Gelap gulita menyelubungiku. Kegelapan ada dimana-mana. Aku tidak menemukan cahaya sedikitpun. Seakan-akan aku berada di tempat yang tertutup. Semua yang kulihat hanya kegelapan. Ya hanya kegelapan. Aku linglung. Aku hanya bisa pasrah. Pasrah dengan keadaan yang membingungkan ini. Oh Tuhan, tolonglah aku !. Tolonglah aku keluar dari keadaan ini.
Mataku kubuka lebar. Lebar sekali. Kepalaku terasa sangat berat untuk menengok. Perutku terasa mulas. Aku bangkit dan duduk bersandarkan dinding. Kulihat keadaan tampak berbeda sekali. Seingatku aku sedang tidur di kamarku dengan kasur yang empuk dan hembusan angin sejuk dari kipas angin. Tapi mengapa aku berada di tempat ini ?. Di tempat yang tak asing bagiku. Tempat dimana aku biasa duduk santai sambil mengobrol dengan teman-temanku. Yah beranda ini aku masih ingat. Tentu saja aku masih ingat. Aku tidak kehilangan ingatanku. Tapi, mengapa aku bisa bangun di tempat ini. Oh ada apa Tuhan ?. Lagi-lagi aku hanya bisa pasrah dengan keadaanku ini.
Aku duduk terdiam. Suasana disini terasa sepi sekali. Tak ada seseorangpun disini. Lorong beranda sangat sepi sekali. Tidak ada tanda-tanda seorangpun. Kulihat keadaan, tapi kepalaku terasa berat dan pusing. Kucegah niatku untuk berdiri. Aku menyandarkan tubuhku di pagar beranda. Dan kucoba untuk menengok kebawah. Dan lebih mengejutkan lagi. Ketika kutengok kebawah aku melihat bahwa aku berada di atas, di atas sangat jauh dari daratan bawah. Hah ?, kan bangunan ini hanya berlantai 4. Batinku tidak percaya kepada pemandangan yang baru saja kulihat ini. Aku sedang tidak berada di lantai 2, juga tidak di lantai 3. Bahkan lantai 4. Aku, aku dimana ini. Kulihat sekitar tempatku berada dan tempat ini seperti biasanya. Tidak berubah sama sekali.
Aku mencoba bangkit. Dan syukurlah aku mampu. Aku berjalan sempoyongan. Kulewati pintu-pintu yang terbuka kamar demi kamar. Kutengok ke dalam kamar dan tidak ada satu orangpun didalamnya. Mungkin mereka sedang sekolah. Batinku meyakinkan kegundahanku. Aku turun dari tangga dengan hati-hati dan berpegangan pada pagar tangga. Kepalaku seakan-akan mau pecah. Aku fokus melihat kebawah. Dan lagi-lagi kejadian aneh muncul. Kenapa undakannya hilang ?. Tidak. Tidak hilang, tapi undakannya menjadi besar. Dan berjarak jauh antara undakan yang satu dengan undakan yang lain. Aku diam saja dan mencoba menuruninya hati-hati. Berbagai pertanyaan menyelimuti otakku. Aku bingung dengan keadaan sekarang. Aku yang sedang tidur di kamar di rumah nenekku, bangun di asramaku. Bahkan aku bangun di luar kamar. Kepalaku terasa nyeri dan penglihatanku buram.
Dan sampailah aku di ujung lantai setelah menuruni tangga yang aneh ini. Bagaimana bisa ?, tangga yang setiap undakannya saling berdekatan untuk mempermudah turun. Bisa saling berjauhan, bahkan ukurannya sangat besar. Perasaan lega aku bisa berada di bawah, tapi aku hanya turun satu lantai. Dan Nampak sekali lantai 1 ini. Bisa kulihat deretan kamar mandi di kiri dan kamar G di samping kanan tangga. Air galon juga tetap berada di tempatnya. Hah ?, bagaimana bisa ?.
"Eh, kamu kok belum berangkat ?". Tanya seseorang yang mengagetkanku. Seorang itu adalah guru asramaku.
"Aah... anu saya...". Aku bingung menjawabnya.
"Ya sudah, sana cepetan berangkat. Masih belum telat, kok !". Perintahnyanya membuatku kebingungan. Aku berjalan dan ternyata aku sudah mengenakan seragam. Seragam putih abu-abu. Lho kok. Bahkan sepatu dan kaos kaki sudah kugunakan rapi. Lagi-lagi aku keheranan dan kebingungan. Kutengok ke belakang dan guruku tadi hilang entah kemana. Kulanjutkan jalanku menuju gerbang depan.
Aku berjalan setengah berlari menuju sekolah. Jalanan ini tampak sepi. Hampir tak ada seorangpun di jalanan ini. Perumahan yang belum selesai dibangun yang tidak jauh dari asramaku tampak terbengkalai. Bangunan yang sudah jadi terlihat berlumut dan kusam. Kaca jendela juga banyak yang retak-retak dan ada juga yang pecah. Bahkan ada juga yang bangunan yang semestinya sudah jadi, hancur lebur. Seperti ada yang mengancurkannya dengan mesin berat. Sementara bangunan yang masih dalam tahap pembangunan tampak telah di tinggalkan. Bekas-bekas pembangunan tampak berserakan di sekitarnya. Seperti tidak ada yang mengurusinya sama sekali. Dan ditinggalkan begitu saja. Ada apa dengan perumahan ini ?. Batinku terus berlari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Tak Terjelaskan
Short StoryKumpulan cerita tentang mimpi-mimpi yang pernah penulis alami. Ada beberapa hal atau adegan yang ditambahkan agar cerita lebih jelas. Mohon maaf apabila ada bagian yang sulit dipahami, karena mimpi memang sulit dijelaskan. Selamat membaca.