KEDUABELAS: PELAKU

12 4 0
                                    

Punya mulut jangan asal jeplak aja!

***********

Hari kedua, Stella masih tak sadarkan diri. Kondisinya makin parah dan lemah.

Saat ini Stella masih berbaring di ruang ICU dengan banyak infusan dan alat lainnya.

Safira terkadang sering menangis di kamar mandi karena ia tak tega melihat keadaan Stella.

Ravin dan Safira selalu menemani di rumah sakit selain keluarganya.

Beberapa teman kelasnya juga ada yang menengoknya.

Sedangkan tentang pelakunya Ravindra mengira adalah ulah Sesyl. Ravin tak ingin menyalahkan tanpa ada bukti. Tapi otak dan hatinya berpihak kepada Sesyl sebagai pelaku.

Tapi Safira pun sepemikiran dengannya. Dia tak mau buru-buru dia ingin ada buktinya.

Saat ini Safira tengah giliran masuk ke Ruang ICU. Safira mengajak mengobrol Stella meski Safira tahu Stella tak akan dengar.

"Stella lo bangun dong"

"Stella kabel lo banyak banget"

"Stella maafin gue, gue ceroboh"

"S-ste-lla maafin gue"

Air mata di pelupuk mata Safira lepas begitu saja. Begitu teganya orang yang menyiksa Stella.

"Stella gue bakal cari pelakunya"

"Bantuin gue ya"

Ruanganpun lengang. Yang menjadi jawaban dari pertanyaan Safira hanyalah suara alat perekam Jantung.

"Yaudah Stella gue keluar ya giliran mama lo oke?"

"Bye Stella" ucap Safira sambil melambaikan tangannya.

Begitu keluar dari ruang ICU dia menangis. Dirinya tumbang. Tak tega melihat Stella yang selalu dingin dan menceramahinya kini terbaring lemas.

"Segitunya sama Stella. Lo suka ya sama Stella?" Tanya Ravin

"Punya mulut jangan asal jeplak aja. Gue temenan sama Stella dari jaman SD. Asal lo tau gue baru melihat Stella setumbang ini vin. Andai gue aja yang disiksa gue lebih ikhlas" jawab Safira

"Kita cari pelakunya" ucap Ravin

"Oke, kalo ketemu gue jejek jejek!" Ucap Safira dengan nada tinggi.

"Santaiii dong mbaaa"

"Gue gabisa santaii! Gue lagi kesel"

"Yadeh gmna mbanya aja"

Setelah itu hening. Tak ada yang membuka Suara. Sampai mamanya Stella keluar Ravin meminta izin untuk pulang.

Safira meminta izin kepada orangtuanya untuk menginap dirumah sakit menemani Nada.

Sementara itu Sesyllia Pratama dia pusing dan agak merasa bersalah karena telah menyiksa Stella sampai masuk ICU.

Sesyllia takut dia dikeluarkan dari SMA Nusantara dan pihak guru akan melaporkan kelakuannya ke ayah dan ibunya di Kalimantan.

Sebenarnnya dalam hati kecilnya dia sangat ingin sekali menjenguknya.

Namun dia gengsi.

Dua hari kemarin dia sangat dihantui kecemasan yang tinggi. Dia takut masalah ini terpecahkan.

Sesyl terus saja memporakporandakan kamarnya dan banyak pecahan beling berserakan.

Sesyl tinggal sendiri di sebuah apartemen di Bandung.

Dua hari ini juga dia berpikir keras agar menutupi kejahatannya.

D

i Apartemennya dia sudah menghabiskan dua botol vodka. Karena pikirannya sangat kacau.

Kemudian dia menelepon teman-temannya untuk segera ke apartemen.

Key

"Key lo dmna"

"Dirumah Syl"

"Ke apartemen gue bisa g?"

"Yahh Syl gue gadiizinin nyokap"

"Alasan lo! Kesini atau gue lakuin hal sama kaya ke si cupu?"

"Iya syll gue otw"

Sesyl tersenyum kemenangan. Dia akan menyuruh Keyla babunya untuk membersihkan apartemennya.

Sesyl semakin menjadi. Dia merencanakan rencana jahat lagi.

"Awas lo cupu gue kasih pembalasan di rumah sakit"

Sedangkan kondisi Jihan saat ini sering mengurung dikamar. Menangis. Dia menyesal harus ikut terbawa dengan Sesyllia Pratama.

Bisa habis Jihan kalo orangtuanya tahu dia membully seseorang di Sekolah.

Sedangkan dia baru masuk beberapa hari yang lalu.

Jika ketahuan dia pasti kembali dikirim ke sekolah terpencil di kota terpencil juga.

Dia sangat kebingungan. Jika dia akan dipindahkan ke SMA Terpencil.

Ini sangat bodoh. Bodoh.

Apa dia harus mengakui kepada Ravin?

Apa dia harus cerita kepada Ravin?

Oke dia akan mengakui semuanya dan dia akan memainkan drama sedih ke Ravindra.

**********

Makin sini makin gak nyambung ya? Maaf yaa:v

Tetep baca yaaa♡
VOTMENT♡


[NHS1]Sang Percikan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang