Sekumpulan kertas berwarna putih yang dihiasi dengan tulisan-tulisan yang tidak dapat dimengerti dan tercetak berwarna hijau tergantung di dinding putih yang cukup luas.Tertulis 31 Mei yang besar dan menandakan sebuah hari yang ditunggu oleh seorang wanita yang dahulu selalu disebut "gadis kecil". Sebuah penanda hari yang disebut kalender itu ditatap oleh Si Gadis Penyuka Ulang Tahun lekat-lekat.
Gadis itu perlahan mengembangkan sebuah senyuman dengan tatapan yang sayu di depan benda mati bertuliskan sebuah angka.
Sudah lama ya, aku tidak merayakannya.
Kedua tungkai yang sebelumnya terpaku mulai bergerak menuju sebuah nakas kecil berwarna coklat legam dan ditempati oleh sebuah kotak besar yang masih belum diketahui identitasnya. Ia mengulurkan kedua tangannya untuk meraih kotak besar itu dan membawanya ke sebuah ruangan yang dihiasi dengan berbagai peralatan besi dan juga meja bundar serta beberapa kursi kayu.
Hanya bunyi langkah serta bunyi deritan kayu bergesekan dengan lantai keramik yang dapat terdengar di ruangan bersuasana remang. Tidak ada siapapun kecuali Si Gadis Penyuka Ulang Tahun di ruangan itu.
Saklar yang tertanam di dinding putih ditekan dan dalam seketika tercipta suasana yang menyegarkan karena lampu yang tergantung di tengah ruangan menyala. Kedua organ gerak yang lentik mulai menguak identitas misterius kotak besar itu. Dalam beberapa detik saja, Si Gadis Penyuka Ulang Tahun langsung mengetahui identitasnya. Kedua bola matanya mulai memanas dan mulai terdapat embun berkilauan yang siap untuk menetes.
Sebuah kue ulang tahun berhiaskan krim seperti salju di musim dingin dan bebetapa stoberi mengkilat yang bertengger di atasnya seperti sebuah mahkota.
Bukan sepotong, namun sebuah.
Persis seperti apa yang si Gadis Penyuka Ulang Tahun dapatkan disaat ia berumur 7 tahun.
Ia menggambarkan sebuah senyuman yang bahagia disertai dengan beberapa tetesan air mata yang tidak dapat terbendung lagi. Ia mengusap kedua pelupuk matanya yang mulai membengkak dengan punggung tangannya dan menghirup lekat-lekat oksigen yang ada di sekitarnya.
Ia mengeluarkan kue ulang tahun itu dari tempatnya dan menaruhnya sebelah kotak besar yang menjadi pembungkus pada beberapa saat lalu. Ia juga melihat beberapa lilin berwarna kuning yang tertempel di samping kotak.
Satu per satu, 7 buah lilin kuning yang kurus tertanam dengan sempurna di atas kue. Elemen yang cukup kuat di muka bumi ini, yaitu api mulai membakar sumbu ketujuh lilin kuning itu. Kemudian, ia mematikan lampu yang sebelumnya menyala dan ruangan yang cukup luas itu menjadi remang karena hanya ketujuh lilin kuning yang menjadi alat penerangannya.
Ah- sudah lama aku tidak melakukan ini. Sejak kapan aku mulai melupakan sebuah momen yang dulu selalu aku tunggu-tunggu setiap tahunnya? batinnya.
Kesepuluh jari tangan mulai terpaut erat membentuk sebuah kepalan yang biasanya dilakukan oleh banyak orang untuk berbicara dengan Yang Mahakuasa. Kedua manik indahnya mulai menutup perlahan dan untuk yang pertama kali setelah beberapa tahun, Si Gadis Penyuka Ulang Tahun mulai mengucapkan sesuatu yang hanya dapat didengar batinnya dan Sang Penguasa.
Setelah ucapan dalam batinnya berakhir, ia mengecup kepalan tangan yang berada di depan dagunya dan perlahan membuka kedua maniknya. Seketika stagnan menyerang tubuhnya. Kedua tangan yang masih terpaut mulai bergetar hebat tanpa disadari. Kedua manik yang indah berkilauan mulai berubah menjadi merah.
Tetes demi tetes, yang berubah menjadi aliran terus mengucur melalui kedua pelupuk matanya. Panca indera yang berfungsi untuk mengambil oksigen mulai memerah dan tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Ruangan yang sebelumnya hening tanpa setitik nada suara mulai dipenuhi dengan suara tangisan dan erangan menyedihkan.
Dalam beberapa detik, ia hanya dapat menatap lurus ke depan dengan bulir-bulir air mata yang membasahi kedua pipinya. Ketujuh lilin yang tertanam sempurna mulai kehilangan eksistensinya dan menandakan bahwa Si Gadis Penyuka Ulang Tahun harus meniup ketujuh lilin itu.
Namun, ia tidak kunjung memberikan tiupan untuk memadamkan ketujuh lilin itu. Ia hanya terus menatap lurus ke depan dan menangis sesegukan. Hanya dalam 5 detik lagi, ketujuh lilin itu akan hilang pencahayaannya dan padam dengan sendirinya.
5...
4...
3...
Seperti ingin menikmati waktunya lebih lama, ia sengaja menunggu sampai detik terakhir ke-2 untuk memberikan tiupan dan memadamkan ketujuh lilin kuning.
Dan tepat pada detik yang ke-2 sebelum lilin-lilin kecil padam, ia meniup dan menjadikan ruangan yang semula terang disinari cahaya lilin seketika remang diselimuti kabut kerinduan.
Si Gadis Penyuka Ulang Tahun membiarkan dirinya diselimuti rasa kesedihan dan kerinduan dengan terus menangis selama beberapa menit. Setelah ia mulai lelah menangis dan kedua pelupuk matanya membengkak total, ia mengambil napas dalam-dalam dan menaruh senyuman di wajahnya yang rupawan.
Ia membuka kedua maniknya dan mengadahkan kepalanya ke atas menatap langit-langit rumah. Dengan kedua manik yang berkilauan, ia tersenyum kembali dan mengatakan sebuah kalimat dalam batinnya.
Terima kasih karena kau selalu mengabulkan permohonanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
my (12-months) diaries
Historia Corta[ menceritakan berbagai kisah yang telah terjadi dalam hidupku selama ini, anggap saja ini adalah sebuah buku harian seorang gadis yang mempunyai kelebihan khusus yang keenam ]