Lelaki berkulit hitam itu duduk terdiam di sampingku. Pandangannya menerawang ke arah jalanan di depan kost. Dialah Pay, pacarku dua bulan terakhir ini. Nama lengkapnya, Payjan. Orangnya pelit, suka mengejek hidungku yang agak minimalis. Aku sendiri bingung, bagaimana bisa aku punya pacar seperti dia?
Sudah lewat lima belas menit, dan si Payjan masih saja diam membisu. Apa dia sedang menghitung motor yang lewat?
"Pay, kamu kenapa?"
Dia menoleh ke arahku, matanya terlihat sembab.
"Ras, kita temenan aja, ya?" jawabnya parau, serak-serak becek.
"Maksud kamu apa?"
Sebenarnya aku sudah tahu arah pembicaraan ini ke mana, dia pasti tetap memilih wanita itu. Ya. Aku memang berstatus selingkuhan Payjan. Aneh memang, tapi begitulah adanya. Aku sendiri heran, apa kelebihan lelaki berkumis tipis tapi tidak manis ini sampai membuatku rela dijadikan selingkuhan.
"Kita temenan aja, ya, Ras. Aku nggak bisa ninggalin dia. Aku tahu, aku salah ...," jawabnya kemudian dengan mata merah setengah berkaca-kaca.
Seketika darahku mengalir ke ubun-ubun. Ini bukan cuma sekedar sakit hati, tapi harga diri."Kamu jahat, Pay! Kalau kamu sudah punya pacar, kenapa dulu kamu kasih aku perhatian?! Kamu kejar-kejar aku! SMS tiap hari! Terus sekarang mutusin aku seenak jidat!"
"Iya, Ras, aku tahu. Aku juga sayang sama kamu. Aku terpesona sama kamu. Tapi aku nggak bisa ninggalin dia, Ras. Dia ...."Kata-katanya terhenti. Dia menarik napas panjang, embuskan kasar.
"Dia kenapa?" tanyaku penuh selidik.
"Dia hamil, Ras. Dia hamil anakku," jawabnya sambil membuang muka. Aku tahu, ada air mengalir dari sudut matanya, meski berusaha dia sembunyikan.Tanpa jawaban apapun, aku berlari ke dalam kost, masuk kamar, mengunci pintu, dan tentu saja ... menangis.
"Dasar cowok bejaaatt! Bangke! Mesum! Aaargh!"
Aku berteriak-teriak sendiri dalam kamar. Setidaknya itu bisa sedikit meringankan kekesalan bercampur rasa kecewa dalam hati.
Setelah puas menangis, aku mencari ponsel. Dengan cepat, kuhapus semua foto kenangan bersama Payjan. Beberapa menit lalu, aku masih menyayanginya. Sekarang, aku benci. Sangat, sangat membencinya. Namun, dalam hati bersyukur tidak menjadi korban pelampiasan nafsunya, meskipun dulu dia berkali-kali meminta.
Setelah memastikan tak ada lagi gambar dan nomor ponsel Payjan yang tersisa, iseng-iseng aku klik aplikasi perekam suara. Entah kenapa, tiba-tiba muncul keinginan untuk bernyanyi. Banyak yang bilang suaraku mirip Tantri Kotak, cocok jadi penyanyi rock. Meskipun aku sendiri tak yakin. Namun, tak apalah. Biar kuhibur diriku sendiri.
*
Aku tersesat menuju hatimu
Beri aku jalan yang indah
Izinkanku lepas penatku
Tuk sejenak lelap di bahumu
Dapatkah selamanya kita bersama
Menyatukan perasaan kau dan aku
Semoga cinta kita kekal abadi
Sesampainya akhir nanti
Selamanya ....
*Kunyanyikan sebuah lagu dari Olif band yang berjudul tentang rasa, yang dinyanyikan kembali oleh Astrid. Setelah kusimpan, langsung saja kuputar rekaman tadi. Sekalian memastikan apa suaraku benar-benar merdu seperti kata orang-orang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Hantu Kost (TELAH TERBIT)
TerrorTelah terbit di Karos Publisher. Beberapa part di-privat. Open PO 9-23 April 2019. Harga 60.000. Satu buku, ada dua kisah. Dendam Hantu Kost dan Matianak. Yuk, dipinang, gaes. 😘😘😘