. Ia mengunci ponselnya lagi. Merenung sejenak lalu membukanya lagi. Membuka kontak Junhyung dan memandanginya sesaat lalu menguncinya lagi. Aaarrgh.. Dujun teriak dalam hati akan kebodohan yang ia lakukan. Demi tuhan, ia bukan anak Junior High School yang baru mengenal pacaran. Tidak seharusnya ia merasa gugup seperti ini. Masih dengan kegundahan yang sama, ia pun memutuskan meletakkan lagi ponselnya dan mencoba tidur.

Ting

Sebuah notifikasi masuk tepat saat ia meletakkan ponsel diatas meja nakas disebelah tempat tidur. Dewi fortuna sedang berada dipihaknya. Junhyung mengirim pesan. Jantung Dujun berdetak hingga membuatnya kelipungan.

From : Junhyung

Kau sibuk? Lagu Theme song liga tahun ini selesai kubuat. Tapi ada beberapa bagian lirik yang sebaiknya kau dengar dulu sebelum kita finishing. Ada waktu tidak? Besok jam 3 sore di café kemarin.

Dujun melotot lebar. Junhyung mengajaknya berkencan meski dengan tersirat!

To : Junhyung

Tentu. Ngomong-ngomong, aku mendapat tiket premier untuk pemutaran film musikal di bioskop. Kau mau ikut? Siapa tau kau dapat inspirasi lain yang datang setelahnya.

-sent-

Dujun menunggu dengan harap-harap cemas. Ia tak asing dengan semua rasa yang sedang ia rasakan ini, tapi ia juga tidak ingin terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa ia jatuh cinta. Junhyung hanyalah seseorang yang secara tidak sengaja masuk dalam kehidupannya, untuk menyelamatkan harga dirinya. Ia tak ingin salah langkah, mungkin akan sedikit berbeda jika Junhyung seorang wanita. Ia bukan seseorang homophobia tapi ini adalah hal yang wajar jika kalian mengalaminya untuk pertama kali bukan?

Ting

From : Junhyung

Tentu. Sampai Jumpa.

Segala pemikiran tadi hilang karena pesan singkat seorang Junhyung. Dujun tak peduli, ia hanya akan membiarkan segala sesuatunya mengalir dengan sendirinya. Dujun tersenyum lebar, kemudian merebahkan tubuhnya. Masih dengan senyum lebar sumringahnya, ia terlelap kealam mimpi, meninggalkan namja satu lagi yang dengan heboh menguburkan wajahnya dalam bantal, Junhyung ingin berteriak karena malu. Wajahnya merah padam.

------

Dujun memulai hari dengan sumringah. Semua orang ia sapa dengan ceria. Mulai dari pembantu dirumah hingga ajushi pengantar susu. Ia bangun pagi dan mengajak anjing peliharaan ibunya berjalan-jalan. Ia selalu bersenandung dimana pun, kamar mandi, kamar tidur, dalam mobil bahkan meja makan hingga sang nenek menegurnya karena tidak sopan. Dujun tidak marah dan tetap tersenyum lebar mengundang rasa horror bagi beberapa orang, termasuk sepupunya, Dongwoon yang kala itu sedang numpang tidur di rumah Dujun. Dongwoon tau Dujun kadang suka aneh dan senewen, tapi ia baru lihat yang seperti ini.

Berbeda dengan Dujun, Junhyung terlihat lebih tenang walau lingkar matanya mengatakan ia tidak baik-baik saja. Junsung mengerut tapi tak ingin bertanya lebih banyak. Hyung nya sudah banyak bertingkah aneh seperti bersenandung namun dalam hitungan detik, ia murung. Kadang tersenyum sendiri kemudian rautnya tampak sedih. Kejadian itu terulang beberapa kali sepengelihatan Junsung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RibbonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang