Semenjak kejadian di gang kecil gelap yang menghasilkan beberapa bekas cakar dan baju robek dibagian depan, Jungkook menjadi lebih pendiam daripada sebelumnya.
Entahlah siapa yang berteriak dan membuat empat orang itu mengalihkan perhatiaannya memberikan kesempatan Jungkook untuk bersembunyi. Tidak berani berlari sebab bisa saja salah satu dari mereka mengejarnya. Menunggu waktu yang tepat.
Tidak bisa dihindari lagi adu pukul pun terjadi, satu lawan empat-lagi-
Setelah sepuluh menit terlewati seseorang datang dan kemudian membantu namja yang pertama. Memberi kesempatan untuknya berlari diam-diam dan menjauh.
'Terimakasih'
.
.
.
.
.
Satu minggu berlalu semenjak kejadian yang membuatnya trauma membuat dirinya memilih mengurung diri di kamar dan mengabaikan sang kakak setelah Jungkook mengucap berkali-kali kata maaf.Mencoba merenungi apa kesalahan yang dilakukannya hingga Minki berbuat seperti itu padanya. Apa karena ia menyukainya? Bahkan lelaki brengsek itu pun tak tahu tentang itu. Yang mengetahuinya hanya-
Jisoo?.
Apa perempuan itu yang menyebarkannya?
Entahlah
Sang kakak sering berkunjung ke kamar Jungkook untuk mengetahui keadaannya dan memberi gadis itu bunga setiap tiga hari sekali dengan menaruhnya tepat diatas nakas, dan pada hari esoknya berganti bunga kuning yang diletakkan di dalam vas yang berisi air.
Saat mentari akan tenggelam menciptakan sinar orange di ufuk barat yang sangat indah, tapi sayang sekali Jungkook tidak bisa menikmati karena balkon kamar dibangun berlawanan.
Mata bulatnya menelisik sekitar berapa lama ia tak menikmati suasana seperti ini dengan novelnya?
Menoleh ke samping saat merasa pundaknya di tepuk, tersenyum kecil mengetahui bahwa sang kakak pelakunya.
"Wow, kau tersenyum? Ku kira urat senyummu terputus akhir-akhir ini" Ucap Seokjin sarkas, berusaha menyindir.
Dan Jungkook hanya mengerucutkan bibir mendengar itu, tapi.....apakah itu benar? Bahkan dirinya tidak merasa jika jarang tersenyum.
"Kau tahu, banyak orang rela mengubah dirinya demi menarik simpati dan membahagiakan orang lain. Tapi, belum tentu orangnya sendiri bahagia dengan itu semua" menikmati pantulan sinar senja yang akan merubah warna sedikit demi sedikit menjadi gelap. "Kau ingin seperti itu bukan?". Melirik sang adik yang kini menunduk dan jemari lentiknya menulis abstrak. "Percayalah, kau tidak akan menikmati jika berfikiran seperti itu".
Menepuk pelan bahu Jungkook dan bergegas keluar membiarkan adik dengan segala pikiran bingungnya di balkon. Tetapi terhenti saat Jungkook bertanya lirih.
"itu...di..bunga..atas..ishh..itu bunga diatas meja apa maksutnya?". Tanyanya serta menunjuk objek yang dibicarakan.
Seokjin hanya mendengus malas "Kau terlalu bodoh jika tak mengerti" Dan kalimat sarkas tadi ditutup dengan bantingan pintu main-main, meninggalkan Jungkook yang meringis mendengar pujian 'terhormat' dari kakanya.
"Tunggu dulu....DARI MANA KAKAK TAHU, EOH?".
.
.
.
.
"Teruslah melamun jika ingin kubuat leher mu berputar 180 derajat". Jimin yang tiba-tiba mengapit kepala Jungkook erat dilengannya membuatnya kelabakan karena nafas terasa terhambat untuk ke paru-paru. Mencoba melepaskan dengan menepuk apapun di badan Jimin yang dapat di jangkaunya dengan brutal.Jungkook bersumpah ini sungguh sakit. "Akhh..lep..asshh...bodh..akh". Mulai berdiri dari kursi, dan kemudian bergerak seperti banteng yang akan disembelih dan itu sungguh memalukan. "Eonn...ieee.." Ucapnya mengadu saat manik hitamnya menatap Yoongi berharap perempuan mungil itu dapat menolongnya lepas dari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beautiful Bodyguard (taekook gs)
FantasyApa jadinya jika seorang perempuan di jadikan bodyguard pribadi seseorang yang kesehariannya selalu diikuti banyak orang. .Kebebasan dan kebahagian. "Melindungiku"