Part 12 END

503 12 1
                                    

“Daddy!!! “

Pria yang tengah asik dengan buku bacaan ditangannya itu seketika meringis dengan suara teriakan lantang dari anak perempuannya yang sejak tadi terus-menerus memanggil namanya.

“Daddy!! JIHWAN MENYEBALKAN!!! “

Oh, astaga… kepalanya menoleh kearah pintu seraya segera menutup bukunya dan mencari sumber suara keributan saat ini. Ia yakin sekali kalau itu adalah tingkah dua anaknya yang selalu saja meributkan hal-hal sepele yang sangat tidak penting.

Nah, benarkan tebakannya. Dua anaknya memang tengah bertengkar. Si anak perempuan tengah mengerucutkan bibir, sementara si anak laki-laki justru meringkuk di pojokan sambil menangis.

Ia menghela nafasnya sejenak.
“Ada yang bisa menjelaskan kenapa jagoan Daddy yang satu ini menangis?”

Si anak perempuan hanya mengerecutkan bibirnya dengan pertanyaan sang ayah yang justru mempertanyakan adik laki-lakinya.

“Jihwan merusak barbieku lagi, Daddy. Dan tentu saja aku memarahinya.”

Pria berumur 34 tahun itu kembali menghela nafasnya dan menghampiri bocah bernama Jihwan.

“Apa benar yang dikatakan Nuna mu, Jihwan?”

Bocah itu hanya mengangguk dengan masih terisak pelan.

“Kenapa kau merusaknya lagi?”

“Karena Nuna tidak mau bermain denganku.” Aduhnya bersungut.

“Suyoon Nuna pergi dengan Halmoni. Jehyeon dan Taejoon sedang tidur bersama Eomma . Lalu aku harus bermain dengan siapa lagi kalau bukan dengan Jihyun Nuna ?”

Dan sekarang pria ini tahu penyebab pertengkaran mereka saat ini. Yaitu karena anak lelakinya kesepihan. “Tapi kenapa harus dengan cara merusak, Hwan? Daddy tidak pernah mengajarimu seperti itu.”

Bocah yang baru saja mengijak angka empat tahun itu menunduk, merasa salah karena ulahnya sendiri.
“Mianhae, Daddy .”

“Sekarang minta maaf pada Nuna mu?” Tintahnya yang tentu saja langsung mendapat anggukan.

Jihwan bangkit, meski ia takut, tapi ia tetap memberanikan dirinya untuk mendekati kakaknya.
“Nuna, jeongmal mianhaeyo.” Kata Jihwan sambil mengulurkan tangan.

Jihyun melirik pada ayahnya dan mengatakan untuk memaafkan adik nakalnya itu, pada akhirnya Jihyun pun menyambut tangan itu walau ia masih sedikit kesal.

“Baiklah, aku memaafkanmu. Tapi jangan merusak barbieku lagi, kalau tidak, aku akan merusak semua mobil-mobilan. Arraseo ?!”

“Arra.”

Pria itu tersenyum. Meski pun dua anak kembarnya ini selalu bertengkar, tapi mereka selalu muda untuk berbaikan. Seperti sekarang ini.

“Jihyun, ingat kau harus memaafkan adikmu. Masalah barbie, nanti Daddy akan membelikanmu yang baru. Setuju?”

Senyuman manis di bibir mungil Jihyun kontan terbit.
“Setuju, Appa .”

Sebelum kembali bersuara, ia melirik jam ditangannya.
“Jam dua siang, itu artinya kalian harus tidur, bukan?”

Kedua bocah kembar sepasang dan indentik mengangguk patuh.
“Iya, Daddy. Jihwan, Ayo kita kekamar.”

Tak lama kemudian keduanya pun berlari lincah menuju kamar mereka. Jangan heran karena mereka tidak membatah ucapan ayahnya, karena hal ini tentu saja untuk menjadi ajarannya sejak kecil agar selalu patuh. Misalnya saja saat ini, mereka akan selalu menuruti nasehat dan perintah ayahnya. Baik itu soal pendidikan atau pun semua yang ia katakan menyangkut perilaku keduanya. Sungguh anak baik, bukan?

Dream Or RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang