Kali ini udah bukan Jia pov lagi.
Because... Ini adalah kenyataan yang sesungguhnya /evil laugh😈
RS. XXX, 28 Januari 20xx
Wanita yang telah menyandang marga Han kini tengah memandang seorang pria yang terbaring di ranjang rumah sakit. Alat alat memenuhi tubuhnya, membantunya untuk bertahan hidup. Padahal itu semua percuma, karena hidup pria itu sudah berada di ambang batas kematian, yang tidak lama lagi akan mejemputnya.
Dirinya meraih tangan pria yang tidur di ranjang, matanya enggan untuk terbuka.
Jia menggenggam tangan itu kencang seakan tidak ingin ke hilangannya. Jia mengambil nafas dalam, lalu memejamkan matanya.
"Katanya, lo ga bakal pergi ninggalin gue sendiri. Katanya, lo ga bakal bikin gue nangis lagi. Katanya–katanya itu semua bohong..."
"Han Jisung."
Seiring dengan Jia yang memanggil nama Jisung, bulir air matanya jatuh perlahan tanpa seijinnya. Air mata kejam yang ia tahan sehari tadi akhirnya ia keluaran saat menyebut nama Jisung.
Pria yang berjanji akan bersama Jia, tidak akan pernah meninggalkan Jia sendirian, dan tidak akan membuat Jia kembali menangis karenanya.
Namun nyatanya, semua itu hanyalah dusta belaka, kebohongan yang di sembuyikan Han Jisung pada Jia. Perkataan ya hanya obat penenang semata, selebihnya dusta.
Jia membuka matanya perlahan, air mata yang sempat berhenti tadi kini kembali mengalir dengan deras saat Jia melihat tubuh lemah Jisung terpasang alat alat medis.
Hatinya berdenyut sakit saat melihat pria yang di cintainya sedang berjuang melawan penyakitnya. Yang sedang berjuang diatas ambang kematiannya sendiri.
"Han Jisung, lo ga bakal pergi ninggalin gue kan?" lirihnya sendu.
Ingatannya kembali ke masa saat masih bersama dengan Han Jisung. Saat dia ingin menolak pertunangan itu, saat dia cemburu dengan Lami tapi tidak ingin mengakuinya, dan saat bersama Han Jisung lainnya.
Jia kini terpaku menatap setumpuk tanah yang di beri batu nisan bertuliskan Han Jisung, suaminya.
Dia tidak menangis, seakan akan air matanya sudah habis karena menangisi seorang Han Jisung.
Tangannya terulur mengusap batu nisan itu. Dengan tatapan yang sendu, Jia berusaha untuk tersenyum.
"Kenapa lo ngga pernah jujur sama gue sih Han? Lo sendiri yang bilang buat kita saling terbuka, ngga nyembunyiin rahasia satu sama lain. Tapi kenapa lo sendiri yang bohong Han?"
Matanya terasa panas, Jia mendongak ke atas karena tau air matanya akan keluar lagi.
"Han, seandainya lo bilang ke gue alasan sebenernya lo nerima perjodohan ini. Pasti gue dulu ga bakal berusaha nolak lo, karena perasaan gue sebenernya juga masih sayang sama lo." Jia menjeda kalimatnya, mengambil nafas sebelum ia berbicara kembali.
"Han sayang, maafin gue kalo belum bisa jadi yang terbaik selama ini. Maafin gue kalo bisanya nyusahin lo selama ini. Maafin gue belum bisa jadi istri yang terbaik selama ini. Maafin gue, maafin gue, karena ngga tau tentang penyakit lo selama ini. Maaf, maaf, maaf..."
Sial
Air mata yang dari tadi ia tahan, kini sudah mengalir deras turun dari pipinya. Membasahi gundukan makam Jisung.
"Maafin gue yang berulang kali nangis di depan lo Han. Padahal gue udah janji sama lo buat ngga nangisin lo. Buat ngga nangis di hadapan lo lagi."
"Tapi Han, lo sendiri juga udah janji ngga bakal bikin gue nangis karena lo. Lo sendiri yang janji bakal nyakitin seseorang yang bikin gue nangis. Tapi kenyataan nya? Lo sendiri yang bikin gue nangis. Kenapa lo tega ninggalin gue saat gue hamil anak lo, anak gue, anak kita?"
Jia mengusap air mata yang sedari tadi turun dengan amat deras. Tangannya kini mengambil sebuket bunga mawar putih, di letakannya di sebelah makam.
"Makasih ya sayang buat waktunya, tunggu gue di sana ya? Semoga kita bertemu lagi di kehidupan selanjutnya, dengan aku yang mencintaimu dan kamu yang mencintaiku."
Jia melangkah menjauh dari makam dengan perasaan yang sedikit lega. Karena dia sudah ikhlas atas kepergian suaminya.
Jia membalikkan badanya, melihat makam suaminya untuk terakhir kalinya sebelum dia pergi. Jia terkejut menemukan Han Jisung, yang memakai pakaian serba putih di sebelah makamnya. Melambai ke arah Jia dengan raut wajah tersenyum, bahagia.
Seakan mengatakan, "Aku sudah bahagia disini. Kini giliranmu untuk bahagia. Jangan menangis untukku, Han Jia."
Jia yang paham akan maksud senyum itu juga ikut tersenyum. Menatap bayangan Han Jisung yang perlahan memudar seiring datangnya angin dan bunga berjatuhan. Seakan menandakan kepergian bahagia dari seorang Han Jisung.
•FIN•
A-aku tau aku jahat, makannya jangan gebukin akuuuu,- /kaburrr.
Siapa yang bakal ngira mereka happy ending?😜
Iya happy ending kok, kan Jia udah nikah sama Jisung. Mana udah ngandung anaknya lagi, tapi sayang...Ya itu tadi😌😂✌️🏻
Oke ampuni Nay, maafin Nay kalo endingnya ngga sesuai yang kalian harapin tapi sesuai dengan yang Nay harapin.g😌
Dan dengan ini Nay mengatakan, bahwa...
Ff NO ; Han Jisung, sudah tamat.
started: 9 April 2018
ended: 28 Januari 2019©svnsky
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan ✓ [REVISI]
Random❝Mantan tapi menikah.❞ ⚘status: complete [Bagian yang diberi ✨ sudah direvisi] ❛한지성┇Han Jisung. ↳Bahasa non baku, Typo(s) 『 Han Jisung Fanfiction © svnsky 』