The Love That Remains

Bab 16 Ini adalah kesempatan bagus untuk menjadi dekat dengannya

Aku mengambil napas dalam-dalam dan menguatkan diriku. Saya akan kembali ke kelas ini setelah lebih dari lima belas tahun. Saya merasa tidak enak dan canggung.

Tadi malam, saya mencari informasi tentang homeschooling dan pekerjaan. Setelah bertemu Fang Qi dan Old Fang, saya sedikit khawatir tentang masa depan saya. Kemampuan untuk melihat orang mati tidak berguna. Itu hanya akan membawa saya masalah.

Saya menemukan bahwa hampir tidak ada hal hukum yang dapat saya lakukan tanpa persetujuan orang tua. Wali sah saya adalah nenek saya sebelum dia meninggal. Sekarang, ini Fang Qi. Bertanya padanya adalah hal yang mustahil. Kehidupan seorang remaja itu sulit.

Pasar kerja itu sulit. Tidak mungkin aku akan menjadi ahli waris palsu lagi. Saya akan kuliah dan mendapat gelar. Saya perlu ijazah sekolah menengah pertama.

Demi masa depan cerah saya, saya kembali ke SMA H.

Kita mulai!

Pada awalnya, tidak ada yang memperhatikan saya. Kelas ini penuh dengan siswa yang hidup dan muda. Kutu buku memiliki hidung mereka di buku catatan mereka. 'Bintang rock wannabe' memiliki headphone dan 'jurnalis masa depan' diam-diam mencatat semuanya untuk dilaporkan kemudian kepada guru. 'Orang mesum' berdiri melingkar, berbicara dengan suara rendah dengan kemerahan mencurigakan di wajah mereka dengan majalah di antara mereka. Bukan ilmu roket untuk menebak apa yang mereka lihat. Yang 'populer' sedang mengobrol tentang tren mode terbaru. Para pengganggu dan anak-anak nakal duduk di belakang seperti pemangsa menunggu mangsa mereka muncul. Yang 'aneh' diam dan menatap langit-langit. Ada yang cemburu yang menggertakkan giginya sambil memelototi seorang anak lelaki. Ada fangirl yang tidak tahu malu. Terakhir, yang 'normal'. yang benar-benar membuat persentase kecil dari kelas ini, duduk di depan dan mengabaikan segalanya.

Sung Jun juga duduk di belakang di antara pembuat onar, tapi tidak ada yang berani merepotkan bocah lelaki berpenampilan berbahaya ini. Yah, mereka tidak berani. Para fangirlnya cukup mengancam ketika mereka datang untuk melindungi bocah yang bisa tersenyum seperti sinar matahari di musim semi.

Saat ini, matanya tertutup. Dia memiliki aura surgawi yang murni dan tenteram di sekelilingnya. Halo tak terlihat di sekelilingnya bertindak sebagai penghalang dan berhenti dari siapa pun untuk datang dan mengganggu tidurnya di pagi hari.

Dalam kehidupan saya sebelumnya, Sung Jun pindah di pertengahan semester. Dia harus mengambil kursi kosong di sebelah saya karena itu adalah satu-satunya yang tersedia. Wang Mei dan aku adalah satu-satunya gadis yang duduk di belakang bersama anak-anak nakal.

Diam-diam aku berjalan ke presiden kelas yang sedang membaca.

"Ketua kelas." Saya tidak ingat namanya.

"Siapa?" Dia mengerutkan kening ketika melihatku. Dia juga tidak mengenaliku. Cukup adil!

"Aku Fang Aisa," kataku pelan.

Dia menatapku dari atas ke bawah. "Kamu adalah gadis yang tidak datang ke kelas selama sebulan?"

"Ya, ini aku."

"Fang Aisa, tahukah kamu bahwa itu melanggar aturan untuk mewarnai rambut?" Model sekolah yang sempurna memutuskan untuk menghukum saya. Aku menggelengkan kepala. Wang Mei dan saya memilih SMA H karena tidak ada yang peduli tentang peraturan di sini.

"Ketua kelas," aku meletakkan tanganku di atas mejanya. "Aku di sini untuk bertukar tempat duduk denganmu."

Dia tidak diintimidasi. Sebagai gantinya, dia berdiri dan dengan keras mengumumkan, "Itu melanggar aturan."

Semua mata menatapku. Gadis ini pasti suka menarik perhatian. Dia ingin menunjukkan bahwa aku menuntut sesuatu seperti gadis manja.

"Kursi saya di sebelah Sung Jun," saya berbicara dengan suara rendah. Matanya membelalak ketika dia mendengar saya. Ada sedikit rona merah di wajahnya. Tapi itu hilang seperti berkedip.

"Begitu?" Dia mencuri pandang pada Sung Jun dan kemudian, pada kenakalan dan fangirl. Kursi itu merepotkan meski ada keuntungannya.

"Dokter telah meminta saya untuk mengambil banyak udara segar." Suara saya keras kali ini. "Kursi Anda di sebelah jendela, ketua kelas. Saya tahu bahwa saya menyebabkan masalah bagi Anda, tetapi saya juga salah satu tanggung jawab Anda. Apa yang akan terjadi jika Anda menolak saya dan saya sakit lagi? Anda tidak akan suka yang buruk karma menghantui Anda. "

Presiden kelas berkedip, terkejut dan menggumamkan sesuatu pada dirinya sendiri. Dia melihat ke belakangku. Ada kegilaan, ketakutan, dan keraguan di matanya. Dia butuh sedikit dorongan.

"Presiden kelas, ini adalah kesempatan bagus untuk dekat dengannya." Saya memastikan bahwa dia adalah satu-satunya yang dapat mendengarkan saya. "Kamu adalah gadis tercantik dengan catatan dan latar belakang yang sempurna. Tidak mungkin dia akan menolakmu. Dia hanya perlu melihat sisi baikmu lebih banyak."

Wajahnya berubah menjadi warna merah yang lebih dalam. Dia dengan gugup menatapku dan berkata dengan suara rendah, "Fang Aisa, apa yang akan kamu dapatkan dengan membantuku?"

"Aku akan duduk di dekat jendela dan menikmati pemandangan."

"Kamu baik-baik saja dengan kursi itu sebelumnya."

"Kursi itu merepotkan. Kakeknya sangat berisik. Aku tidak akan tidur di sana."

Dia mengangguk. Sepertinya alasan yang cukup bagus untuknya. Gadis-gadis muda yang jatuh cinta paling mudah untuk dimanipulasi.

"Kamu bisa duduk di kursiku." Suaranya cukup keras untuk semua orang. "Aku mengerti situasimu, Fang Aisa. Kamu harus menjaga kesehatanmu." Aku mendengar bisikan di belakangku dan tersenyum. Sama seperti itu, dia mempertahankan citranya sebagai gadis yang baik dan penuh perhatian.

Namun demikian, kesepakatan itu dilakukan. Kedua belah pihak puas. Dia tidak akan mendapatkan kemarahan dari para fangirl dan masih, mendapatkan kursi di samping naksirnya. Dengan citra gadis yang baik, dia dapat dengan mudah menipu gadis-gadis penggemar yang terobsesi. Heck! Dia bahkan mungkin menjadi kepala fangirls itu.

Saya tidak harus duduk di dekatnya. Saya juga mendapatkan kursi dekat jendela. Ada kedamaian.

Setelah beberapa saat, Wang Mei yang suram memasuki ruang kelas. Ada lingkaran hitam di sekitar matanya. Dia terkejut melihatku, tetapi ekspresinya berubah menjadi dingin. Dia tampak jalan dan berjalan ke kursinya dengan sikap sombong.

"Itu mulai lagi." Saya memandang keluar jendela. "Kali ini, ini agak awal."