Disana di satu ruang semu masih ada hati yang peduli
Aira mengawali rutinitas paginya seperti biasa, bangun dari kasur, mandi, sikat gigi, wudhu lalu shalat shubuh. Kemarin ia dan Ayah sudah pergi ke sekolah barunya untuk mengurus surat perpindahan yang dilanjutkan dengan membeli seragam baru dan perlrngkapan sekolah. Beruntung ini masih semester awal jadi Aira tidak perlu mengejar ketinggalan terlalu banyak.
Hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah, mungkin akan sedikit canggung ketika pertama kali memperkenalkan diri nanti, juga Aira sedikit khawatir untuk mencari teman baru.
Setelah menyelesaikan rutinitasnya dan memakai seragam putih abu-abunya Aira turun ke bawah, ia pergi ke dapur dan mendapatkan Mbak Santi yang sedang memasak nasi goreng.
"Eh, dik Aira sudah siap. Mau makan apa biar Mbak masakin, kebetulan mbak belum tau dik Aira biasanya sarapan apa "
"Apa aja mbak"
"Mana ada toh Dik, nama makanan 'apa saja'?."
Aira tersenyum, ia bersyukur setidaknya ia punya Mbak Santi yang enak diajak bicara, karna dirumah ini ia benar-benar tidak tau ingin berbicara dengan siapa. Kecuali Mbak Santi yang lain hanyalah benda mati yang paling sering ditemuinya.
"Maksudnya yang biasa dimasak sama Mbak aja"
Mbak Santi sudah memperkenalkan dirinya kemarin, ia adalah anaknya Bi Irna yang dulu bekerja disini, namun saat Bi Irna sakit-sakitan Mbak Santi menawarkan diri untuk menggantikan ibunya.
"Nasi goreng saja deh ya kalau begitu, kebetulan lagi dimasak ini, tadi Mbak pikir Dik Aksa mau makan, eh ternyata sudah pergi duluan, cuman tinggalin notes tu di kulkas."
Entah kenapa Aira merasa Aksa seperti menjaga jarak dengannya, mungkin ia pergi cukup pagi untuk menghindari Aira, padahal semalam Ayah berpesan untuk pergi ke sekolah dengan Aksa. Lalu bagaimana Aira bisa pergi ke sekolah sekarang, ia bahkan tidak tau alamat sekolahnya.
Setelah sarapan Aira pergi ke dapur untuk mencuci piring, walau Mbak Santi sudah melarangnya mencuci piring namun Aira merasa tidak enak untuk meninggalkan satu piring itu begitu saja di bak cuci piring.
Saat melewati kulkas beberapa notes warna-warni menarik perhatiannya, ada notes tentang request makanan ke Mbak Santi, ada yang pamit ke Mbak Santi, dan ada juga pesan untuk tidak usah memasak makan karna tidak ada yang pulang untuk makan di rumah. Dalam hati Aira sudah bertanya-tanya sesepi inikah rumah sampai komunikasi saja pakai notes yang artinya mereka mungkin sangat jarang untuk berbicara secara langsung.
Satu notes hijau menarik perhatiannya karna di ujung atas tertulis namanya.
To Aira :
Peta menuju sekolah.
Keluar dari rumah belok kanan, jalan selama 5 menit,
Ada terminal Bus di depan kompleks, naiklah Bus
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Closer
Roman pour AdolescentsKisah empat orang anak manusia yang masing-masing menyembunyikan luka tanpa kata. Saling menunggu untuk bersuara, saling menggenggam dalam udara.