Entah kenapa, hari ini saya masih saja teringat tentang dia. Seseorang yang membuat saya selalu tiba-tina saja tersenyum hanya karena sebuah temu yang berlandaskan ketidaksengajaan.
Seseorang yang membuat saya jadi punya kegiatan baru, yaitu mencari tahu segala hal tentang orang lain sampai sebegitunya.
Seseorang yang membuat saya selalu menanam spekulasi dan konspirasi jadi-jadian perihal menerka-nerka, "apakah ruang hatinya sudah ditempati?"
Seseorang yang membuat saya jadi suka membohongi diri saya sendiri.
Kalau ketika seseorang itu saya ingat-ingat lagi, saya rasa, saya hanya mengagumi dan pasti akan dengan cepat lupa saat esok hari. Tapi nyatanya saat hari ini pun, saya masih dan bahkan terus mengingat tentang seseorang yang sangat amat sulit dilupakan.
Semesta, kalau berkenan, saya punya keinginan, boleh kah?
Satu, kau hilangkan saja dia, entahlah, terserah mau kau pindahkan kemana, yang penting keberadaannya tak lagi sedekat sebelumnya agar saya tak terus-menerus menanam rasa.
Atau, dua, izinkan sebuah temu yang sungguhan, yang dengan sengaja kau berikan, bukan hanya sebuah candaanmu yang malah membuatku kecanduan.
Bentuklah sebuah skenario yang benar-benar, berikan saya dan dia sebuah jalan untuk mengetahui satu sama lain. Berikan saya rencana yang istimewa. Tak apa walau dengan jalan yang tak terduga-duga. Tetap akan saya terima.
Terakhir, semesta, sampaikanlah sebuah "halo" dariku untuknya.
Ingin rasanya saya menyapamu. Mungkin sekadar "hai" di sebuah pesan singkat atau bisa saja basa-basi menanyakan "Lagi di mana?" dan "Sedang apa?". Seperti yang dilakukan teman- temannya.
Karena kontaknya seringkali dikirimkan oleh teman-teman saya yang satu komunitas dengannya tapi memang belum berani saya simpan di kontak watsapp saya.
Dan sebenarnya saya dan dia juga satu grup dalam sebuah grup watsapp.
Ingin rasanya itu saya lakukan tapi saya terlalu takut untuk memulai itu semua.
Sebenarnya bisa saja pura-pura memencet tombol telepon. Lalu ngeles, bilang kepencet, padahal nyatanya cuma pura-pura.
Tetapi, seringkali gengsi terlalu besar, membuat saya menarik diri untuk tidak melakukan hal-hal yang sekiranya membuat saya terlihat konyol, atau jangan-jangan ini bukan gengsi. Melainkan rasa kekhawatiran saya.
Kekhawatiran saya atas pesan yang tak berbalas, tingkahnya yang seringkali tidak responsif, atau... ketakutan saya.
Ketakutan atas rasa kagum yang semakin besar. Rasa sayang yang semakin dalam. Lalu akhirnya bertransformasi menjadi rasa cinta.
Saya sudah memilih untuk jatuh hingga ke dasar begitu lama, meski menyedihkan. Saya tidak perlu balasan sebab dia yang berhak memutuskan. Urusan saya hanya dengan perasaan saya, biarlah rasanya menjadi urusannya.
Untuk dicintai kembali, saya tak pernah berharap tinggi. Sebab rasa yang saya punya tidak memaksa untuk memiliki.
Semoga yang tulus saya ucapkan ketika rindu, “semoga dia selalu bahagia dan segera jatuh cinta,” tidak perlu pada saya melainkan pada sesiapa nanti yang dapat menggetarkan sisi hatinya yang beku itu.
Hari saya masih bisa berjalan dengan menyenangkan meski tanpa kabarnya yang saya nantikan.
Seperti kisah menyedihkan memang tapi jika itu dengannya, bagi saya kisahnya menyenangkan.
Acuhnya memang membuat rapuh, namun dari sana tulisan-tulisan saya terangkai.
Berkatnya saya mendapat bakat. Rentetan puisi yang tertulis di buku harian saya, masih padanya tulisan itu menuju.
Saya tahu jika saya dan dia begitu berbeda. Dia yang begitu kaku dan dingin takkan pernah cocok dengan saya yang pengganggu dan hangat, namun bukankah itu bagus jika disandingkan?
Jangan mendorong saya menjauh, percuma. Rasa yang saya miliki akan tetap utuh tak tersentuh. Dinding yang saya bangun tinggi, belum ada yang dapat meruntuhkannya.
Dan saya, saya akan tetap di sini. Bertahan dengan rasa yang saya tunggu 'tuk mati dengan sendiri nanti.
Menunggu kedatangan yang dapat menggeser posisinya di hati. Saya akan terus di sini, bersama mimpi bahwa hatinya dapat saya tempati.
Tak usah hiraukan rasa saya, tak apa.
Saya hanya ingin dia bahagia.
Dan jatuh cinta.
Supaya dia tahu betapa menyenangkannya makan di warung pecel lele berdua, dengan orang yang di suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
KK KK
Short StoryKalo kata amel mah jangan mubajir okee😉 Kalo kata mandah mah kudu berani👌 Kalo kata rer e mah senyumin aja☺