11. Cooking

1K 36 5
                                    

Jun menyempatkan dirinya untuk mampir ke rumah salah satu temannya.
Jun masih di luar negeri. Ia masih harus mengurus pekerjaannya. Oh sungguh, dia sebenarnya sangat merindukan gadisnya. Yuki. Apalagi, ia merindukan janin yang ada di rahim gadis itu.
Jun sendiri tidak tahu, kenapa ia berubah. Ia bisa memiliki suatu perasaan kepada Yuki. Perasaan yang lebih yang selalu bisa membuatnya rindu dengan gadis itu.

"Hmm… Jun, ini adalah rumahku. Aku mempunyai seorang istri dan saat ini, dia sedang mengandung" kata seorang lelaki di depannya.
"Benarkah? Selamat. Berapa bulan?"
"7 bulan. Akhir-akhir ini, aku yang sering menggantikan pekerjaannya."
"Benarkah? Apa kau tidak lelah?"

Temannya itu menggeleng sambil memamerkan senyumannya. Ia kemudian mendekati Jun.

"Jika kau sudah mencintai seorang wanita, apa pun akan kau lakukan untuknya."
"Jadi kau bisa memasak?"
"Itu sangat mudah untukku." balas lelaki itu tersenyum.

Jun tersenyum. Kemudian, mereka duduk di sofa. Mereka kembali mengobrol dengan di temani cemilan dan minuman.

"Apa aku boleh belajar memasak?"
"Tentu saja, Jun. Lagipula, ada apa? Tumben sekali."
"Istriku juga sedang hamil sekarang. Jadi, setelah aku pulang nanti, aku ingin aku yang memasak untuknya."
"Kau sudah menikah?"

Rasa tidak percaya menghinggap pada diri temannya itu. Pasalnya, ia tidak pernah mendengar kabar jika Jun menyukai wanita atau menikahi seorang wanita. Maka dari itu, ia sangat terkejut dengan ucapan Jun.
Jun tertawa mendengarnya. Ia menggeleng, membuat temannya itu kebingungan.

"Aku menyukai seorang wanita. Aku menyesal karena telah memperkosanya dan dia hamil di luar nikah. Aku berjanji, jika pulang nanti aku akan menikahinya."
"Begitu. Berapa bulan?"
"Masih dua bulan. Lebih tepatnya dua setengah bulan."
"Baiklah. Aku akan mengajarimu memasak. Lagipula, aku juga bisa memasak makanan jepang. Aku akan membantumu"
"Terima kasih."

***

Yuki tengah memakan di ruangan Rena. Walau sebenarnya ia tidak bernafsu makan, namun ia harus makan untuk bayi yang ada di kandungannya.
Bahkan, makan malam ini, Yuma yang harus memaksanya. Yuma tidak akan membiarkan gadis itu tidak makan. Apalagi, di dalam rahimnya telah tumbuh janin yang merupakan darah daging dari sahabatnya.

"Maafkan Mama, ya, Sayang. Karena akhir-akhir ini Mama tidak bernafsu makan, kau juga jadi korbannya. Mama memang bodoh, harusnya Mama juga memikirkanmu." katanya panjang lebar sambil mengelus perutnya.

Yuma yang mendengar dari pintu hanya tersenyum mendengar keluhan Yuki. Ia segera menghampiri wanita cantik dengan rambut panjang itu.
Yuki yang mendengar suara langkah kaki, menolehkan wajahnya. Ia bisa melihat Yuma yang baru datang dan langsung menghampirinya.

"Yuki, hanya tinggal sebentar lagi, Jun akan pulang. Jadi tenanglah."
"Iya, Sensei. Selama Matsui-san tidak ada, Miyazawa-kun selalu menjagaku. Dia begitu baik kepadaku."
"Apa kau mencintainya?" tanya Yuma.

Yuki tersenyum mendengarnya. Ia akui, ia suka dengan sifat dari seorang Miyazawa Sae. Lekaki itu begitu perhatian dengannya dan selalu setia dengannya. Seolah, ingin menunjukkan, jika Miyazawa itu sangat menyukai Yuki.
Namun, Yuki tidak pernah mencintainya. Ia hanya sebatas suka dan bukan berarti dia mencintai lelaki itu.

"Aku tidak mencintainya sama sekali."

Yuma tersenyum lega. Ia bersyukur, karena Yuki tidak mencintai lelaki itu.

"Dia mengajakku ke pesta temannya dua minggu lagi. Tapi, itu hanya menemaninya saja. Tidak lebih."
"Kalau begitu, ijinkan aku untuk mengikutimu dari belakang. Aku ingin melindungimu juga."
"Silahkan"
"Tapi jangan sampai ketahuan Sae, jika aku mengikuti kalian"

Yuki menatap bingung Dokter tampan itu, " Kenapa?"
Yuma tersenyum, " Aku tidak ingin membuat Sae cemburu."

