Rumah sakit

96 22 2
                                    

Perempuan yang mendorong Dira adalah Tania dia memesan satu porsi mie ayam tanpa sayuran dan satu es teh persis dengan pesanan yang diinginkan El.

Saat Tania telah selesai memesan dan memdapatkan mie ayam beserta es tehnya dia melangkah menuju meja yang diduduki oleh El lalu meletakkan makanan dan minuman itu dimeja dan berbicara sesuatu yang tak bisa didengar oleh telinga Dira namun Dira menebaknya bahwa tania memesan itu bukan untuk dirinya sendiri namun untuk pacarnya El.

Dira tetap memesan apa yang dipinta oleh El walaupun dia bisa melihat El sedang memakan mie ayam yang dipesankan Tania.

Bukannya melangkah mendekati El dimejanya dira justru melangkah keluar kantin menuju kelasnya sambil memegang satu mangkuk mie ayam dan satu gelas es teh.

♡♡♡

Seperti hari-hari sebelumnya, Dira selalu duduk disebuah taman belakang sekolah saat semua murid pergi kerumah masing-masing dan meninggalkan sekolah.

Langit sudah berwarna kekuningan artinya matahari akan segera tenggelam digantikan sosok bulan yang menerangi malam.

Melihat langit yang akan segera gelap itu tak membuat Dira bergerak dari duduknya untuk meninggalkan area sekolah, bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 1jam yang lalu.

Dira tak ingin pulang kerumah, dia merasa nyaman berada ditaman belakang sekolah yang sejuk penuh pepohonan.

Dira mengenakan aerphone yang selalu dia bawa kemanapun dia pergih tanpa ada kata lupa.

Sendiri dalam diam, itulah yang sedang dialami Dira.

Dira duduk disebuah bangku taman belakang sekolahnya sambil mengenakan aerphone ditelinganya.

Dira sedang menikmati alunan lagu my heart yang keluar dari aerphonenya menuju telingga, itu membuat air matanya terjatuh tanpa Dira kira.

Dira menangis dalam diam ditemani langit yang akan segera memudar cahayanya.

Dira merasa dadanya mulai sesak nafasnya sempit.

Dira segera mengambil inhaler yang berada ditasnya lalu tarik nafas dan mulai menyemprot masuk kedalam mulutnya.

Dadanya masih sesak nafasnya kian menipis itu membuat Dira panik dia segera memukul-mukul dadanya supaya bisa sedikit bernafas namun itu hanya membuat dadanya sakit.

Dira merasa seperti tercekik dia mencoba untuk menyemprotkan kembali alat itu namun lagi-lagi nafasnya tak kunjung membaik rasanya dira ingin mati kehabisan oksigen.

Dira mencoba untuk berdiri dan berjalan keluar taman namun itu hanya ke inginan yang tak terwujuh karena nafasnya tak kunjung kembali malah mungkin nafasnya semakin menipis.

Pala dira mulai terasa berat seperti baru saja dibenturkan bebatuan, dadanya seperti ditekan, tenggorokannya terasa tercekik.

Keadaan itu membuat dira mengeluarkan air matanya dia berharap ada seaeorang yang membantunya namun Dira berfikir lagi tak mungkin ada orang dijam segini dan lagi pula murid mana yang ingin berlama-lama disekolah tanpa adanya tugas.

Matanya mulai sedikit tertutup tak kuat dengan sesak yang menyerang dada dan pernafasannya, Dira sudah pasrah jika dia akan meninggal dengan keadaan seperti ini.

Pandangannya sudah kabur Dira sudah tak kuat dengan keadaannya sekarang namun sebelum dira menutup matanya dia sempat melihat seseorang memakai seragam sekolahnya menggendong tubuh mungilnya dan setelah itu tak ada lagi yang terlihat pandangannya sudah gelap.

♡♡♡

Dira membuka matanya dengan perlahan ada sedikit rasa sakit dibagian dadanya namun itu tak terlalu masalah untuknya sekarang.

El DiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang