Kisah yang hampir indah itu pernah membuat saya berada di jurang menyerah. Tentang dua yang tak pernah menjadi kita. Bahwa bersamanya hanyalah ilusi belaka; mimpi yang takkan pernah mewujud nyata.
Saya jatuh pada hati yang tak tersentuh, membuat pertahanan saya runtuh. Karenanya, saya terlalu sibuk mencintai sampai lupa rasanya dicintai. Bahwa untuknya, saya tak apa tak punya malu; menunggu seseorang yang perasaannya tak pernah saya tahu.
Saat bisik berhenti selalu datang kembali, sekuat hati saya usir hal itu pergi. Karena, saat saya sudah memutuskan bertahan sejauh dan selama ini menunggunya itu berarti saya sudah percaya bahwa suatu hari nanti, hatinya dapat saya tempati.
Menyedihkan, kisah saya memang menyedihkan. Mencintai yang tak tahu apakah saya dicintai kembali? Menunggu yang tak tahu apakah saya juga ditunggu? Percaya pada sesuatu yang membuat saya tak berdaya.
Sejak hati yang rapuh ini, jatuh padanya yang penuh misteri. Saya sulit jatuh cinta lagi. Ah, lebih tepatnya saya yang enggan membuka hati sebab terlalu percaya diri bahwa suatu hari, hatinya dapat saya tempati dan dia dapat saya miliki.
Hingga malam haripun saya masih saja terjaga. Bahkan kantukpun belum juga datang sehingga kedatangannya didahului oleh bayangan-bayangan yang membuat saya semakin sulit untuk memejamkan mata kecil saya. Ah apa mungkin ini karena dia yang juga memikirkan saya sehingga saya susah untuk terlelap? Ataukah hanya saya saja yg merasa?
Sudahlah yang jelas saya ingin bercerita tentang dia yg entah dapat disebut sebagai apa?
Langit, bolehkah saya bercerita? Barangkali selepas mencurahkan segala keluh kesah, saya lega. Boleh ya?Langit, saya iri akan keindahan pagi harimu di mana fajar menghiasinya dengan sempurna, membangunkan ayam jantan agar tak telat untuk berkokok, juga menyadarkan tiap-tiap manusia dari mimpinya untuk senantiasa bergegas memulai hari.
Saya pun hanyut dalam teduhnya siang harimu, merasa panas sebab raja siang yang tengah berkumandang namun tetap berantusias mengerjakan segala hal hingga selesai.
Juga kepada sore harimu, tatkala senja bersiap untuk menghadiri dan menghiasi kembali pesonamu. Memberikan semburat yang hanya sekejap di saat itu, namun kedatangannya senantiasa ditunggu hingga kapanpun.
Terlebih lagi saat malam harimu, yang membuatku tak henti melamun. Memikirkan perihal apa-apa saja yang sedang saya alami.
Langit, mengenai dia, apakah akan tiba saatnya dia menjadi fajar yang bersedia membangunkan saya untuk bersegera melihat keindahannya?
Dilanjutkan dengan dia yang menjadi raja siang untuk selalu mengingatkan saya bahwa masih banyak waktu di hari ini untuk kulalui, ataukah dia menjadi senja yang hanya sekejap memberi keindahannya lantas menghilang sebelum sempat saya merasa puas akan bahagia?Langit,
jika hanya di malam harimu saja saya dapat leluasa berangan akan segala rasa yang tercipta dan seluruh rindu yang selalu ada,
maka salahkah jika dalam kegelapan ini saya mengharapkannya?Langit, haruskah saya bertahan atau lebih baik mundur dengan perlahan?
Hingga tak terasa malam sudah pukul 1 dan sepertinya kantukpun sudah mulai melanda. Sehingga saya pun terlelap jua. Mungkin karena saya terlalu menghabiskan banyak waktu hari ini.
Entah saya habiskan untuk apa?Yang sepertinya ini tentang saya yang menyukainya. Tapi, Saya suka dia bukan karena dia tampan. mungkin itu juga bisa dijadikan alasan si. Tapi tetep saja bukan cuma itu.
Saya suka dia saat matanya menyipit kala menertawakan sesuatu dan saya menyukai dia karena dia memang baik. Tapi gacuma baik dia juga lucu. Saya menyukai dia karena dia memang hebat telah membuat saya menyukai dia tanpa alasan. Saya juga bingung, kenapa saya bisa menyukai dia?
KAMU SEDANG MEMBACA
KK KK
Short StoryKalo kata amel mah jangan mubajir okee😉 Kalo kata mandah mah kudu berani👌 Kalo kata rer e mah senyumin aja☺