Yuki tertawa renyah mendengarnya. Ia menggeleng, namun ia menyetujui permintaan Yuma.

***

Jun kembali ke rumah temannya. Kali ini, mereka akan memasak.
Jun ingin memasak lagi untuk Yuki, jika nantinya ia sudah kembali ke Jepang.

"Jangan terlalu besar memotongnya" kata temannya itu.
"Ok. Kau bisa mengandalkanku untuk urusan memotong, Donghae."
"Aku penasaran, bagaimana wajah Yuki itu. Pasti dia sangat cantik"
"Dia memang sangat cantik dan imut. Dia lucu."
"Sepertinya tuan muda memang benar-benar jatuh cinta." goda Donghae dan membuat wajah Jun memerah.

Donghae terkekeh melihat wajah Jun yang sudah kelewat memerah. Hanya godaan kecil seperti itu, Jun sudah benar-benar memerah pipinya. Bahkan sampai di telinganya.

"Jangan menggodaku lagi, Donghae. Aku akan memberitahu Jessica untuk menghukummu" bukannya takut, justru lelaki yang di ancamnya malah tertawa.
"Jessica akan selalu mencintaiku. Dia tidak akan tega, melihat suaminya kesakitan!" kata Donghae sambil tersenyum penuh kemenangan.

Jun hanya memutar kedua matanya bosan. Selama di korea, dia hanya akrab dengan Donghae.
Mungkin dia hanya percaya kepada lelaki itu seorang.

"Donghae!"
"Iya?"
"Aku percayakan perusahaanku di sini kepadamu. Mungkin, setelah aku kembali ke Jepang. Akan sangat sulit untuk kembali kemari. Banyak yang harus aku urus di Jepang."
"Baiklah, Jun. Aku tidak akan mengecewakanmu. Aku berjanji."

Jun tersenyum dan melihat lelaki itu sambil menepuk bahunya.
Lalu, mereka kembali fokus untuk memasak.

"Lalu, masukkan ke dalam panci." kata Donghae dan Jun memasukkan sayuran ke dalam panci.

Donghae sangat senang ketika ia mengajari Jun memasak. Jun mudah menangkap penjelasannya. Dan Donghae yakin, jika lelaki itu akan bisa memasak sendiri secepatnya.

"Aku tidak sabar membuat makanan untuk Yuki"
"Sabar! Aku yakin, jika dia merasakan makanan buatanmu, dia akan jatuh cinta denganmu."
"I hope so, Donghae. Gomawo, ne?"
"Santai! Kita berteman, ingat itu?"

Jun tersenyum dan mengangguk.
Setelah selesai, mereka menyajikan makanan buatan mereka sendiri di meja makan.

"Jessica, ayo makan."
"Baiklah. Tidak ku sangka, Jun juga akan ikut memasak kali ini."
"Dia ingin belajar, supaya bisa secepatnya memasak untuk calon istrinya."
"Kau akan menikah? Selamat!"
"Gomawo!"

Jessica hanya tersenyum dan duduk. Lalu di susul dua lelaki tampan itu.
Jun beruntung mengenal mereka. Donghae dan Jessica memang sangat baik kepadanya. Mereka adalah teman terbaik Jun, selama Jun di Korea.

"Ini sangat enak! Kalian sangat pandai memasak, ya?" puji Jessica yang membuat Jun dan Donghae tersenyum.
"Aku harus berterima kasih kepadamu, Donghae."
"Sama-sama, Jun!"

***

Sae. Miyazawa Sae adalah seorang lelaki yang sangat tampan. Dia dan Jun memang bermusuhan sejak kuliah. Apalagi, ketika Sae sudah merebut kekasih Jun dulu. Itu membuat Jun sangat kesal dan marah.
Namun, ketika bertemu dengan Yuki. Mereka justru semakin memperebutkan Yuki. Sae sudah sangat dekat dengan Yuki, namun sial bagi Jun, karena dia berada di luar negeri.

Sae memasuki sebuah klub malam. Dia bertemu dengan beberapa temannya.

"Bagaimana dengan Yuki?" tanya seorang dari mereka.
"Aman. Kita semakin dekat. Di acara nanti, Yuki harus benar-benar menderita. Dia harus merasakan balasanku."
"Yah… dia hamil, bukan? Hamil di luar nikah? Kita akan membuatnya benar-benar menderita karena mengungki!"

Sae tersenyum mendengarnya. Dan memang benar, selama ini ia hanya berpura-pura baik. Karena, ia ingin membalas Yuki. Di malam pesta waktu itu, ia tidak bisa membalas Yuki. Entah apa yang terjadi dengannya, karena tiba-tiba ketika itu ia bangun di mobilnya sendiri bersama temannya.
Dan kali ini, ia benar-benar akan membalas gadis itu. Yaitu dengan cara mempermalukan Yuki di depan banyak orang di acara itu.

TBC

My Naughty BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang