Si Kunyuk dan Si Tampan - 3

1.6K 97 17
                                    


Tunggu.

Kenapa darah warnanya bening? Ini seperti air kencing. Baunya bukan anyir, tapi pesing. Perlahan aku mendongak ke atas. Tampak di langit-langit kamar, ada tikus tengah menggoyang-goyangkan ekornya.

"Uwaaa! Sialan!"

Rupanya yang membasahi wajahku adalah air kencing tikus.

Huft.

Ada sedikit kelegaan di hati, karena ternyata tadi cuma mimpi. Mimpi yang sangat menyeramkan, sampai terasa seperti kenyataan. Baru ingat, rupanya aku tertidur ketika baru pulang kerja tadi. Pantas saja, makhluk itu bisa hadir di mimpiku. Aku belum sholat isya', dan juga tidak berdoa sebelum tidur. Maafkan aku, Ya Allah ....

Aku mencuci muka dan sekalian mengambil air wudhu, menunaikan kewajiban, dan bersiap melanjutkan tidur. Mia masih belum pulang. Mungkin dia langsung kencan dengan Sam. Namun, begitu hendak naik ke kasur, aku terkejut bukan kepalang. Kukucek kedua mata untuk memastikan penglihatan. Bagaimana bisa?

"Itu 'kan ...."


Mulutku ternganga, tak percaya dengan kenyataan. Karena yang kulihat sekarang adalah, sebuah buku yang diberikan wanita dalam mimpiku tadi.

***

Aku duduk sendiri di teras, memikirkan mimpi semalam. Sebenarnya ada apa di tempat kost ini? Siapa Leni? Dan apa maksudnya memberiku buku? Entah buku apa itu, karena aku juga tak berminat membukanya. Takut, lebih tepatnya.


Aaarrgghh ...! Semua ini membuatku pusing. Aku ingin pulang ke rumah, tapi jadwal kerja belum saatnya libur. Kalau di kost ini terus, bisa gila gara-gara teror arwah itu setiap malam. Kenapa harus aku? Huft!

"Ras, kok ngelamun terus, sih? Mikirin Payjan ya?" Suara Mia mengagetkanku.

"Payjan? Siapa itu? Aku nggak kenal tuh."

Aku mengganti posisi duduk. Mia benar-benar membuat mood-ku semakin buruk. Tanpa rasa bersalah, dia malah duduk di sampingku dan melanjutkan obrolan yang memuakkan.

"Lusa dia nikah lo, Ras. Undanganmu dititipin ke aku. Kamu datang nggak, Ras?"

Mia malah semakin antusias membicarakan si Kunyuk itu. Hah! Benar-benar menjengkelkan.

"Nggak tahu. Lihat besok aja," jawabku malas.

Aku berdiri hendak masuk kamar. Lebih baik tidur siang daripada mendengar nama Payjan disebut-sebut.

"Eh, Ras! Tunggu! Kamu kenapa, sih?"


Mia menyusulku ke kamar.

"Nggak apa-apa. Aku lagi nggak mood aja," jawabku seraya berbaring di kasur.

"Oh ya, Ras, kata Sam, dia udah ketemu sama temannya yang punya indra ke enam itu. Dia udah tahu siap hantu yang suka neror kamu, Ras."

Nah! Ini baru menarik. Aku langsung bangun dan semringah. Lebih baik bahas hantu daripada bahas si Kunyuk.

"Oh ya? Terus gimana?" tanyaku antusias.

"Nanti malam, Sam mau ajak temannya itu ke sini. Mau ngomong langsung sama kamu katanya, sekalian kenalan. Kata Sam, dia ganteng lo, Ras." Mia berkedip nakal kepadaku.

"Hmm ..., Ya udah, deh. Aku mau tidur dulu. Biar nggak ngantuk nanti pas kerja," jawabku kembali berbaring.

"Yaaah ..., tadi semangat. Kok balik bobo lagi, sih?"

"Mau mempersiapkan diri biar nggak jantungan ketemu cowok ganteng."

"Huuuu ..., dasar! Aku mau cari rujak dulu, ya. Bye!" Mia lantas keluar kamar.

Dendam Hantu Kost (TELAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang