Bandung, 31 Mei 1999
Pukul 10:23:39|28°Csedikit berawan dan sepertinya akan turun hujan
Judul : Ulang Tahun Nenek
Hari ini, tepat pada tanggal 31 Mei 1999, Nenekku yang sangat kucinta merayakan ulang tahunnya yang ke-67. Tunggu, atau yang ke-66 ya? Aku sedikit lupa karena umurnya berbeda jauh dengan diri aslinya.
Mungkin Nenek mempunyai kerutan di seluruh wajahnya serta gelambir-gelambir lemak di tangannya yang kurus itu, tetapi hal itu sama sekali tidak menandakan bahwa Nenek sudah tua!
Oh ayolah, Nenekku masih berjiwa muda! Dan kau harus tahu idolanya saat ini, tentu saja siapa lagi kalau bukan Backstreet Boys?
Semua dunia digemparkan oleh kehadiran 5 laki-laki yang rupawan pada tahun ini. Kata Ibuku, banyak sekali wanita yang menjadi gila karna mereka. Ya- bukan gila dalam arti sebenarnya sih, tetapi bisa dikatakan tidak waras karena mayoritas fans perempuan yang ada di dunia ini bermimpi untuk menjadi istri salah satu dari mereka! Ah- sangat tidak logis.
Dan.. aku tidak tahu apakah aku harus mengatakan ini, tetapi Nenek sangat menyukai Nick Carter! Nenek selalu berkata bahwa Nick sangatlah tampan dan suaranya sangatlah indah. Apakah Nenek juga seperti orang gila? A-aku ingin bertanya kepada Nenek rasanya.
Pernahkah kalian bayangkan seorang nenek tua bernyanyi lagu I Want It That Way dengan lirik yang 100% akurat serta dihafalkan hanya satu malam? Hanya Nenekku yang sangat kucintai tentunya!
Aku tidak bisa menggambarkan seberapa besar rasa sayangku kepada Nenek walaupun aku baru saja berumur 5 tahun. Rasanya sudah sangat mengenalnya sampai beribu-ribu tahun rasanya. Akan sangat menyenangkan sekali jika Nenek menjadi teman yang seumuran denganku.
Ah ya, hari ini aku ke rumah Nenek. Setiap tahun, kami semua selalu pergi ke rumah Nenek di Bandung untuk merayakan ulang tahunnya.
Kami, yaitu Ayah dan Ibuku yang sederhana, Paman dan Bibiku yang sukses dan sangat sibuk, saudara sepupuku yang selalu menggunakan kacamata tebal dan bulatnya, kakak laki-lakiku yang sangatlah menyebalkan, dan tentunya diriku yang manis ini.
Aku ingat betul apa yang aku pakai hari itu. Dress warna pink terang, berbahan kain tile disertai dengan manik-manik yang berkilauan di sekitar tanganku.
Oh, Ibuku juga mengikat rambutku dengan model air mancur, sedikit menyakitkan karena seluruh rambutku tertarik hingga kulit kepalaku terlihat. Rasanya seperti menaruh kamus bahasa inggris bertumpuk-tumpuk di atas kepalaku. Akan tetapi, aku menahan rasa sakit itu karena Ibu tersenyum setiap melihat diriku.
"Manis sekali anak ibu!" adalah kalimat yang ia selalu lontarkan saat kami bertatapan.
Ah- rasanya senang sekali sampai-sampai aku berharap rambutku seperti Rapunzel agar Ibu dapat mengikat, mengepang, dan melakukan semua yang ia inginkan dengan rambutku.
Dalam perjalananku ke rumah Nenek, aku selalu melihat keluar jendela untuk melihat ke langit. Entah kenapa, aku juga tidak tahu mengapa aku melakukan itu. Seakan-akan ada yang memanggilku dari atas sana, entah siapa.
Setelah leherku pegal karena melihat ke langit yang berwarna biru dipenuhi dengan kapas-kapas putih, aku memutuskan untuk melihat pepohonan yang tinggi-tinggi sekali.
Ada pohon cemara, pohon cemara, oh! pohon cemara lagi. Kenapa semua pohon yang tumbuh di jalanan ini hanya pohon cemara? Aku harus tanyakan itu kepada Nenek nanti saat kita bertemu.
"Ayah, apakah kita masih lama sampainya?"
"Sebentar lagi sayang, sudah tidak sabar untuk bertemu Nenek ya?"
"Tentu saja!!! Aku sangat merindukan Nenek!"
"Ah bohong, bilang saja kau merindukan kue cokelat buatan Nenek." sahut kakak laki-lakiku yang menyebalkan.
"Tidak, aku lebih menyukai kue kering Nenek yang bersalju. Itu sangatlah enak."
"Bersalju?" tanya Ibuku sambil keheranan.
"Iya bu, kue itu bersalju! Hebat sekali bukan? Nenek bilang kalau Nenek dibantu peri musim dingin setiap kali ia buat kue itu. Ah- aku ingin sekali bertemu peri." jawabku dengan riang.
"Peri? Untuk apa bertemu peri sayang?" tanya Ibuku.
"Aku ingin bertemu peri dan menanyakan bagaimana caranya agar bisa menjadi peri. Karena cita-citaku jadi peri!" ucapku sambil menirukan gaya peri yang sedang memberikan mantra.
Ibu dan Ayah tertawa.
Kakak laki-lakiku tertawa sambil menunjukkan jarinya kepadaku."Ke-kenapa tertawa?..." tanyaku lirih.
"Kamu tidak perlu bertemu peri sayang, kamu sudah jadi peri cantik dan manis bagi Ayah! Ayah tidak pernah bertemu peri secantik dan semanismu sayang." jawab Ayah dengan suaranya yang berat.
"Aku cinta Ayah!" jawabku sambil melompat dan memeluk Ayah dari belakang.
.
.
.
inilah salah satu sepotong kisah diriku, seorang gadis berumur 5 tahun yang sedang dalam perjalanan ke rumah Nenek.
KAMU SEDANG MEMBACA
my (12-months) diaries
Kısa Hikaye[ menceritakan berbagai kisah yang telah terjadi dalam hidupku selama ini, anggap saja ini adalah sebuah buku harian seorang gadis yang mempunyai kelebihan khusus yang keenam ]