9. Chance

1K 36 8
                                    

Yuki menatap laki-laki itu tidak percaya. Rasanya, ia sangat ingin pergi dari tempatnya berdiri sekarang.
Laki-laki itu mendekat ke arahnya. Namun, yang Yuki lakukan hanya diam dan membiarkan laki-laki itu mendekat ke arahnya.

"Ada apa kau kemari?" Yuki menatapnya tajam.
"Jangan marah! Aku hanya ingin meminta maaf denganmu. Aku tahu, aku sudah banyak mengganggu kehidupanmu. Dan kali ini, aku benar-benar ingin meminta maaf kepadamu."
"Apakah kau bisa di percaya, Miyazawa-kun?"

Lelaki itu menghela nafas. Kemudian, ia menatap Yuki kembali. Mencoba meyakinkan wanita itu, jika dirinya telah sepenuhnya berubah.

"Aku tahu, kau pasti tidak akan percaya, Yuki. Tapi aku sangat tulus untuk berubah. Kau bisa mempercayaiku."

Yuki menghela nafasnya. Ia bisa melihat bagaimana lelaki itu sangat serius dengan ucapannya sendiri.
Setidaknya, memberi satu kesempatan untuk seseorang itu tidak masalah. Lagipula, semua orang berhak mendapatkan kesempatan termasuk lelaki yang berdiri di hadapan Yuki sekarang ini.

"Baiklah. Aku akan memaafkanmu. Tapi jika kau mengulanginya lagi, aku tidak akan pernah mau memaafkanmu."
"Terima kasih, Yuki. Aku janji, aku akan menjadi laki-laki yang lebih baik lagi. Kau bisa mempercayaiku."

Yuki hanya tersenyum dan mengangguk.
Tanpa di sadarinya, Yuma menatap keduanya dari pintu rumah sakit. Ia hanya menatap datar kejadian itu.
Kemudian, ia kembali bergegas menuju kamar rawat Rena.

"Kau mau kemana?" tanya Sae.
"Aku ingin ke kafe. Hanya ingin makan, setelah itu aku akan kembali lagi kemari untuk menemani Rena."
"Ayo aku antar."
"Terima kasih!"

***

Yuma melihat Rena yang masih dalam keadaan koma. Gadis malang itu, entah kenapa membuat Yuma merasa iba.
Rena yang masih muda, harus terbaring koma. Dan entah kapan gadis itu akan sadar. Hanya keajaiban yang mampu menolongnya.

Dan yang di lakukan Yuma hanya memperhatikan kondisi Rena.

"Kau akan sembuh! Maaf belum bisa melakukan apa-apa untukmu sekarang ini!" kata Yuma sambil mengelus kepala gadis itu.

Yuma akui, ini pertama kalinya Yuma bersikap lembut terhadap perempuan.
Meskipun ia mendapatkan pasien perempuan yang cantik, Yuma tidak pernah bersikap slembut itu, seperti yang di tunjukkan pada Rena.

Yuma tidak tahu kenapa, tapi yang jelas ia sangat nyaman berada di dekat Rena. Yuma tidak pernah bertemu dengan gadis seperti Rena.
Tapi, sekali ia bertemu dengan Rena, ia merasa nyaman. Yuma masih ingat, ketika Rena tiba-tiba di bawa oleh petugas dan di bawa masuk ke rumah sakit.

Wajah Rena yang pucat dan dalam keadaan tidak sadarkan diri, membuat Yuma iba. Ia merasa sangat rapuh, ketika melihat gadis itu yang cukup terluka parah.
Darah yang mengalir dari kepala dan membuat baju Rena kotor dengan cairan merah itu. Membuat Yuma bergetar.

Yuma merasa takut. Ia sangat takut, jika terjadi sesuatu pada gadis itu. Bahkan usianya saja masih muda. Yuma tidak mau, jika Rena pergi dengan cara seperti ini.

"Sepertinya, kau berhasil membuatku jatuh cinta. Cepat sembuh, Rena. Aku menunggumu!" kata Yuma. Kemudian, ia mengecup kening gadis itu.

***

Yuki tengah duduk di sofa ruang tamu. Sekitar setengah bulan lagi, Yuki harus kembali ke rumah sakit. Yuma yang menyarankannya.
Apalagi, setengah bulan lagi, kehamilan Yuki menginjak dua bulan.

Yuki tidak akan menggugurkan bayi itu. Yuki tahu, janin itu memang bukan keinginannya atau keinginan Jun. Tapi, bayi itu berhak hidup.
Yuki justru sangat menginginkan bayi itu hidup. Yuki ingin melihat wajah bayi itu. Dan ia sangat ingin menggendongnya.

"Tumbuhlah dengan baik, Mama akan selalu menjagamu!" kata Yuki sambil mengelus perut datarnya.

Entah kenapa, Yuki justru menyayangi janin yang sekarang tengah tumbuh di dalam perutnya.
Masalah Rena yang mungkin akan terkejut nanti, ketika sadar. Yuki akan menjelaskan semuanya. Ia akan jujur dan tidak akan berbohong.

Entah bagaimana reaksi Rena, itu akan Yuki pikirkan nanti.

"Mama tidak tahu apa Papamu akan bertanggung jawab atau tidak. Mengingat sifatnya yang seperti itu, Mama tidak yakin jika dia akan bertanggung jawab. Tapi, Mama akan tetap mempertahankanmu. Mama akan merawatmu sendiri sampai kau besar nanti."

Yuki tahu, ini tidak mudah baginya. Pasti banyak orang yang akan membicarakannya nanti. Tapi, entah apa yang akan di ucapkan orang nanti, ia sama sekali tidak peduli.
Yang Yuki pedulikan sekarang adalah janinnya. Anak itu akan tumbuh sebentar lagi. Dan Yuki tidak ingin dia banyak pikiran. Jika itu terjadi, maka akan terjadi sesuatu pada bayinya nanti.

"Sepertinya, Mama akan berhenti bekerja setelah kamu berumur 6 bulan di kandungan Mama. Mama benar-benar ingin fokus denganmu dan Bibi Rena. Doakan bibi Rena juga, ya, agar dia cepat sembuh."

Yuki tersenyum. Ia mengelus perutnya yang masih datar.
Yuki sekarang membayangkan wajah anaknya. Entah akan mirip siapa jika besar nanti. Tapi yang jelas, anak itu pasti menggemaskan.

"Mama jadi tidak sabar ingin melihatmu!" kata Yuki lagi.

***

Yuki kembali ke rumah sakit hari ini. Ia ingin menjenguk Rena. Adik bungsunya itu pasti masih dalam kondisi koma.
Terakhir kali Yuma katakan, Yuma akan memberitahu kondisi Rena, jika Rena sudah sadar.
Ketika ia masuk, ia melihat Yuma yang tengah berdiri di dekat Rena yang masih terbaring. Lelaki itu ternyata setiap saat akan ke ruangan Rena, jika Yuma tidak melakukan pekerjaan.

"Sensei?"
"Yuki. Kemarilah, aku ingin bicara!"

Yuki mendekat ke arahnya. Wajah Yuma terlihat serius. Entah kenapa Yuki menjadi gugup.

"Ada apa, sensei?"
"Pertama, Jun akan pulang, satu setengah bulan lagi."
"Lalu?"
"Apa kau ingin dia bertanggung jawab?"

Yuki diam. Ia tidak tahu harus menjawa apa untuk pertanyaan semacam itu.
Dia memang sangat ingin Jun bertanggung jawab, tapi di sisi lain Yuki tahu kelakuan Jun seperti apa.
Mana mungkin lelaki itu bisa bertanggung jawab?

Walau Jun sempat berbuat baik kepadanya. Tapi, Yuki tak yakin jika Jun akan seperti itu. Jun bukanlah tipe lelaki yang terikat. Ia lelaki bebas dan suka bermain dengan banyak wanita.

"Aku tidak tahu. Tapi, aku berharap dia mau bertanggung jawab. Namun, jika dia tidak mau bertanggung jawab, aku sudah merelakannya."
"Baiklah. Kedua, apa Sae benar-benar berubah? Kemarin aku melihat Sae meminta maaf kepadamu"
"Aku tidak tahu apa dia jujur atau tidak. Tapi aku berharap dia memang berubah." balas Yuki lagi.

Yuma terlihat mengangguk mendengar penjelasan Yuki.

"Tapi berhati-hatilah, siapa tahu saja dia berbohong. Aku hanya mengingatkan, karena aku tahu seperti apa Sae itu. Dia terlalu berbahaya untukmu."
"Tidak perlu khawatir, sensei. Aku bisa menjaga diri baik-baik."
"I Hope so, Yuki."

Yuki tersenyum dan mengangguk. Ia tidak akan mungkin terjebak untuk kedua kalinya. Maka dari itu, ia akan lebih hati-hati dengan Sae.
Ia memaafkan Sae, karena Yuki merasa semua orang berhak mendapatkan kesempatan kedua. Tapi, jika Sae mengulanginya, ia tidak akan pernah memaafkan lelaki itu.

Kemudian, Yuki menatap Rena yang masih dalam keadaan koma. Ia mengelus kepala adik bungsunya itu.

"Cepat sembuh, Rena!"

TBC

My Naughty BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang